SEMARANG – Dosen Teknik Sipil USM Dr Adolf Situmorang MT membantu mendesain penanganan longosoran di beberapa daerah di Indonesia antara lain Giriwoyo Wonogiri dan Tol Cipali baru-baru ini.
Selama ini longsoran merupakan ancaman bagi warga sekitar, jalan penghubung antar daerah bisa terputus sehingga akses warga terganggu, maka dibutuhkan penanganan longsoran yang tepat dan harus benar-banar baik dan bisa permanen untuk jangka panjang.
Menurut Adolf bahwa penanganan longosoran disesuaikan dengan jenis longsoran dan kondisi geoteknik, sepertti halnya yang terjadi di Giriwoyo Wonogiri jenis longsorannya rock fall dan di Tol Cipali jenis longsorannya jenis rotasi sehingga penangannya berbeda.
“Longsor yang terjadi pada 2021 Ruas Giriwoyo – Glonggong Wonogiri KM 81+200, menjadikan akses Giriwoyo menuju Glonggong terputus karena banyaknya material batuan yang jatuh sampai kebadan jalan. Melihat kondisi lapisan batuan yang ada maka penanganan yang digunakan adalah dengan Rock Nailing dimana penanganan menyesuaikan bentuk longsoran yang ada, sehingga tidak membutuhkan galian diarea longsoran” ungkap Adolf.
Rock nailing merupakan bentuk penanganan lereng dengan menggunakan Jaring Kawat (Wire Mesh), untuk longsoran ini digunakan kuat tarik 145 kN/m, dan diangkur sampai kedalaman 8M.
Sementara longsor Jalan Tol Cipali KM 122+400A yang terjadi pada bulan Februari 2021 mengakibatkan putusnya akses tol menuju Jakarta, longsoran terjadi akibat curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan gerusan pada kaki timbunan setinggi 10m sehingga menjadikan timbunan tidak stabil.
Adolf menambahkan penanganan yang dilakukan adalah dengan soldier pile yang dianggap dapat menahan beban lateral yang terjadi. Kedalaman soldier pile berdasarkan hasil analisa dibutuhkan sedalam 18m yang memotong bidang gelincir longsoran, sehingga penanganan longsoran dapat bekerja dengan optimal.
Penanganan longsoran dengan ini sudah dilakukan sejak Februari 2021 dan dibuka Kembali bulan April 2021 oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
Saiful Hadi – USM