Oleh : Indrianing Setyowati, SKM
RSUP Dr. Kariadi Semarang merupakan rumah sakit terbesar yang sekaligus berfungsi sebagai Rumah Sakit rujukan di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Tugas pokok RSUP Dr. Kariadi adalah menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksankan upaya rujukan dan upaya lain sesuai dengan kebutuhan.
Saat ini RSUP Dr. Kariadi adalah Rumah Sakit kelas A Pendidikan dan berfungsi sebagai Rumah sakit Pendidikan bagi dokter, dokter spesialis,dan sub spesialis dari FK UNDIP,dan Institusi Pendidikan lain serta tenaga kesehatan lainnya.
Melihat dari fungsi RSUP Dr. Kariadi yang cukup penting di Jawa Tengah. Kami juga berupaya untuk dapat menjadikan RSUP Dr Kariadi menjadi Rumah Sakit yang ramah lingkungan sehingga akan menjadi contoh bagi rumah sakit lainnya di Jawa Tengah. RSUP Dr. Kariadi saat ini memiliki luas lahan 193.410m2 dengan luas bangunan 82.754m2, untuk dapat melakukan penataan lingkungan yang asri, bersih dan ramah lingkungan diperlukan penataan taman dengan berbagai jenis tamanan baik berupa tanaman buah maupun tanaman hias.
Banyaknya tanaman yang ada di RSUP Dr Kariadi selain memiliki dampak positif, juga memiliki dampak negatif yaitu sampah organik dari tanaman berupa dedauanan yang rontok maupun hasil pemangkasan tanamaan. Karena hal tersebut dibutuhkan adanya teknologi kesehatan lingkungan yang menitikberatkan pada pengelolaan limbah tanaman organic yang ada dilingkungan rumah sakit.
Pengertian Sampah Organik
Istilah sampah organik mungkin cukup sering didengar, namun masih banyak yang belum mengetahui secara rinci apa yang dimaksud dengan sampah organik. Sampah organik merupakan salah satu jenis sampah yang berasal dari molekul organik. Beberapa contoh jenis sampah alami, antara lain sampah makanan, berbagai macam tanaman, dan limbah dari hewan. Sampah organik dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik basah dan sampah organik kering. Sampah organik berasal dari bahan-bahan yang mengalami dekomposisi, pelapukan atau penguraian secara alami, selain melalui penguraian alami, penguraian sampah organik juga dapat dipercepat dengan bantuan manusia yang biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.
Mengenal tentang Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan pupuk campuran yang terdiri atas bahan organik, seperti daun dan jerami yang membusuk. Pembusukan bahan-bahan organik ini disebut dengan proses dekomposisi. Pupuk kompos dapat meningkatkan kembali kesuburan tanah, dan mengembalikan nutrisi tanah yang hilang. Dilihat dari segi tahap pembuatan kompos, proses dekomposisi (perubahan) dapat terbagi menjadi empat tahap, diantaranya yaitu Pertama, Proses perubahan bahan bahan organik dari daun daun segar. Kedua, Pengeringan bahan bahan organik pengeringan disebabkan proses penguapan air sehingga warna daun menjadi kecoklatan.
Ketiga, Proses pelapukan bahan bahan organik à Daun yang semula berwarna hijau berubah menjadi kehitaman dan teksturnya juga mejadi lebih remah. Perubahan ini disebabkan oleh adanya aktifitas dari mikroorganisme, jamur dan bakteri perombakan. Keempat, Perubahan bahan organik menjadi bentuk yang lebih sedarhana yaitu kompos, bentuk bahan baku organik sudah berubah 90% dan teksturnya sudah lebih menyerupai tanah (Nisa, 2016).
Pada proses pengomposan waktu yang dibutuhkan sekitar tiga minggu hingga tiga bulan tergantung dari bahan bahan dasar yang digunakan, apakah mudah terurai atau tidak. Pada umumnya pengomposan dilakukan di tempat yang teduh yaitu tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkena air hujan. Agar hasil optimal dilakukan pengecekan setiap satu minggu serta pembalikan pupuk agar proses pengomposan merata.
Manfaat Pupuk Kompos
Manfaat pupuk kompos untuk tanaman yaitu ibarat multivitamin bagi manuasia. Rachman Sutanto (2002) mengemukakan bahwa dengan pupuk organik sifat fisik, kimia dan biologi tanah menjadi lebih baik. Selain itu kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Pertama, Aspek Ekonomi à merubah sampah menjadi multivitamin bagi tumbuhan sehingga memiliki nilai jual.
Kedua, Aspek Lingkungan à Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen dan mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Ketiga, Aspek bagi tanah/tanaman à Meningkatkan kesuburan tanah serta menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, meningkatkan retensi/ketersediaan hara.
Teknologi open windrow dalam Pembuatan Pupuk Kompos
Dalam pembuatan pupuk kompos terdapat beberapa teknologi, salah satunya yaitu teknologi open windrow. Teknologi Open Windrow merupakan sistem pembuatan kompos dengan cara menumpuk memanjang dari materi organik yang akan dikomposkan.
Secara periodik dilakukan pembalikan, sedangkan proses penyiraman dalam rangka menciptakan kadar air yang optimal dilakukan sesuai kebutuhan. Proses komposting tersebut sebaiknya dilakukan di plant komposting, yang merupakan bangunan beratap dengan dinding terbuka. Sedangkan lantainya sebaiknya disemen (difloor).
Proses pengomposan merupakan proses aerob, sehingga membutuhkan minimal 50% konsentrasi oksigen yang ada di udara dapat mencapai seluruh bagian yang dikomposkan. Untuk itu aerasi dari materi yang dikomposkan harus baik, dan hal tersebut bisa dicapai apabila ukuran bahan baku berkisar antara 2,5-7,5cm. Secara umum, sampah kota sudah memiliki ukuran tersebut. Untuk sampah kota yang memiliki ukuran terlalu besar, misalnya daun-daun yang lebar, ranting pohon, kayu dan lain-lain, perlu dilakukan pencacahan atau pengecilan ukuran terlebih dahulu.
Dengan bahan baku yang baik dan ditunjang oleh proses yang benar, maka suhu dari materi sampah yang dikomposkan akan naik hingga ±70ºC. Begitu pula dengan pH akan berada pada rentang pH netral (7). Kalau itu yang terjadi, maka proses komposting dapat dikatakan berjalan baik. Proses komposting merupakan proses dekomposisi secara biologis oleh konsorsium mikroorganisme. Oleh karena itu konsorsium mikroba merupakan mesin utama dalam proses dekomposisi, sehingga keberadaannya mutlak diperlukan.
Nilai Ekonomis
RSUP Dr. Kariadi setiap harinya memperoleh sampah organik berupa daun dan ranting ±20kg/hari di setiap titik lokasi pengolahan kompos yang kemudian dimasukkan pada media pengolahan kompos setiap hari selama periode 45 hari sehingga setiap media kompos dapat menampung sekitar 900kg.
RSUP Dr. Kariadi saat ini memiliki 5 titik media kompos maka diperoleh sampah dedaunan sebanyak 4500kg. selama periode pengomposan berlangsung disertai dengan penyiraman dengan air sebanyak 2 kali dalam seminggu dan untuk pembalikan kompos dilakukan setiap 1 minggu sekali guna untuk pemerataan proses pengomposan. Setiap harinya RSUP Dr. Kariadi memperoleh sampah organik berupa daun dan ranting sekitar 100 kg dari 5 titik lokasi proses komposting. Setelah 90 hari proses komposting diperoleh hasil pupuk kompos sekitar 280kg di setiap lokasi. Sehingga terjadi penyusutan sampah sabanyak 31.11 %.
Memperhatikan kapasitas sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan tersedianya media komposting yang ada di RSUP Dr. Kariadi maka setelah 45 hari penampungan masih perlu adanya pembuangan sampah organik berupa daun dan ranting ke TPA selama menunggu masa panen kampos 90 hari. Sehingga perlu adanya penambahan titik media pengomposan di RSUP Dr. Kariadi guna menampung sampah organik dedaunan selama 45 hari masa menunggu panen (90 hari).
Keuntungan lain dalam proses pembuatan pupuk kompos yaitu kami setiap harinya dapat menghemat 10 kantong plastik yang biasanya digunakan sebagai media pembuangan sampah ke TPA selama 45 hari. Jika dalam satu tahun diperkirakan akan menghemat lebih kurang 1800 kantong plastik.
Disamping penghematan kantong plastik juga terjadi penghematan pada sektor biaya pengangkutan sampah ke TPA sebanyak 100 kg perhari jika selama 45 hari akan terjadi penghematan 4500 kg sampah, dalam satu tahun diperkirakan akan menghemat lebih kurang 18.000 kg sampah, setara dengan 18 ton sampah yang dibuang ke TPA.
Faktor ekonomis lainnya yang dihasilkan dalam proses composing adalah pupuk yang dapat digunakan sebagai penyubur tanaman di lingkungan rumah sakit sehingga menghemat pengadaan pupuk dan pembelian tanaman baru, Apabila kebutuhan pupuk untuk lingkungan rumah sakit sudah tercukupi dikemudian hari dapat dimanfaatkan untuk di produksi dalam kemasan yang dapat di perdagangkan.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan dengan adanya pengolahan pupuk kompos dapat mengurangi sampah organik dilingkungan RS Dr. Kariadi dan menjadikan sampah organik lebih bermanfaat sebagai suplai nutrisi bagi tumbuhan sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah serta mendukung green hospital RS Dr. Kariadi Dampak positif lainnya yaitu mengurangi pembiayaan jasa pembuangan sampah dan pengurangan penggunaan kantong plastik sampah sehingga lebih ramah lingkungan.
Saran
Saran yang dapat saya sampiakan yaitu perlu adanya pengembangan program komposisasi sampah organik yang lain (sisa pengolahan makanan) dalam pengelolaan lingkungan. Juga perlu pengembangan teknologi dan SDM dalam program komposing agar dapat menghasilkan tidak hanya pupuk organik dalam bentuk padat tetapi juga dalam bentuk pupuk cair. Disamping itu, memperhatikan jangka waktu proses komposing dan media komposing yang ada di rumah sakit Dr. Kariadi Semarang, perlu adanya penambahan jumlah media karena lebih kurang 50% sampah masih harus dibuang ke TPA.
Penulis adalah Sanitarian RSUP Dr Kariadi yang bertugas di Bagian Instalasi Pemeliharaan Sarana & Sanitasi