SEMARANG (SUARABARU.ID) Untuk meningkatkan jiwa Nasionalisme pada anggota Ormas dan LSM yang tergabung dalam FKSB (Forum Komunikasi Ormas Semarang Bersatu), mengadakan kegiatan Forum Group Discussion (FGD), di Hotel jalan Singosari, Semarang, Kamis (30/9/2021)
Tema yang diusung kami ini adalah “Menangkal Masuknya Idiologi Lain Guna Mencegah Paham Radikalisme dan Intolreransi di Kalangan Milenial Dalam Rangka Memperkuat Nilai-nilai Idiologi Pancasila, dengan narasumber dari Nahdlatul Ulama (Prof Dr H.Syamsul Ma’arif) Muhammadiyah (Dr.H.Rozihan,SH.M.Ag) dan dari Ex Napi Teroris (Yusuf Mahmudi).
A.M Jumai, Ketua FKSB mengatakan, bahwa Nila-nilai luhur dari agama dan budaya yang terintegrasi dalam ideologi negara, telah menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang relatif sangat kokoh. Itu dibuktikan dengan daya tahannya yang tinggi, terhadap segala gangguan dan ancaman dari waktu ke waktu, sehingga sampai saat ini tetap eksis sebagai falsafah dan landasan serta sumber dari segala sumber hukum bagi bangsa Indonesia.
Gangguan dan ancaman terhadap ideologi Pancasila semakin kuat, lanjutnya, terlebih pada era gelobalisasi di mana percaturan dan pergumulan bahkan benturan antar berbagai pemikiran dan ideologi dunia begitu keras.
“Hal ini ditandai semakin melemahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila pada generasi penerus bangsa, karena semakin banyaknya anak bangsa yang kian tertarik kepada ideologi-ideologi dan budaya lain yang memang gencar memasarkan dan menjajakan kepada siapa pun melalui metode dan media yang sangat menarik,” ungkap Juma’i
Bahkan, imbuhnya, kondisi ini juga melanda para pemimpin bangsa yang mestinya telah memahami sejarah dan dinamika perjuangan bangsa dan menjiwai-menghayati nilai-nilai ideologi Pancasila.
“Saat ini ancaman terbesar Pancasila, adalah kecenderungan dan gerakan sekularisasi Pancasila, yang ingin memisahkan bahkan mensterilkan Pancasila dari nilai-nilai Agama, termasuk di dalamnya adanya upaya membenturkan seolah-olah ada pertentangan yang hebat antara Pancasila dan Agama (terutama Islam). Dan pola ini hampir tidak kentara dan tidak terasa karena sangat halus sekali serangannya,” kupas Juma’i dengan mendetail.
Dalam benturan ini muncul dua kutub ekstrem, imbuhnya, yang sama-sama tidak menguntungkan bagi ideologi Pancasila, yaitu kutub anti Pancasila dan kutub anti Islam. Di satu sisi Pancasila dianggap aturan thoghut, namun di sisi lain Islam dianggap mengancam Pancasila, tentu kedua-duanya tidak benar baik dalam konteks Islam maupun Pancasila itu sendiri.
“Makanya kenapa kami hadirkan tiga narasumber yang mumpuni, aalg satunya adalah ex Napi Teroris, karena kami tidak ingin terjebak pada politik praktis dan menggadaikan Idiologi yang sudah ada ini diganti dengan Idiologi lainnya,” pungkas Juma’i.
Acara yang dimulai jam 13.00 WIB tersebut, diikuti lebih kurang 30 Ormas, LSM dan Media yang diundang hadir antara lain mewakili dari IPNU, IPPNU, Geram, AWPI, PPI, LBH, PMII, IPI, FKPAI, Hipakad, PPM, PDPM, Ansor, Muslimat, PPM Semai, PDA, Banser, RI-AK, FKPPI, LCKI, IMM, Persadani, NU, Lindu Aji, Bankom Kota Semarang dan Aira.
Absa