blank
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang melakukan pengerukan sedimen di embung Muktiharjo Kidul menggunakan alat berat sebagai antisipasi potensi banjir saat musim hujan. Foto: Ist

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pemerintah Kota Semarang serius berupaya dalam mengantisipasi potensi bencana yang kerap terjadi setiap musim hujan tiba, yakni musibah banjir yang biasa terjadi saat hujan lebat.

Seperti diketahui, menurut data dari BMKG, wilayah Jawa Tengah secara umum telah memasuki musim hujan sejak bulan Oktober 2021 dengan intensitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan Pemkot Semarang dalam rangka mencegah musibah banjir.

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang sendiri sudah mengantisipasi kemungkinan datangnya musibah banjir terjun langsung melakukan pembersihan dan pengerukan sampah di saluran air atau drainase menggunakan alat-alat berat, seperti backhoe.

Beberapa lokasi yang dilakukan pengerukan pembersihan seperti di Kali Sambiroto, saluran Taman Hasanudin, depan Rumah Sakit Wongsonegoro, saluran Jalan Gajah, hingga Kali Seruni Tlogosari dan juga pengerukan di embung Muktiharjo Kidul.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, mengatakan, selain pembersihan saluran dan pengerukan sampah, Pemkot Semarang yang saat ini memiliki beberapa embung pengendali banjir, salah satunya embung Muktiharjo Kidul, juga melakukan pengerukan sedimen dengan dibantu oleh balai besar.

“Embung Muktiharjo ini memiliki area seluas 4 hektar dengan tampungan yang dimiliki adalah 178.000 meter kubik. Harapannya daerah sekitar kolam retensi  genangannya bisa ditampung di Embung Muktiharjo Kidul ini, untuk selanjutnya masuk ke Kali Tenggang,” katanya, Minggu (19/12/2021).

Sementara itu terkait optimalisasi fungsi rumah pompa, Hendi menekankan jika persoalan utama yang dihadapi adalah masalah sampah. Untuk itu dia tak henti – hentinya mengingatkan masyarakat untuk dapat selalu menjaga kebersihan Kota Semarang, dengan memastikan sampah dibuang pada tempat yang semestinya.

“Sebetulnya ancaman dari sistem pompa kita adalah sampah. Karenanya, kita akan terus berkoordinasi dengan warga sekitar untuk melakukan pembersihan sampah yang menyumbat saluran air. Saya berharap kedepannya semoga masyarakat jadi lebih peduli dan tidak membuang sampah ke sungai yang mengakibatkan pompa jadi tersumbat,” katanya.

Dari catatan DPU, Kota Semarang memiliki rumah pompa sebanyak  52 rumah pompa dengan 119 unit pompa yang terbagi ke dalam empat wilayah, dan khusus yang berada di rumah pompa Muktiharjo Kidul ini memiliki dua unit pompa dengan kapasitas masing-masing 1.500 liter per detik sehingga total kapasitas 3.000 liter per detik.

Bahkan saat banjir melanda Kota Semarang, keberadaan rumah pompa menjadi sorotan. Mesin penyedot air di rumah pompa ini bekerja 24 jam tanpa henti, dan keberadaan rumah pompa terus dipantau, sehingga jika musim hujan datang, sistem pengendalian banjir melalui rumah pompa dapat berfungsi dengan lancar.

Hery Priyono