WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonosobo memastikan, upaya deteksi dini bencana alam tanah longsor akan terus diperkuat.
Kepala Pelaksana BPBD, Bambang Triyono ketika ditemui di sela pantauan sejumlah alat deteksi dini Early Warning System (EWS) di Desa Tieng Kejajar, menyebut pihaknya tengah mempertimbangkan upaya penambahan sarpras strategis tersebut, salah satunya dengan menggandeng CSR BUMD/BUMN.
“Saat ini dari 13 EWS, yang masih berfungsi aktif tinggal 8 yaitu di Desa Pagerejo (Kertek), Pucungkerep (Kaliwiro), Kalikarung (Kalibawang), Medono (Kaliwiro), Watumalang, serta Garung Lor, Pulus dan Kalibening (Sukoharjo),” terang Bambang.
Sementara, 5 EWS terpasang lainnya disebutnya, dalam kondisi rusak, yaitu di Desa Tieng (Kejajar), Desa Ngasinan (Kaliwiro), Dusun Gelangan dan Tripis (Watumalang), serta 1 EWS lagi di Desa Pagerejo (Kertek).
Menyikapi hal tersebut, Bambang mengaku pihaknya akan menambah dengan skema pengadaan alat di tahun mendatang, mengingat hampir semua wilayah Wonosobo memiliki potensi rawan bencana tanah longsor.
“EWS merupakan alat peringatan dini apabila terjadi gerakan tanah yang berakibat longsor, sehingga warga yang berpotensi terdampak bisa mengambil langkah antisipastif demi menghindari timbulnya korban,” lanjutnya.
EWS Baru
Di sejumlah wilayah, Bambang juga menyebut jajarannya telah memasang EWS baru, dengan harapan masyarakat lebih tanggap ketika alat EWS alarmnya berbunyi, yang artinya ada pergeseran tanah di wilayah seputar alat tersebut.
Sistem pemantauan menurut mantan Camat Kalikajar itu, juga sederhana, yaitu dengan memanfaatkan aplikasi yang terpasang di smartphone berbasis android. Era digital dimanfaatkan untuk mempermudah pemantauan masalah kebencanaan.
“Sehingga lebih mudah apabila sewaktu-wakti ada pergeseran tanah bisa langsung terdeteksi untuk kesiapsiagaan masyarakat sekitar di radius 1 sampai 2 kilometer,” ujar dia.
Pada tiap titik EWS, Bambang juga mengaku sudah menunjuk operator untuk mengakses setiap saat, baik melalui computer maupun handphone android.
“Saat ini kami sedang memetakan wilayah yang paling rawan dan berpotensi longsor untuk bisa dipasang alat detektor, meski memang secara umum hampir di semua wilayah Wonosobo berpotensi longsor karena kondisi tanahnya yang labil dan letaknya di tebing-tebing,” katanya.
Dengan sarpras di BPBD yang diakuinya minim, hambatan dalam penanganan kebencanaan menjadi lebih tinggi. Sehingga ke depan BPBD akan mencari terobosan dengan menggandeng CSR pihak BUMN, BUMD, Perbankan dan pihak swasta untuk bisa membantu mengadakan sarpras.
Muharno Zarka