Oleh:Zulfah,S.Pd
Jika reformasi publik diarahkan pada pelayanan yang prima, sudah seharusnya sebagai sorang pendidik harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada peserta didik. Mind set bahwa peserta didik adalah sebagai objek harus segera dihilangkan, karena kita harus memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar yang harus difasilitasi kebutuhan peserta didik. Harus ada reorientasi pelayanan ke arah yang lebih baik.
Sebagai implementasi pelayanan yang prima, seorang pendidik harus melakukan inovasi dalam pembelajaran dan terobosan terobosan yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik dan nyaman untuk mewujudkan merdeka belajar. Menyajikan pembelajaran abad 21 yang mampu membekali siswa dalam menghadapi tantangan di era globalisasi.
Sebagai seorang guru di abad 21 idealnya menguasai teknologi, berempati, memahami kebutuhan peserta didik, mempesona, serta menjadi mitra belajar yang menyenangkan bagi anak didiknya. Sehingga dapat memberikan pembelajaran yang bermakna.
Menjadi guru dari generasi yang melek teknologi, harus benar-benar memahami dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh peserta didik. Guru abad 21 bukanlah guru yang ditakuti oleh siswanya, namun guru yang senantiasa dinantikan kehadirannya dengan hal-hal terbaru oleh semua peserta didik. Bukan zamannya lagi seorang guru mengajar secara konvensional.
Seharusnya sudah tidak terlihat lagi guru yang memberikan hukuman secara fisik ketika siswanya melanggar aturan. Perlu adanya pengertian bahwa bermain, berkolaborasi dan bersosialisasi merupakan karakteristik dari peserta didik.
Memahami karakteristik dari peserta didik merupakan modal utama dalam menyajikan suatu pembelajaran, sehingga mutu dari pendidikan tercapai. Bagaimana seorang guru dapat mengakomodir semua permasalahan yang dihadapi peserta didiknya secara merata.
Persoalan pendidikan yang dihadapi guru sangatlah beragam. Dari latar belakang siswa yang berbeda, karakter siswa yang beraneka ragam, kompetensi siswa yang bervariatif, sampai masalah fasilitas yang dimiliki siswa dan sekolah yang berbeda.
Dari semua keberagaman itu, guru harus mampu memberi solusi untuk semua pemasalahannya. Sebagai seorang guru harus mmpu bekerjasama dengan semua steakholder. Bekerjasama dengan fihak terkait untuk kelancaran dan kesuksesan pembelajaran serta kualitas pendidikan. Kita tidak perlu merasa gengsi untuk bertanya kepada siapapun untuk hal yang kita tidak mengerti, bahkan kepada siswa sekalipun.
Tidak ada salahnya kita sebagai guru melakukan kontrak belajar dengan siswa. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, kita mengadakan suatu kesepakatan dalam belajar. Sebenarnya apa yang ingin dipelajari siswa saat itu, bagaimana proses pembelajaran akan dilaksanakan. Pendapat dan masukan dari peserta didik sangat penting untuk kegiatan proses belajar mengajar agar terciptanya suasana belajar yang menarik dan nyaman sehingga pembelajaran terasa menarik bagi siswa.
Untuk kualitas pendidikan yang berjiwa global perlu adanya pendidik yang bersikap adaptif, kreatif dan inovatif. Dengan sikap adaptif, guru selalu berpikir maju untuk mengembangkan kompetensinya. Kompetensi inilah yang kelak mampu menjawab tantangan dan permasalahan pada peserta didik. dengan sikap adaptif dengan perkembangan zaman, maka guru mampu bersahabat dengan segala perubahan sistem pendidikan yang ada.
Seperti kita ketahui bahwa manusia yang mampu bertahan dan bersaing di era globalisasi saat ini adalah orang-orang yang kreatif dan inovatif. Untuk itu bagaimana kita sebagai ujung tombak dalam perkembangan pendidikan harus mampu menyiapkan generasi yang berpikir global namun tetap bertindak lokal. Membiasakan dan melatih peserta didik agar selalu kratif dan inovatif agar tidak tergilas dengan arus globalisasi.
Sekarang ini sudah saatnya semua pendidik bergerak untuk memberikan pelayanan yang prima kepada seluruh lapisan masyarakat. Sudah saatnya kita berkontribusi memberikan yang terbaik untuk dunia pendidikan. Keikhlasan demi generasi penerus bangsa dan negara ini.
Masih sering terdengar keluhan orang tua siswa, ada guru yang mengajar dengan seadanya, guru yang cuek terhadap siswanya, tak peduli peserta didiknya memahami atau tidak materi yang diberikan. Bagi mereka mengajar hanya sebatas melasanakan tugasnya sebagai guru. Bahkan ironisnya lagi ada yang hanya masuk kelas kemudian memberikan tugas mengerjakan LKS yang jumlahnya sangat banyak untuk menghabiskan jam pelajaran sampai habis.
Hal-hal tersebutlah yang patut dan harus kita ubah secepat mungkin. Sebagai seorang abdi negara seharusnya kita menyadari bahwa apa yang kita lakukan untuk melayani dan bukan dilayani. Ada hak peserta didik yang harus kita utamakan. Hak mendapatkan pengajaran dengan baik, hak mendapat rasa aman dan nyaman dalam belajar, hak menggunakan fasilitas yang tersedia dan hak mendapatkan bimbingan dan mendapat pendidikan yang berkualitas yang harus terpenuhi.
Sebenarnya ada permasalahan yang menyebabkan terjadinya gab dalam sistem pendidikan kita. Peserta didik kita merupakan generasi z yang notabennya generasi yang langsung berhadapan dengan teknologi, bahkan mungkin tidak mengalami dunia analog. Sementara pendidiknya merupakan generasi x dimana rendah dalam literasi digitalnya. Jadi ketika seorang guru tidak beradaptasi dengan situasi yang dihadapi siswanya maka kehancuran pendidikan yang akan kita hadapi.
Sekarang ini apa yang tidak didapatkan peserta didik dari internet. Semua permasalahan yang berkaitan dengan pelajaran dapat teratasi dengan satu sentuhan saja. Dengan teknologi memang serba cepat dan simpel. Dengan kemudahan dan pelayanan yang super cepat tersebutlah yang akan menggantikan posisi manusia dengan teknologi. Jangan sampai keberadaan seorang pendidik tergantikan dengan teknologi. Secepat apapun pelayanan teknologi, namun tetap kecerdasan teknologi adalah buatan manusia.
Untuk itu sebagai seorang ASN khususnya guru, untuk dapat selalu berkembang mengikuti tuntutan zaman. Tidak perlu mengeluh dengan segala perubahan dalam sistem kebijakan. Jadilah selalu manusia pembelajar. Berdamai dengan keadaan, selalu meningkatakan kualitas pelayanan terhadap peserta didik kita, berikan yang terbaik untuk generasi penerus bangsa. Memberikan kualitas pendidikan yang mampu menjawab tantangan global. Menyiapkan generasi yang kreatif dan inovatif agar menjadi generasi yang kompetitif. Itulah yang seharusnya menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai seorang guru.
Dalam konteks filosofi Jawa, sosok guru adalah sosok yang “digugu dan ditiru”. Sosok yang keberadaannya sebagai panutan dan diindahkan serta dijalankan perintahnya. Oleh karena itu jadilah guru yang menjadi contoh untuk merawat bangsa Indonesia sampai kapanpun. Akhirnya, teruslah kita mengabdi memberikan pelayanan terbaik dan menjadi guru yang memiliki kekuatan kolektif untuk terus menjadi pemersatu bangsa.
Penulis adalah guru SDN 1 Dorang, Jepara