blank
Analis Kebijakan Biro Dalpers SSDM Polri, Kombes Pol Langgeng Purnomo, SIK, MH saat memberikan keterangan kepada awak media di Semarang. Foto: Dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia (PCTAI) Jawa Tengah (Jateng) menggelar seminar nasional kebangsaan.

Kegiatan yang masih dalam memperingati hari Kesaktian Pancasila itu dilakukan secara virtual, di Joglo Prambanan, Jalan Prambanan I Kav 202, Kalipancur Kota Semarang, Jumat malam (8/10/2021).

Sementara dalam kegiatan diikuti sekitar 300 anggota persaudaraan cinta tanah air dari berbagai daerah di Indonesia.

Dalam paparannya, Analis Kebijakan Biro Dalpers SSDM Polri, Kombes Pol Langgeng Purnomo, SIK, MH selaku narasumber mengatakan, memahami pancasila supaya bisa dalam taraf aktualisasi harus dengan rasa dan jangan hanya berdasarkan pengetahuan saja. Sebab pengetahuan hanya tiga puluh persen dan yang tujuh puluh persen adalah dengan rasa supaya bisa memunculkan menguatkan efektif.

“Apa yang dilakukan kita oleh orang Indonesia ini adalah wujud dari kebaikan aktualisasi nilai-nilai dari pancasila,” tandasnya.

Menurut Langgeng, ada lima tahapan level dari wujud yang distandarkan menjadi konsep sebuah kajian bersama, supaya bisa menjadi standart tentang perilaku yang baik.

“Level satu yaitu baru yakin, percaya, konsepsus tentang pancasila, level kedua sudah mengarah ke aktualisasi yaitu melakukan dengan nilai-nilai Pancasila, level tiga mengajak, namun jika sampai melakukan pelanggaran itu menjadi level nol sehingga membiasakan berbuat kebaikan sesuai karakter bangsa sampai kelevel empat yaitu role model, menjadi panutan sehingga selanjutnya menuju kelevel lima berdampak positif sesuai status sosialnya,” jelasnya.

Mantan Kapolres Grobogan ini menambahkan, dengan status itu semua nantinya akan berdampak positif, dan inilah yang perlu dibangun menjadi budaya dari sabang sampai merauke bisa menjadi standart nasional. Inilah yang dimaksud kompetensi sosial dan kultural perekat kebangsaan sebagai wujud untuk menjadikan sumber daya alam yang wujud, berhati Indonesia dan berjiwa Pancasila.

“Ini semua untuk menghadapi Indonesia emas di tahun 2045, dan harus disiapkan dari sekarang. Ini merupakan sebuah ide gagasan untuk menjadi kajian,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Perencanaan Kerjasama dan Pendidikan BPIP RI, Sadono Sri Harjo menuturkan, ideologi Pancasila merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk menanamkan, mempertahankan nilai-nilai Pancasila yang dapat diterapkan dikehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Ini semua diperlukan upaya strategis yang memerlukan gotong-royong dari seluruh komponen bangsa. Secara historis kita sama-sama memperhatikan bagaimana pembinaan ideologi Pancasila ini dari masa ke masa, terutama dipasca reformasi tahun 1998, diskusi pembicaraan Pancasila diruang publik seakan-akan bisa diberhentikan,” ujarnya.

Menurutnya, ini bisa membawa dampak yang luar biasa, dimana pada saat ini anak- anak kita dan generasi kita seakan ada masa periode yang hilang terkait dengan jatidiri nilai luhur Pancasila.

“Sehingga tidak ada kata terlambat selain kita bersama seluruh komponen bangsa untuk menegakkan dan menerapkan kembali pembangunan jatidiri bangsa ini melalui pendidikan baik formal, informal dan nonformal,” tuturnya.

Disebutkan, dalam kontek pendidikan formal akan kembali diberlakukan mata ajang wajib Pancasila melalui jenjang Paud sampai pendidikan di Perguruan Tinggi.

“Demikian juga untuk pendidikan informal dalam kontek keluarga maupun nonformal dan dalam komponen masyarakat lainnya akan terus dikampanyekan untuk pembinaan ideologi Pancasila, sehingga Pancasila menjadi satu-satunya dasar yang menuntun nangsa Indonesia sebagai leadstar dan dinamis untuk menjadi cita- cita yang diinginkan berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.

Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan pemberian bantuan kepada anak yatim piatu dan masyarakat kurang mampu yang dilakukan oleh perwakilan PCTA Indonesia Kabupaten Kudus.

Ning