Cerita Pendek Putri Chindy Prastiwi
SI anak kembar manis, sebutan yang cocok untuk Eryna dan Elyna. Keduanya sedang menempuh pendidikan SMA disuatu sekolah daerah Bandung, Jawa Barat.
Anak pasangan Budi Kartawidjaja dan Airyn Rosdiawanti, walau anak kembar, tetapi keduanya memiliki sifat yang berbeda. Eryna sebagai kakak cenderung pendiam, sedangkan sang adik, Elyna yang periang.
Eryna, dibalik nama yang indah itu terdapat beberapa teka-teki misteri yang tidak banyak orang tahu, termasuk orang tuanya sendiri.
“Sedang apa kau di sini?” singkat Eryna dengan wajah datar
Ayah yang tak sengaja melihat gelagat putri sulungnya itu, datang menghampirinya
“Ada apa sayang?” tanya Ayah sembari mengelus punggung Eryna dan membawanya duduk di sofa.
“Ah, tidak apa, Yah,” Sambung Eryna dengan senyum pasinya dan beredar meninggalkan sang Ayah kebingungan.
“Apa Eryna menuruni darah indigoku? Ah tidak-tidak, tidak mungkin,” batin Ayah berkecamuk.
Saat di sekolah, Eryna memerhatikan sang adik dari kejauhan.
“Hai, Dirga, apa kabar? Mau nggak nanti anterin aku beli buku,” goda Elyna dengan suara imutnya.
Kakaknya, Eryna, hanya menggeleng dan melenggang meninggalkan adiknya itu.
Tiba pulang sekolah. “Ryn, nanti aku pulang sama Dirga, kamu pulang sendiri,” cegat Elyna kepada kakaknya itu, walau mereka lahir cuma selisih 10 menit.
“Emm…jangan kemalaman.” Deheman Eryna mengakhiri pertemuan mereka di sekolah.
Diperjalanan, menaiki motor
“Aneh banget si Elyna, terus tadi ada raksasa gede buruk rupa deketin dia lagi, siapa ya dia?” tanya Eryna berkecamuk dengan pikirannya.
“Gimana pun itu, Elyna adik aku. Dan harus ku jaga, aku akan cari tahu siapa makhluk tadi.” Mantap Eryna sekaligus menambah kecepatan kendaraan roda duanya itu.
Pukul 22.00 WIB. Waktu sudah sangat larut, tetapi sesosok, Elyna belum juga menampakkan diri di dalam rumah.
“Ryn, Elyna ke mana, kok jam segini belum pulang?” tanya Ibu dengan nada cemas.
“Katanya mau nyari buku sama temennya, Bu,” jelas Eryna yang juga menatap nanar cemas ke arah pintu rumahnya, berharap sang adik tersayang segera pulang.
Tok tok tok! Suara pintu diketuk. Eryna bergegas langsung membuka pintu, dana pa yang terjadi, sungguh mengejutkan seisi rumah
Brugh!! Elyna jatuh ke pelukan sang kakak, dengan tangan kanan Elyna ada bekas luka yang cukup dalam.
“Astaghfirullahaladziim…Lyn…Elyna! Bangun!” Gugah Eryna sembari menepuk kecil pipi sang adik.
Kedua orang tuanya juga panik bukan kepalang, Elyna lalu dibawa ke kamar dan dirawat oleh Ibu dan Eryna
“YaAllah, Ryn. Adikmu kenapa?” tangis Ibu pecah melihat keadaan Elyna yang mengenaskan.
“Sabar, Bu. Elyna pasti baik-baik saja. Sekarang Ibu istirahat, biar Ryna aja yg jagain Lyna, Bu,” tenang Eryna sembari memeluk lembut sang Ibu dan memapahnya menuju kamar.
Setelah kembali dari kamar sang Ibu.
“Apa benar? makhluk tadi yang membuat adikku seperti ini?” bingung Eryna sembari mengelus surai hitam sang adik. Tanpa disadari, ayahnya mendengar ucapan Eryna dari balik pintu kamar Elyna
“Ouh…Tuhan…ternyata benar, Eryna bisa melihat makhluk-makhluk itu,” terkejut Ayah, lalu ia berpaling, tidak jadi masuk ke kamar Elyna. “Kenapa harus dengan keturunanku si Kembar, aku belum siap Ya Tuhan,” rintih sang Ayah menempelkan punggungnya ketembok dan semakin lama terduduk dengan melipatkan tangan di atas lutut. Ayah menangis tanpa suara sejadi-jadinya.
“Baik, Aku akan menjaga si Kembar walau harus nyawa jadi taruhannya,” tegas Ayah sembari berdiri dan menyeka air matanya.
Keesokan harinya, “Akh!” rintih Elyna yang membangunkan kakaknya.
“Ada apa, Lyn? Mana yang sakit? Cepet bilang.” Dengan rasa khawatir Ryna dengan meraba-raba tubuh adiknya, agar menemukan bagian mana yang sakit.
“Apa sih Ryn! Ga usah ya pegang-pegang. Aku udah sembuh, mending kamu balik ke kamarmu sendiri. Aku mau siap-siap sekolah,” ketus Elyna dengan menghempas tangan kakaknya itu. Eryna masih mematung tanpa berkilat sedikit pun, mengamati secara saksama apa yang sebenarnya terjadi
“Aku bilang keluar, ya keluar, Ryn,” tegas Elyna dengan mata yang sedikit mengancam.
“Eryna! Ke-lu-ar!” Sentak Elyna dengan menekan setiap suku kata, tapi, ia tidak begeming sedikit pun dari tempatnya berdiri. Malah Eryna gantian menatap tajam Elyna, yang dihadiahi acuhan dari sang adik.
“Itu bukan Elyna,” singkatnya dari dalam hati.
“Aaaa…,” teriak Elyna sembari mengacak-acak rambutnya dan terduduk di depan lemarinya.
Jeritan itu terdengar oleh kedua orang tuanya
“YaAllah ada apa ini?!” bentak Ibu kepada keduanya. Dengan masih memegangi rambutnya yang acak-acakan, Elyna menunjuk sang kakak.
“Eryna! Kamu!” lanjut Ibu, tapi terpotong saat Ayah datang
“Apa?!” nada tinggi ayah kepada Ibu. Ibu lalu, menolong Elyna dan Eryna rangkul oleh Ayah untuk keluar.
“Apa aku bilang ke Ayah tentang Elyna?” tanyanya ragu dari dalam hati.
“Sekarang siap-siap berangkat ya, adikmu hari ini ga berangkat dulu, nanti izinkan ya, sayang,” ucap Ayah tenang.
Waktu berjalan semakin cepat, bak gelang mutiara yang terputus dari talinya.
Sudah delapan minggu, Elyna bersikap aneh, sering-marah-marah. Padahal dahulu ia adalah gadis yang periang. Selama itu pula Eryna selalu mengawasi gerak-gerik adiknya.
Banyak kejanggalan yang terjadi pada Elyna, yaitu setiap tanggal empat, ia akan meminum secangkir kecil darahnya sendiri dan juga memakan ayam kampung hitam satu ekor utuh.
Pada tanggal 4 Oktober 2019, Eryna mengikuti adiknya ke suatu hutan malam-malam, dan ia melihat sang adik menyayat kakinya hingga mengeluarkan darah lalu ia minum.
“Aakkkkk!!! S-sakiiitt!” teriak Elyna sekencang-kencangnya saat ia menyayat kakinya sendiri. Dan dengan sigap, Eryna berlari menjemput adiknya, dan mencegahnya melakukan hal mengerikan itu
“ELYNA!” lantang Eryna hingga adiknya terkejut. “Apa yang kamu lakukan, HAH!” amarah Eryna menjadi-jadi lalu direbutnya pisau dari tangan Elyna dengan menitikkan air mata.
