JAKARTA, (SUARABARU.ID) – Kepala Bagian Ban Operasi Detasemen Khusus 88 Antiteror, Komisaris Besar Polisi Aswin Siregar, mengatakan, perlu mencermati dan hati-hati terkait para pengungsi Afghanistan yang masuk ke Indonesia.
“Banyak orang Indonesia maupun dari negara lain yang masuk ke Indonesia dari Afghanistan, maka perlu dicermati karena di sana mereka sebagai apa,” kata dia di Jakarta, Senin.
Ia mengkhawatirkan para pengungsi yang melarikan diri dari kelompok Taliban dan masuk ke Indonesia, bisa melakukan kombatan atau terlibat dalam perang sebelumnya di negara tersebut.
Apalagi, beberapa waktu lalu ada sekitar lima ribu orang dari penjara di Afghanistan oleh kelompok Taliban. Beberapa orang di antaranya merupakan asal Indonesia.
Kombes Pol Aswin mengatakan mereka yang dibebaskan tersebut memiliki tingkat radikalisme tinggi. Hal itu bisa jadi karena adanya pembelotan dan merasa terpanggil untuk membela sesuatu dengan cara-cara yang salah.
Hal tersebut bisa menjadi motivasi tersendiri bagi jaringan yang saat ini sedang akan pulang atau sudah berada di Tanah Air. “Kita akan melihat bagaimana perkembangannya,” ujarnya.
Mereka mengingatkan potensi ancaman dari para returnis atau orang Indonesia yang akan berangkat ke negara-negara sedang berkonflik itu memang ada.
Berdasarkan catatan Densus, ketika terjadi konflik di suatu negara di timur tengah, ada masyarakat yang berangkat ke negara tersebut dengan berbondong-bondong untuk bergabung.
Oleh karena itu, peristiwa yang sama diharapkan tidak terjadi lagi adanya warga negara Indonesia yang berangkat ke negara yang sedang dilanda konflik dan ikut serta.
Hal itu bisa terjadi karena adanya bujukan atau rayuan dengan nomor iming-iming yang akan ditolak oleh individu sehingga akhirnya berangkat ke negara yang sedang berkecamuk akibat berkonflik.
Contoh, kata dia, adanya bentuk rayuan saat kaum muslim tertindas maka seluruh umat harus bersatu membela atau saudaranya. Di atas dasar itu, masyarakat yang tidak begitu memahami akan langsung berangkat dan akhirnya terlibat dalam perang.
ANTARA