SEMARANG (SUARABARU.ID)- Ada fakta menarik yang diungkapkan oleh tim pakar yang hampir dua tahun melakukan riset tentang Ratu Kalinyamat. Riset ini hasil kerjasama Pusat Studi Ratu Kalinyamat Unisnu dengan Yayasan Dharma Bakti Lestari. Tim pakar ini diketuai oleh Prof Ratno Lukito
Sebab dalam naskah akedemik yang berhasil disusun dari 8 sumber primer buku-buku Portugis disebutkan bahwa Ratu Kalinyamat terbukti telah menyerang Portugis di Malaka dan Ambon sebanyak 4 kali. Padahal selama ini, hanya diketahui dua kali penyerbuan pasukan Jepara ke Malaka tahun pada tahun 1451 dan tahun 1573.
Fakta tersebut terungkap dalam diskusi naskah akedemik berjudul Ratu Kalinyamat: Perempuan Perintis Antikolonialisme 1549 – 1579 yang berlangsung di ruang Temulawak, Hotel Tentrem Semaranng, Sabtu (11/9-2021). Diskusi ini juga diikuti oleh Dr Connie Rahakundini, Dr Alamsyah, Dr Chusnul Hayati, Prof Ratno Lukito, Dr Nurhayati dan Murniati M.Si. Juga hadir Wakil Ketua DPRD Jepara, Pratikno.
Dalam paparannya, Dr Alamsyah M.Hum yang menjadi salah satu tim pakar menjelaskan, ada delapan sumber data primer yang secara eksplisit menyebutkan bahwa Ratu Kalinyamat adalah sosok yang bertanggung jawab , mengkoordinir, dan mengirm pasukan empat kali melawan kolonialisme Portugis di Malaka dan Maluku tahun 1551, 1565, 1568 dan 1574.
Alamsyah juga menjelaskan data primer tentang Ratu Kalinyamat terdapat dalam buku Fransisco Peres, Diogo da Couto, Manuel Faria e Sousa, Dom Alfonso de Naronha, Dom Sebastian, Cristovao Martins, Jorge de Lemos dan Artur Basila De Sa.
Karena itu menuruit tim pakar, tindakan Ratu Kalinyamat ini telah selaras dengan kriteria yang ditetapkan untuk pengajuan mendapatkan penghargaan sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2009 tentang Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan.
Dalam acara yang dihadiri oleh Wakil Ketua MPRD RI Dr Lestari Moerdijat, S.S,MM dan Rektor Unisnu Dr Sa’dullah As’aidi M.Ag tersebut juga diungapkan peran besar Ratu Kalinyamat sebagai penggerak aliansi kasultanan muslim seperti Johor, Aceh, Maluku dan Jepara untuk menyerang Portugis.
Bukan jender dan politik
Menurut Lestari Mordijat, pengajuan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional bukan persoalan jender. “Senyatanya perempuan Indonesia memiliki banyak peran dalam pejuang kemerdekaan pada masanya, Ratu Kalinyamat salah satunya,” ujar Lestari Moerdijat.
Karena ini spirit dan gagasan Ratu Kalinyamat harus terus dihidupkan ditengah-rtengah masyarakat, khususnya generasi muda. “Karena itu naskah akademik akan dibukukan agar dapat menjadi referensi bagi masyarakat untuk dapat mengenal lebih dekat Ratu Kalinyamat,” ujarnya.
“Tantangan terbesar adalah merubah image masyarakat dari konotasi negatf tentang Ratu Kalinyamat yang berangkat dari mitos. Sebab keberadaannya dan peran besar Ratu Kalinyamat yang berani berhadapan dengan Portugis justru belum diketahui secara luas,” ungkap Lestari Moerdijat. Karena itu ia minta kepada tim untuk mengkomunikasikan dengan cara yang mudah dipahami oleh publik, tambahnya.
Disamping itu, pengajuan ratu Kalinyamat bukan lagi milik kelompok atau golongan tetapi milik semua warga masyarakat. Kita butuh dukungan politik DPRD, Pemkab, tokoh masyarakat dan juga Provinsi Jawa Tengah.
Lestari Moerdijat juga menjelaskan, pengajuan Ratu Kalinyamat kali ini adalah untuk yang terakhir kali. Sebab telah perah dilakukan dua kali pengajuan, namun dikembalikan karena bukti primer masih kurang. “Padahal menurut peraturan perundang undangan pengajuan seorang tokoh untuk mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan nasional hanya boleh dilakukan tiga kali,” ujarnya. Harapan kami kini semua fihak mendukung pengajuan ini agar Ratu Kalinyamat lebih bermakna bagi generasi muda dan bangsa Indonesia, ungkap Lestari Moerdijat.
Hadepe – Avaros