Elyna masih terkejut, dan ia pasrah kakaknya memarahinya di tengah hutan yang hanya disinari rembulan
“Kenapa kamu melakukan ini, hah?!!” tanya Eryna sembari menyobek ujung bajunya untuk menutup luka Elyna. “Jawab!!” sentak Eryna yang membuat adiknya ketakutan
“Aku ngelakuin ini demi Dirga, Ryn. Aku suka sama Dirga, aku pengen banget dia jadi milik aku seutuhnya, apa pun yang terjadi, Dirga milik aku. Jadinya aku ikut perjanjian sama makhluk-makhluk mengerikan itu, Ryn,” jelas Elyna sembari menangis sesenggukkan.
“YaAllah…udah gak waras adik aku ini!” kecewa Eryna dengan senyum kecut lalu terduduk. Ternyata selama ini benar dugaanya kalau Elyna bersekutu dengan makhluk-makhluk itu.
“Kamu mau berhenti ngelakuin ini, apa aku yang akan bunuh Dirga?!” ancam Eryna sambil berdiri menatap tajam kearah adiknya itu.
“Ja-jangan, Ryn. Iya aku ga bakal ngelakuin ini lagi. Tapi…” ujar Elyna menggantung
“Tapi apa?!” sahut Eryna tidak sabar.
“Asal kamu tahu separuh jiwaku ada di sana, Ryn. Aku takut aku ngelukai kamu. Sekarang mending kamu pulang,” lirih Elyna menundukkan wajahnya, karena ia tahu kalau tubuhnya akan diambil alih oleh roh jahat.
“Lari, Ryn!!” teriak Elyna sembari mengejar sang kakak dengan membawa pisau. Ternyata saat ini tubuh Elyna sedang dikendalikan oleh roh jahat, yang ingin membunuh Eryna karena membuat adiknya terlambat tidak memenuhi perjanjian.
Dengan cepat, Eryna mengeluarkan senter yang sangat terang, dan mengarahkan ke wajah adiknya, yang tak lain sedang dikendalikan oleh roh jahat. Seketika, adiknya jatuh karena makhluk itu telah meninggalkan tubuh Elyna.
Dengan segera, ia membawa Eryna pergi dari sana dan membawanya ke rumah, karena saat ini ayah dan ibunya sedang pergi ke rumah nenek di Tangerang, Banten.
“Tenang, Dik, kakak akan menyelesaikan semuanya, aku akan cari siapa di balik perjanjian mengerikan ini,” ucap Eryna sembari menggendong adiknya dan memasukkannya ke dalam mobil.
Setelah Elyna diobati dan ia beristirahat, saatnya Eryna berjelajah ke dunia yang penuh dengan makhluk mengerikan dan tempat yang selalu bau anyir, selama ia menjadi seorang indigo yang bisa masuk ke dunia itu, ia benar-benar tidak ingin memasukinya lagi, akan tetapi keadaan lah yang memaksanya untuk memasuki dunia hitam itu.
Sesampainya di sana ia bertemu penjaga perbatasan antara dunia manusia dan dunia makhluk astral
“Aku mau bertemu pimpinanmu,” tegas Eryna sambil sedikit menahan napas karena tempat ini benar-benar memiliki bau yang tidak sedap
“Apa yang kau cari, wahai manusia?” sahut dari belakang sesosok makhluk yang teramat mengerikan, dengan wajah yang penuh dengan belatung dan badan yang terlilit oleh ular besar yang membantunya berjalan.
“Sepertinya kau pimpinan di sini” lanjut Eryna tanpa takut sedikit pun.
“Iya memang. Ada apa?” tanyanya.
“Kau buat perjanjian apa dengan adikku? Elyna,” tanya Eryna langsung.
Pertanyaan itu membuat makhluk itu tersenyum miring
“Ikuti aku!” perintahnya. “Adikmu lah yang datang kepadaku, ia ingin menaklukkan hati manusia bernama Dirga. Dan, ia juga menerima segala konsekuensi dan syaratnya yaitu setiap tanggal 4 dia harus meminum darahnya sendiri dan memakan satu ekor utuh ayam kampung berwarna hitam. Dan sebagai jaminannya sebagian jiwa adikmu kukurung di sini. Jadi bukan salahku, jika adikmu menjadi seperti monster,” jelasnya sambil menunjuk kerangkeng besar dibawah bukit yang disampinya ada kolam buaya
“Apa?! Itu adikku, keluarkanlah, kau tak ada hak mengurungnya seperti binatang!” suara tinggi Eryna membuat sebagian penghuni disana melihat ke arahnya.
“Janganlah kau meninggikan suaramu di hadapanku, wahai manusia kotor!” sentak makhluk itu sembari mendekatkan kepala ular di hadapan Eryna. Ia lupa bahwa ia sedang berada di dalam dunia lain
“Baiklah, bagaimana cara mengeluarkan adikku dari sini?” tanya Eryna tanpa ragu.
“Mudah saja, harus ada pengganti berupa nyawa minimal satu nyawa agar perjanjian ini bisa terputus dan adikmu kembali normal,” terangnya sambil perlahan menghilang.
Eryna kembali ke dunia sesungguhnya. Ia benar-benar tak tahu harus bagaimana, dia dihadapkan pada situasi yang sangat tidak menguntungkan, apakah ia mengorbankan nyawanya demi sang adik, atau ia akan melihat sang adik yang selalu kesakitan. Ia memikirkan ini cukup lama sekitar dua minggu untuknya menentukan pilihan yang pelik itu.
“Mau ke mana?” tanya Eryna datar.
“Mau kerja kelompok,” jawab Elyna singkat.
“Kakak sayang banget sama kamu, Lyn. Jangan nakal lagi ya!” tutur Eryna disertai air mata yang menetes tanpa permisi dan memeluk adiknya itu. Adiknya yang tidak mengerti apa-apa hanya pasrah dan merasa ada yang aneh dari kakaknya ini.
“Kakak akan menyelamatkan kamu, biar ga sakit lagi. Love you!” singkatnya Eryna di dalam hati.
Malam hari, tanggal 3 Desember 2019. Eryna benar-benar menaruhkan nyawanya agar sang adik selamat dan bahagia. Malam itu ia mendatangi dunia lain yang penuh keburukan itu
“Aku yang akan menggantikan adikku,” singkatnya dengan wajah yang sangat masam dan berat.
Tanpa sepengetahuannya, Sang Ayah mengikutinya. Lalu berkata, “Jika kau ingin mengambil putriku, maka kau juga harus mengambilku.”
Pernyataan Ayah yang lugas ini membuat Eryna menangis di pelukan ayahnya. Eryna menggelengkan kepalanya pertanda tidak mau jika Ayah ikut dengannya, tapi dibalas oleh Ayah dengan anggukan menenangkan.
Dan akhirnya Eryna serta Ayahnya yang menggantikan Elyna, dari saat itulah seluruh jiwa dan kewarasan Elyna kembali. Yang tidak kembali untuk selamanya adalah Eryna dan Pak Budi Kartawidjaja yang ditemukan meninggal di kamar kembaran Elyna, yakni Eryna.
Betapa terkejutnya, Ibu dan Elyna yang menemukan jenazah Ayah dan Eryna kaku tak bernyawa. Di samping jenazah itu terdapat surat pendek yang berisi wejangan Eryna untuk Elyna dan juga ditemukan kalung hitam bercorak hijau tua.
Tangis Elyna pecah sampai ia pingsan, karena ia menyadari bahwa keduanya meninggal dunia seperti ini karena menggantikan perjanjian sesat yang dibuatnya dengan makhluk dari dunia lain.