SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dua tahun sejak mendeklarasikan inisiatif Jateng Solar Province bersama Institute for Essential Services Reform (IESR), Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menunjukan komitmen mengembangkan energi terbarukan, khususnya tenaga surya.
Pemprov Jateng mengoptimalkan sumber dayanya untuk mengakselerasi pengembangan pembangkit listrik tenaga surya.
Kepala Dinas Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, selama ini pihaknya mengandalkan pembiayaan dari APBN dan APBD untuk menyokong program pengembangan PLTS atap seperti program PLTS solar home system (SHS), PLTS komunal off-grid, Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS), maupun PLTS atap di bangunan publik seperti kantor pemerintahan, sekolah/pesantren.
“Hingga 2021, sudah terbangun 995 kWp PLTS di Jawa Tengah yang dipasang dengan APBN (881 kWp) dan APBD Provinsi, serta kabupaten (114 kWp). Jumlah tersebut seharusnya bertambah dengan sedang dibangunnya PLTS atap di UMKM dan pondok pesantren berjumlah total 31 unit dengan kapasitas 192 kWp, yang penyelesaiannya masih terkendala pandemi Covid-19,” ungkap Sujarwanto melalui rilisnya, Jumat (17/9/2021).
Disebutkan bahwa, satu kebijakan yang sedang diramu ESDM Jateng yakni peta jalan energi surya. Peta jalan ini dimaksudkan untuk memberikan panduan pengembangan PLTS di Jateng dan memberikan sinyal untuk menarik lebih banyak lagi investasi di PLTS atap baik skala industri maupun rumah tangga, dan mendorong pembangunan PLTS terapung di berbagai waduk yang ada di Jateng.
“IESR memandang langkah ESDM untuk menyusun peta jalan surya merupakan langkah progresif. Berdasarkan kajian IESR, potensi teknis surya di Jawa Tengah berlimpah, yakni mencapai 193–670-gigawatt peak (GWp) dengan total potensi pembangkitan dari PLTS mencapai 285-959 terawatt-hour (TWh) per tahun,” jelas Sujarwanto.
Menurutnya, dengan potensi yang besar, Jawa Tengah bisa menjadi pemimpin pengembangan PLTS di Indonesia.
Seiring dengan meningkatnya minat dan semakin menguatkan kebutuhan industri dan pelaku usaha untuk menggunakan energi hijau yang bersumber dari energi terbarukan, PLTS merupakan sumber energi yang tepat, karena bisa digunakan on-site, terintegrasi dengan kawasan pabrik atau kawasan industri, dan harga listriknya semakin kompetitif.
“Pengembangan PLTS skala besar sangat relevan dan sejalan dengan keinginan Pemprov Jateng untuk menarik investasi. Dengan menyediakan dan mendukung pengembangan PLTS, maka Jateng bisa menjadi tujuan investasi untuk industri-industri yang membutuhkan energi terbarukan untuk tetap kompetitif,“ kata Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa.
Hasil survey pasar IESR yang dilakukan di 7 wilayah di Jawa Tengah untuk sektor rumah tangga, bisnis atau komersial, dan UMKM, juga menunjukkan adanya ketertarikan tinggi untuk memasang PLTS atap dengan skema pembiayaan yang menarik.
“Di Jateng sendiri terdapat potensi pasar kelompok bisnis atau komersial yang berminat memasang PLTS atap mencapai 9,8 persen (setara 16.000-unit usaha) dan UMKM 10,8 persen (setara 450.000-unit usaha),” terang Marlistya Citraningrum selaku Program Manager Akses Energi Berkelanjutan, IESR.
Merujuk pada hasil survey IESR tersebut yang juga menemukan bahwa keekonomian menjadi faktor penting bagi responden, ke depannya Dinas ESDM Jawa Tengah akan mendorong skema pembiayaan dengan ‘zero capex’ atau tanpa biaya investasi awal, terutama untuk konsumen bisnis dan industri, serta mendorong lembaga keuangan, termasuk bank daerah, untuk identifikasi pembiayaan dengan bunga rendah dan tenor panjang.
Selain itu, sejalan dengan rekomendasi IESR, Pemprov Jateng mulai mengandalkan energi surya untuk mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 12,94% pada tahun 2021. Salah satunya dengan mendorong pemanfaatan PLTS atap di sektor industri dan komersial.
Tersedianya kebijakan dan komitmen pemerintah Jateng terhadap pengembangan PLTS atap mendapat sambutan baik dari kalangan industri. Terbukti dari total 8,8 MW PLTS yang sudah terpasang di Jateng, 4,3 MWp berasal dari industri.
“Kami juga sedang menjajaki pembangunan PLTS di Kawasan Industri Kendal (KIK). Tidak hanya itu, untuk skema investasi, saat ini kami berencana untuk membangun PLTS atap di Kantor Gubernur Jateng dan PT Sango Ceramics Indonesia dengan 3 macam skema (pembelian langsung, leasing dan rental),” tambah Sujarwanto.
Selain PLTS atap, Jateng juga memiliki 42 waduk yang memiliki potensi sebagai lokasi PLTS terapung. Hasil pemetaan yang dilakukan IESR dan Pemprov Jateng menunjukkan potensi teknis total 723 megawatt-peak (MWp). Waduk Kedung Ombo, Waduk Gajah Mungkur, Waduk Wadaslintang dan Waduk Mrica merupakan beberapa waduk yang menarik perhatian beberapa investor dan solar developer.
Menyikapi tantangan pengembangan PLTS seperti terbatasnya informasi yang objektif dan komprehensif terkait PLTS atap serta penyedia layanan masih belum tersedia merata di daerah, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan peningkatan kesadaran publik dengan berbagai kegiatan dan produk komunikasi.
“Kami juga melakukan peningkatan kapasitas SDM dengan pelatihan, forum bisnis dan rencana pembentukan pusat layanan PLTS atap,” pungkasnya.
Ning