blank
Dr. Mahalli, M.Pd., Wakil Rektor 1 Unisnu Jepara saat membuka seminar

JEPARA ( SUARABARU.ID) – Saat ini dunia telah memasuki era society 5.0. Berbagai tantangan dan perubahan di era super smart ini memantik dunia pendidikan di Indonesia untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia  unggul dan berkualitas.

Karena itu Program Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) memiliki inisiatif untuk memotivasi  mahasiswa  dan para pengampu bidang akademik untuk menyiapkan diri dalam menghadapi perubahan di era society 5.0.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka digelar  acara Seminar Nasional dan Call for Paper bertajuk “Digitalisasi Pendidikan dan Pengajaran di Era Society 5.0” dengan menghadirkan narasumber Dra. Dewi Rochtaningsih, M.Ed., Ph.D dari UNS Surakarta.

blank
Seminar Nasional yang diselenggarakan secara virtual

Seminar yang  diselenggarakan Senin (28/6-2021) ini dilaksanakan secara daring dengan menggunakan aplikasi Zoom terbatas 100 orang. Kegiatan ini juga disiarkan melalui You Tube Live Streaming di  di https://youtu.be/4eZX30K1Y1Q

“Kegiatan ini tidak hanya berupa seminar (nasional), namun juga Call for Paper bagi mahasiswa PBI Unisnu. Juga untuk meningkatkan pengetahuan dan skill bagi guru dalam penerapan aplikasi digital untuk mengajar dan pembelajaran bagi siswa,” ujar  Dr. Mahalli, M.Pd., Wakil Rektor 1 Unisnu Jepara saat membuka seminar tersebut. Adapun jumlah peserta Call for Paper mahasiswa sebanyak 153 peserta dengan total penulis artikel sebanyak 73 penulis dan 45 artikel yang nantinya akan dibukukan dalam Proceeding.

Sebab menurut Mahalli, di  Era Society 5.0, guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan kreator bagi peserta didik agar menjadi pembelajar mandiri atau independent learner, Karena itu ada perubahan paradigma yang disiapkan dengan sungguh-sungguh untuk menghadapi era society 5.0.

“Karena itu pendidik dituntut untuk meminimalkan perannya sebagai learning material provider, dan harus berubah menjadi inspirator  bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik,” ujar Mahali. Pendidik juga harus tampil sebagai fasilitator, inspirator dan pembelajar yang mampu menjadi motivator peserta didik untuk Merdeka Belajar, tambahnya

blank
Dra. Dewi Rochtaningsih, M.Ed., Ph.D,, narasumber dalam seminar nasional yang digelar Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unisnu Jepara

Sementara, Haryanto, S.S., M.Hum, selaku ketua panitia penyelenggara menambahkan bahwa sebagai upaya bagi para pendidik dalam perannya di bidang digitalisasi pendidikan dan pengajaran di era society 5.0, menuntut para guru untuk memiliki keterampilan di bidang digital dan berpikir kreatif.

Menurut Haryanto ada tiga hal yang dapat  dimanfaatkan pendidik di era society 5.0 yaitu Internet of Things (IoT), Virtual Augmented Reality, dan pemanfaatan Artificial Intelligence untuk mengetahui serta mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan oleh pelajar

Sedangkan Kaprodi PBI, Husni Mubarok, M.Pd., menjelaskan seminar ini  dimaksudkan  untuk  menjembatani para mahasiswa dalam  mengembangkan kompetensinya dibidang teknologi informasi. “Selama dua  tahun masa pandemi ini, penguasaan  teknologi menjadi suatu hal yang mutlak,” ujar Mubarok.

Menurut Mubarok, digitalisasi merupakan salah satu bentuk literasi yang harus dikuasai sebagaimana lima literasi lain. Selain literasi baca dan tulis, literasi finansial, literasi sains dan literasi budaya, literasi digital juga sangat penting.  Harapannya melalui program Kampus Merdeka, mahasiswa dapat membantu guru-guru di sekolah dalam hal adaptasi teknologi, tambahnya.

Ada Peran Pendidik yang Tidak Tergantikan

Sementara Dra. Dewi Rochtaningsih, M.Ed., Ph.D,dalam paparannya menjelaskan,tranformasi digital berpengaruh besar dalam dunia pendidikan, . khususnya dalam pelayanan oleh guru kepada peserta didik dalam pembelajaran. Juga pelayanan sekolah melalui sistem digital kepada masyarakat.

Oleh sebab itu menurut Dewi Rochtaningsih,  E-learning platform perlu disiapkan selama 24 jam seperti SIAKAD dan LMS. “Keuntungan dari Digital Transformation (transformasi digital) ini adalah merekam segala informasi yang dibutuhkan,” terangnya.

Namun . bukan berarti peran pendidik akan tergantikan oleh mesin. “Sebab ada tiga hal yang tidak dapat tergantikan oleh mesin yaitu direct interaction (interaksi langsung), emotional bond (ikatan emosi), character building (pembentukan karakter), dan modeling/exemplary teacher (keteladanan),” ungkap Dewi Rochtaningsih

“Karena itu guru harus memiliki kemampuan leadership (kepemimpinan), digital literacy (literasi digital), communication (komunikasi), emotional intelligence (kecerdasan emosional), entrepreneurship (wirausaha), global citizenship (kewarganegaraan global), team working (kerja tim), dan problem solving (penyelesaian masalah),” jelas . Dewi Rochtaningsih,

Karena itu guru harus memiliki high curiousity (rasa ingin tahu yang tinggi) untuk memahami setiap pembaruan yang ada jika tidak ingin tergerus oleh zaman, tukasnya.

Pelaksanaan Seminar Nasional di sesi acara dilanjutkan oleh presentasi mahasiswa. Presentasi dalam kegiatan Call for Paper oleh para mahasiswa ini adalah hasil dari penelitian dan pengabdian masyarakat yang telah dilaksanakan dalam 1 hingga 2 tahun terakhir.

“Harapan dengan dilaksanakannya seminar ini, guru akan semakin meningkat daya kreativitasnya dalam pengajaran dan memiliki kecakapan digital yang bisa diterapkan dalam bidang pendidikan dan pengajaran,” ungkap Aprilia Riyana Putri, M.Pd. selaku moderator yang memandu  jalannya seminar dan diskusi Call for Paper. 

Hadepe- Diana