Oleh Imam Sukoco,S.Pd
Miris. Pepatah Jawa, Wong Jawa wis ilang jawane nampaknya semakin mudah kita jumpai di tengah-tengah masyarakat. Bukan saja terlihat pada tingkah laku, karakter tetapi juga dalam menggunakan bahasa. Semakin banyak orang yang tidak dapat menggunakan bahasa Jawa dengan benar.
Padahal bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Selain digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa juga menunjukkan jati diri. Demikian juga dengan bahasa Jawa, merupakan simbol indentitas masyarakat Jawa sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Masyarakat Jawa , sangat identik dengan sopan santun dan beretika. ini semua dapat dilihat dari penggunaan unggah-ungguh bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Oleh sebab itu agar tidak benar-benar hilang, pembelajaran bahasa Jawa merupakan muatan lokal di SD dimulai ketika kelas I sampai kelas VI.
Pembelajaran bahasa Jawa adalah proses belajar yang telah dirancang oleh guru memiliki empat aspek yaitu mendengarkan, menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Tujuannya agar siswa mampu memahami dan menggunakan bahasa Jawa dengan tepat, berkomunikasi secara efektif dan efisien, baik secara lisan maupun tulisan.
Karena itu muatan lokal bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai wahana untuk menyemaikan nilai-nilai pendidikan etika, estetika, moral,spritual dan karakter.
Melihat ini semua Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga Kabupaten Jepara, mengadakan kegiatan seminar Bahasa Jawa yang dilaksanakan di aula Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, yang dilaksanakan hari Senin tanggal 18 Oktober 2021.
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan guru SD se Kabupaten Jepara yang pesertanya diambil tiap kecamatan tiga orang. Sedangkan narasumber adalah Buwono,S.Pd guru SD N 1 Damarwulan dan Nova Malinda Shinta,S.Pd guru SDN 1 Kedungcino.
Adapun materi yang disampaikan oleh kedua narasumber meliputi Pidato Bahasa jawa, Menulis dan membaca huruf jawa, Tingkatan-tingkatan atau unggah-ungguh bahasa Jawa, dan geguritan.
Harapan kedepan agar anak-anak mulai dari tingatan TK dan SD sudah dibiasakan untuk menggunakan Bahasa Jawa dan terbiasa menggunakan unggah-ungguh dalam berbahasa. Hal ini harus dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Penulis juga mempunyai gagasan melalui group WA Master Bahasa Jawa Jepara, dapat menerbitkan majalah berbahasa Jawa khusus untuk bacaan anak-anak SD.Tentunya pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Jepara selaku dinas yang menaungi Pendidikan Sekolah Dasar dapat mensuport kegiatan ini secara berkelanjutan.
Disamping itu juga harus dimulai pembiasaan berbahasa Jawa dilingkungan rumah. Bahkan dimulai saat anak-anak baru mulai belajar berbicara harus dimulai diajarkan dengan bahasa Jawa.
Penyelenggaraan lomba-lomba atau kegiatan yang dapat menjadi media pembelajaran dan pelestarian bahasa Jawa harus terus menerus diakukan.
Pembelajaran bahasa Jawa secara kreatif juga perlu dilakukan oleh guru dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi melalui konten-konten yang menarik.
Semoga kita bersama dapat menumbuhkan kembali minat dan keinginan siswa dan jga masyarakat untuk kembali menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar. Kita tentunya tidak ingin, bahwa dikemudian hari justru harus belajar Bahasa Jawa dari negara Suriname, Australia dan Belanda.
Penulis adalah Guru SDN 2 Tempur, Kecamatan Keling.