blank
Ketua DPRD Kudus Masan saat hadir dalam FGD budidaya lele. foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Produksi lele di Kudus ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan domestik. Untuk itu, butuh peran pemerintah agar peternak lele di Kudus bisa menggenjot produksinya guna memenuhi kebutuhan pasar yang masih besar.

Kondisi tersebut terungkap saat Kopi Darat (Kopdar) dan froum group discussion (FGD) yang dilaksanakan paguyuban lele, Budidaya Lele Kudus (BLK).

Kegiatan yang dilakukan di Warung Raja Lele Desa Purwosari, Kecamatan Kota tersebut dihadiri langsung Kepala Dinas Pertanian Kudus, Dr. Sunardi dan Ketua DPRD Kudus Masan. Selain itu ada juga konsultan dan pendamping UMKM Sri S. Widhiyani.

Ketua BLK Feri mengatakan, kegiatan FGD ini mengambil tema ‘Pembudidaya Lele Sejahtera, Mimpi atau Nyata’. Tema tersebut diambil karena memang ada beberapa persoalan dalam budidaya lele.

”Apalagi terkait harga yang memang fluktuatif, bahkan tak jarang akhirnya tidak untung,” katanya saat memberikan sambutan dalam acara Kopdar dan FGD bersama anggota BLK, Minggu (3/10).

Dengan adanya BLK ini, tentu diharapkan bisa ada sharing ilmu agar pembudidaya benar-benar sejahtera dari proses budidayanya, baik pembibitan maupun pembesaran. Sehingga dengan adanya paguyuban ini, bisa lebih terasal keahlian budidaya lele.

Selain itu, hasil dari FGD ini nantinya akan diserahkan kepada dinas terkait agar bisa menjadi salah satu masukan dalam mengembangkan budidaya lele di Kudus.

Apalagi selama ini kebutuhan lele di Kudus masih dipasok oleh peternak lele dari luar Kudus karena memang belum mencukupi.

Ketua DPRD Kudus Masan dalam kegiatan tersebut mengatakan, pada dasarnya, pihaknya mendukung adanya paguyuban tersebut. Apalagi dirinya sudah mencoba budidaya lele sistem bioflok.

”Kalau dihitung saat saya panen perdana, untung 15 persen,” terangnya.

Tentu dengan ilmu yang terus diasah, diharapkan bisa meningkatkan keuntungan bagi peternak lele. Sehingga paguyuban ini sangat baik fungsinya karena bisa saling berbagi ilmu agar usaha lele yang digeluti bisa menguntungkan.

Pihaknya siap mendukung dengan alokasi anggaran untuk pembudidaya lele di Kudus, anggaran bisa disiapkan. Tentunya Dinas Pertanian bisa melakukan persiapan agar anggaran hibah untuk pembudidaya lele bisa teralokasikan.

”Saya yang menyiapkan anggarannya agar bisa membantu meningkatkan kualitas pembudidaya lele di Kudus,” jelasnya.

Namun pihaknya mengingatkan, ketika hibah nantinya cair, dirinya tidak menginginkan program budidaya dari penerima hibah berhenti. Akibatnya penerima tidak melanjutkan budidaya lele, sehingga hibah yang bertujuan untuk meningakatkan budidaya lele di Kudus tidak tercapai.

”Saya tidak mau ketika hibah sudah diterima, tapi tidak berkembang. Dengan adanya paguyuban ini, saya minta nantinya ada tim pendamping internal dari paguyuban, sehingga bisa berkembang, saya tidak mau saya beri hibah berupa bangunan dan alat, nantinya mengkrak,” jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian Kudus, Sunardi mengatakan, pihaknya mengharapkan agar paguyuban ini bisa diresmikan. Sehingga pemerintah kabupaten bisa hadir dengan beberapa program, salah satunya hibah.

Pada dasarnya, ketika memang dalam budidaya ada keuntungan, tentu perlu ditingkatkan. Baik dengan memperdalam ilmu tentang budidaya lele, pemasaran hingga bagaimana cara agar meningkatkan harga jualnya.

Kendala harga jual tentu menjadi salah satu yang sering terjadi, harga pakan tinggi dan harga jual rendah akan menjadi problem.

”Kami siap membantu penuh untuk paguyuban BLK ini, sehingga bisa terus berkembang,” imbuhnya.

Konsultan dan Pendamping UMKM Sri S. Widhiyani menambahkan, selama mendampingi UMKM, kendala utama selalu saja modal atau uang. Padahal modal utama tidak saja uang, kemampuan atau keahlian dan jejaring juga bagian dari modal.

Sehingga, perlu dilakukan identifikasi secara benar, sehingga kekuatan yang ada di paguyuban BLK ini bisa muncul. Pola pikir memang harus berubah agar BLK bisa terus berkembang dan akhirnya mencapai kesejahteraan yang diinginkan.

Tm-Ab