blank
Kusnadi (kedua dari kanan), saat berbincang dengan Plt Ketua Umum KONI Jateng, Bona Ventura Sulistiana (ketiga dari kiri), di Dojo Bandungan. Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Guru (sensei) karate asal Jawa Tengah, Kusnadi menyebutkan, dirinya optimistis tim karate Jateng bisa memenuhi target merebut satu medali emas, satu perak dan satu perunggu, di ajang PON XX/Papua nanti.

Hal itu dia ungkapkan, usai melakukan pengamatan Pelatda Karate Jateng di Bandungan, Kabupaten Semarang. Selain itu, dia juga melihat hasil uji coba para karateka di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu.

”Daerah lain kini yang harus waspada pada Jateng. Karena saat ini karateka Jateng dalam asuhan pelatih bertangan dingin, Andriansyah. Dia terbukti mampu membawa tim Indonesia juara di Eropa dengan enam medali emas. Ini sebuah prestasi langka,” kata Kusnadi dalam keterangannya, baru-baru ini.

BACA JUGA: Whiz Hotel Semarang Tawarkan ’24Hour Stay’ dan Menu Rice Bowl

Sebagai tokoh karate Nasional, pria kelahiran Semarang, 4 Desember 1959 itu menegaskan, karateka bukanlah fighter, tetapi artis. Menurut dia, kalau fighter bertanding hanya mengandalkan power, sedangkan artis bertandingan dengan indah.

”Jika memukul lawan pun bukan bermaksud mencederai, kemudian tidak harus mengalahkan tetapi cukup mengungguli. Jadi karateka harus bertanding dengan smart,” paparnya.

Ditambahkan dia, untuk bisa bertanding dengan smart, maka seorang karateka harus memiliki dasar intelegensi, analisis dan evaluasi. Dengan mengetahui kualitas lawan, kemudian dianalisis dan dievaluasi. ”Jika ini bisa dilakukan secara cermat, maka seorang petarung akan bertanding dengan smart,” paparnya.

BACA JUGA: Banjir di Meksiko Sebabkan 17 Orang Tewas

Dalam kesempatan itu pula, Kusnadi menyoroti sikap sportivitas para atlet, pelatih, pembina dan juri dalam sebuah pertandingan

”Wasit dan juri pun termasuk pihak yang terlibat dalam pembinaan sportivitas atlet. Sportif berarti akan memutuskan seorang pemenang sesuai yang terjadi di atas matras. Kalau membelok, berarti merusak sportivitas yang berujung pada kacaunya pembinaan dan prestasi olahraga Nasional,” tegas pria yang pernah berguru karate di Jepang pada 1980-an itu.

Pengingkaran dari seorang wasit atau juri olahraga, menurut Kusnadi, juga berarti sebagai pengkhianatan amanat Nasional dalam pembinaan olahraga. Padahal negara atau pemerintah dalam mengagendakan pertandingan olah raga seperti PON, didukung dengan pendanaan yang sangat besar. Karena itu, pengambilan keputusan yang salah juga merupakan penghamburan uang negara.

BACA JUGA: Lima Rekomendasi Drakor Terbaru Bulan September

”Namun demikian, saya tidak bermaksud menasihati siapa pun. Saya hanya mengeluarkan uneg-uneg,” ujar dia, yang kini menetap di Bali sejak lima tahun terakhir.

Meski jauh dari tempat tinggalnya sekarang, namun Kusnadi tak lupa dengan daerah asalnya, Jateng. Maka dalam persiapan tim karate Jateng ke PON XX/Papua, dia berinisiatif memberi bantuan teknik kepelatihan kepada tim karate provinsi ini.

Dari pengakuannya, dengan kesadaran sendiri dia pun datang ke dojo karate Jateng di Bandungan. Di sana dia bergabung dengan pelatih Andriansyah dan 12 karateka lainnya. ”Saya juga berencana datang ke Jayapura, saat pertandingan nanti,” tukas Kusnadi.

Riyan