LAWE bisa diartikan untaian tali benang. Ilmu ini bisa disebut ilmu penyembuhan jarak jauh melalui sarana tali benang sebagai sarana bantu visualisasi batin.
Tekniknya ada kemiripan dengan Reiki. Prinsip Ilmu Lawe adalah mengolah energi penyembuhan dari jarak jauh, dan ilmu ini sudah ada pada zaman prakemerdekaan.
Di desa saya, generasi tertua dikenal dengan panggilan Mbah Moro Bendol, kemudian turun ke putranya, Pak Jari, dan kini diteruskan putranya, generasi ketiga yang biasa dipanggil Kamid.
Khas dari ilmu ini mengedepankan keikhlasan, dan tidak perlu ada pertemuan antara pasien dengan penyembuhnya. Karena bersifat rahasia, maka keikhlasannya lebih terjaga, karena termasuk doa yang diprioritaskan Tuhan, adalah doa sirri atau yang dirahasiakan.
Ilmu Lawe ada dua aliran, yaitu versi tradisiona (Jawa) dan ilmu hikmah. Yang versi tradisional tidak mengenal amalan tertentu dan lebih mengedepankan niat saja, sedangkan yang versi ilmu hikmah amalannya dari Surah Yaasiin.
Di antaranya wa daraba lana masalaw wa nasiya khalqah, qala may yuhyil izama wa hiya ramim. (Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami ; dan dia lupa kepada kejadiannya: ia berkata: “Siapakah yang menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh).
Ilmu Lawe cara mengobatinya dari jarak jauh dan klien tidak perlu diberi tahu kapan saat pengobatan itu. Rahasia powernya justru ketika dirahasiakan. Dalam agama disebutkan, di atas kepala orang yang mendoakan kebaikan bagi sesamanya secara rahasia, maka para malaikat menjawab : “Amin dan kamu juga mendapatkan yang seperti itu.”
Sisi gelap
Selain Ilmu Lawe, dikenal juga ilmu yang berlawanan, yang disebut “Geblek Bale”. Geblek dalam bahasa Jawa artinya memukul -dengan telapak tangan- dan bale adalah ranjang. Ilmu ini digunakan tukang pijat nakal.
Yaitu, saat menjelang matahari terbenam, mantranya dibaca lalu memukul ranjang sambil bervisualisasi yang dipukul itu punggung tetangga dekat dan jauh, agar mereka pegal-pegal atau sakit, lalu berobat kepadanya.
Ulah ini layaknya tukang tambal ban yang menyebar paku agar banyak ban bocor lalu memanfaatkan jasa penambal ban. Bahkan ada juga yang pakai ajian belut putih. Mantra dibacakan pada pohon agar licin, dan yang memanjat jatuh biar nanti pijat ke rumahnya.
Bayangkan, hanya untuk uang yang tidak seberapa, ada yang tega melakukan itu. Namun sisi baik ilmu inipun ada baiknya, sebab jika ditiupkan padaa Ibu-Ibu menjelang melahirkan, proses melahirkannya pun menjadi lebih mudah.
Ilmu Lawe
Belajar Ilmu Lawe tradisional, pertama kali menyiapkan untaian benang. Cara menghimpun power penyembuhnya harus bersahabat dengan alam. Di antaranya ada yang pantang memotong pohon yang masih hidup. Ada juga yang mengasah batin dengan puasa weton berdasarkan kalender Jawa, dsb.
Ada juga ilmu lawe yang mantranya singkat dan sarana penyembuhnya cukup dengan garam rosok dan mantra “Semelak” (menyingkir) diulang tiga kali. Semelak ini dari kata “Basmalah” Jawa, kemudian dilanjut, “waras-waras sega beras, mari-mari sega pari,” dsb.
Pengobatan lawe ini jika mengikuti tradisi aslinya, amalan dibaca menjelang mengobati dan tanpa hitungan kemudian berhenti ketika hati sudah merasa mantap. Prosedur awal bahwa tali itu divisualisasikan sebagai pasien yang akan diobati.
Tali lalu ditiup lembut penuh konsentrasi kemudian diurut sekali dua kali, atau lebih mengikuti kata hati. Kemudian menyiapkan butiran garam rosok (kasar) sejumlah neptu atau hari kelahiran berdasarkan kalender Jawa, misalnya : Ahad 5 – Senin 4 – Selasa 3 – Rabu 7 – Kamis 8 – Jumat 6 – Sabtu 9.
Jika hari kelahiran tidak diketahui, atau tidak ada garam rosok (kasar) dapat diganti media lain. Yaitu pakai garam yang ada, lalu dibacakan mantra atau doanya, dimasukkan air dan diminum atau dibalurkan pada bagian yang sakit atau cidera.
Teknik Lawe
Ilmu Lawe versi Ilmu Hikmah beda lagi. Saya belajar dengan guru yang konsepnya ada kemiripan dengan ilmu lawe tradisional. Sarananya sama, pakai tali.
Bedanya, pada amalannya. Versi ilmu hikmah dengan bacaan yang “memvisualkan” mengembalikan tulang yang telah remuk, “Wa dharaba lanaa matsalaw wa nasiya khalqahu qaala yuhyil ‘idhoma wahiya ramim(un),” (Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan melupakan asal kejadiannya ; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”)
Ini bagian Surah Yaasiin Wa dharaba lanaa matsalaw wa nasiya khalqahu qaala yuhyil ‘idhoma wahiya ramim(un). Artinya : Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan melupakan asal kejadiannya ; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”
Masruri, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati