blank
Kepala Dinas Perdagangan Surakarta Heru Sunardi (Bagus Adji).

SURAKARTA(SUARABARU.ID) Pelbagai upaya dilakukan pihak terkait di Surakarta untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng (Migor) di wilayah setempat.

Menyusul langkah kordinasi anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah(TPID) Surakarta melakukan pemantauan ke pasar tradisional di Solo dan mendapat informasi minyak goreng sulit didapat.

“Informasi dari pedagang mengatakan, minyak goreng sulit didapat . Bahkan beberapa hari mereka tidak mendapatkan pasokan. Kalaupun minyak goreng itu ada, namun harganya tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah sebagai tertuang dalam Peraturan Kementrian Perdagangan”, kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Heru Sunardi, Senin (7/2).

blank
Pedagang pasar Legi Sri Wahyuni penjual kebutuhan sehari hari diantaranya minyak goreng (Bagus Adji)

Heru Sunardi ketika ditemui bersama sejumlah anggota TPID Surakarta saat melakukan kunjungan ke Pasar Legi Solo mengatakan, harga minyak goreng sebagaimana ketetapan pemerintah yakni untuk Premium Rp 14.000/ liter, Medium Rp 13.500/ liter dan curah Rp 11.500/ liter.

Kenyataannya minyak goreng yang dibutuhkan keberadaannya sangat langka. Sehingga untuk migor premium ditawarkan dengan harga Rp 20.000/ liter.

Hasil monitoring di lapangan inilah yang akan menjadi pijakan langkah pemerintah kota mengatasi kelangkaan minyak goreng di wilayah setempat.

Diakui, terdapat sejumlah kendala yang akan dihadapi. Bila mengambil opsi menggelar operasi pasar, belum tentu stok minyak goreng tersedia.

Andaikata stok tersedia, maka pihak pengusaha meminta agar harga tidak sebagaimana ketetapan pemerintah.

“Itulah kendala yang harus dipecahkan untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng di Surakarta. Artinya tidak mungkin menggelar operasi pasar minyak goreng dengan harga melebihi HET”, terang Kepala Disperindag Surakarta.

blank
AnggotaTim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Surakarta tengah melakukan monitoring menyangkut komoditas minyak goreng di Pasar Legi Solo, Senin (7/2) Bagus Adji )

Secara terpisah dari pedagang Sri Wahyuni diperoleh keterangan, dirinya hanya mengambil keuntungan sekitar Rp 1.000/ liter.
Keuntungan disebut terakhir digunakan untuk ongkos angkut pembelian dan penyediaan plastic sebagai kantung minyak.

“Kami membeli minyak goreng curah dengan harga Rp 15. 900,- / liter untuk kemudian dijual dalam kantung plasti sebesar Rp 17.000/ liter . Kalau minyak goreng kemasan jenis medium harga jualnya sekitar Rp 14.000/ liter namun stok barang tidak tersedia”, tuturnya.

Pedagang pasar Legi lainnya Reni, juga memberikan pernyataan senada dengan Sri Wahyuni. Diakui sulitnya mendapatkan pasokan dagangan minyak goreng.

Dirinya saat ini menjual kemasan 0,5 liter dengan harga Rp 8.000/ kemasan. Peminatnya cukup banyak, namun untuk mendapatkan barang dari distributor sangat sulit, ungkapnya.

Bagus Adji