Penyerahan wayang tokoh Bima oleh pembina Yayasan Marga Langit Hadi Priyanto dan Ketua Paguyuban Seni Karawitan Loka Budaya, Bambang Setyawan kepada dua dalang muda Jepara, Ki Syarif, S.Pd dan Ki Dian Widiono S.Pd disaksikan Ketua Yayasan Marga Langit Hendroyono, S.Sn. (Foto : Eko Dion )

JEPARA (SUARABARU.ID) – Pagelaran Wayang Kulit dengan cerita Dewa Ruci yang Sabtu (21/8-2021) malam digelar live streaming dari  panggung budaya Yayasan Marga Langit, Banjaragung Jepara berlangsung sukses. Acara  dibuka dengan Tari Marga Langit yang diciptakan oleh Ketua Yayasan         Marga Langit Ki Hendroyono, S.Sn.

Pengrawit, Dalang dan Sinden pengisi acara (Foto : Vicky)

Pentas dimulai dengan penyerahan wayang Bima  oleh pembina Yayasan Marga Langit Hadi Priyanto dan Ketua Paguyuban Seni Karawitan Loka Budaya, Bambang Setyawan kepada dua dalang muda Jepara, Ki Syarif, S.Pd dan Ki Dian Widiono S.Pd yang akan pentas.

Pentas wayang yang diselengarakan dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan RI  ke –  76 dan Peringatan Grebeg Suro  tahun 2021 ini dudukung oleh 15 dalang muda sebagai pengrawit diantaranya  Ki Lintang, Ki Ranu, Ki Danar, Ki Heru Prabakusuma, Ki Sugianto, Ki Teguh, Ki Agung Suryalaksan, Ki Faisol serta sejumlah anak  muda yang baru gladen pedalangan dari Sanggar Karawitan Putulanggar dan  Yoga Laras.

Ketua Yayasan Marga Langit Hendroyono, S.Sn

Sedangkan 11 orang peseinden yang memeriahkan acara tersebut  diantaranya Sukma, Ade, Ririn, Tesa, Dwik dan   6 sinden binaaan Yayasan Marga Langit yang dilatih oleh Ki Heru Prabakusuma, S.Sn  dari Sanggar Pedalangan Prabakusuma Jepara.

Ki Heru Prabakusuma, S.Sn, penangungjawab pentas

Pentas wayang ini dimeriahkan juga dengan penampilan kolaboratif adegan gara-gara oleh MC kondang Mr Black Lukito,    Ki Masnanto Mbeling  dan Mc Butu yang tampil sebagai  Gareng, Bagong dan Petruk.

Disamping pegelaran wayang kulit,  Yayasan Marga Langit seperti biasanya saat mempertngati Grebeg juga menyelenggarakan ruwatan  masal bagi 50 orang, khitanan massal  20  anak   dan santunan anak yatim.

Tari Marga Langit yang diciptakan oleh Ki Hendroyono, S.Sn

Pembina Yayasan Marga Langit Hadi Priyanto menyebut yayasan ini telah mampu menunjukan konsistensi dan eksistensinya menjadi salah satu pusat pengembangan budaya di Jepara. Sementara Bambang Setyawan  menyebut Marga Langit sebaga penjaga budaya luhur bangsa. “Karena tu harus kita dukung bersama,” ujar Bambang Setyawan.

Santunan anak yatim di Yayasan Marga Langit

Ketua Yayasan Marga Langit Ki Hendroyono, S.Sn mengungkapkan acara yang diselengarakan secara rutin setiap tahun tersebut diharapkan menjadi even untuk menjaga dan merawat tradisi. “Semoga budaya kita terus tumbuh lestari di tengah-tengah persaingan budaya yang sangat kuat,” ujarnya.

Kepada SUARABARU.ID Hendroyono menjelaskan, Yayasan Marga Langit, Desa Banjaragung yang berdiri sejak tahun 2018. Sebelumnya     pada tahun 2007 bernama Sanggar Pernafasan Walisango dan berganti nama menjadi   Padepokan Cakra Latifah sejak 2011.  “Margo artinya menungguling jiwa raga dan Langit  maknanya piwulang kang siningit,” ujar Hendroyono.

Ruwatan di Yayasan Marga Langit

“Sebenarnya banyak ajaran rahasia dari para leluhur yang sekarang ditinggalkan generasi muda, mulai dari seni dan budaya serta kearifan lokal, juga ilmu batin ajaran para wali sebagai sara pendekatan kepada Tuhan. Oleh sebab itu, disamping  seni budaya dan  kearifan lokal, Marga Langit juga mengembangkan ilmu pernafasan tenaga dalam, kebatinan dan manjlis dzikir,” ujar Ki Hendroyono, S.Sn yang juga ketua Pepadi Jepara.

Pagelaran Wayang dengan lakon Dewa Ruci yang dipentaskan oleh Ki Syarif, S.Pd dan Ki Dian Widiono S.Pd dua dalang muda Jepara.

Sinopsis Cerita Dewa Ruci

Menurut Ki Hru Prabakusumo, S.Sn, penanggung jawab pegelaran, lakon Dewa Ruci adalah   lakon dengan Tokoh Bratasena yang sedang mencari jati diri, Cerita ini diawali dengan menghadapnya Bratasena pada gurunya yaitu Pandita Durna, dengan mengutarakan maksud dan tujuannya untuk mencari Jati Diri (sangkan paraning dumadi). Maka Pandita Durna mengutus Bratasena untuk mencari Kayu Gung Susuhing Angin di Alas Krendayana.

Dengan keyakinan yang kuat dan kepatuhan terhadap gurunya, Bratasena bergegas mencari Kayu Gung Susuhing Angin. Namun disisi lain maksud dan tujuan Pandita Durna bukan lain untuk menyesatkan Bratasena agar mati dalam pencariannya.

Penampilan kolaboratif adegan gara-gara oleh MC kondang Mr Black Lukito, Ki Masnanto Mbeling dan Mc Butu yang tampil sebagai Gareng, Bagong dan Petruk

Merasa gagal membunuh Bratasena,  Pandita Durna kemudian mengutus kembali muridnya   untuk mencari Banyu Perwita Sari di Segara (Laut) Minang Kalbu dengan harapan Bratasena berhasil memusnahkan Bratasena.

Kembali dengan  niat ikhlas yang kuat serta keta’diman pada guru,  tanpa berfikir panjang Bratasena mengiyakan perkataan dari gurunya dan bergegas untuk mencari Banyu Perwita Sari, Bratesana Kemudian menceburkan dirinya ke laut dan bertemulah dengan ular naga.

Terjadilah perkelahian hingga Bratasena berhasil menyobek  mulut si naga yang kemudian berubah wujud menjadi Dewa Ruci. Bahkan kemudian Dewa Ruci memberikan wejangan  ilmu sejatining urip. Pada Ahirnya Bratasena mendapatkan hasil dalam pencariannya. Inilah bukti dari Ketaatan dan kepatuhan murid terhadap Gurunya yang patut untuk dicontoh sebagai bekal keberhasilan dalam menjalankan kehidupan.

Hadepe

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini