blank
Kapolres Wonosobo AKBP Ganang Nugroho Widhi SIK MT ketika menjalani test Swab PCR. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Peningkatan kasus penyakit Covid-19 belakangan ini yang terjadi di berbagai wilayah di Jawa Tengah, nasional bahkan secara global, otomatis terjadi kepadatan lalu lintas virus Corona di lingkungan sekitarnya.

Kondisi tersebut tentu menuntut kewaspadaan semua pihak agar tidak tertular penyakit Covid-19. Jika tidak waspada bukan tidak mungkin siapapun bisa jadi korban penularan dan penyebaran virus yang berasal dari Wuhan China itu.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonosobo, melalui Kepala Bidang Pengendalian Penyakit DKK, Jaelan Sulat, di sela sela kegiatan Swab PCR bagi Forkompimda dan ASN di lingkungan Setda dan Setwan Wonosobo.

blank
Kabid Pengendalian Penyakit Menular DKK Wonosobo, Jaelan Sulat. Foto : DB/dok

Pada kesempatan itu Jaelan Sulat juga menyampaikan bahwa untuk kewaspadaaan mengantisipasi munculnya gelombang ketiga kasus Covid-19 di Wonosobo, di mana daerah ini sudah 5 bulan melandai menyelesaikan gelombang kedua pandemi global Covid-19.

“Namun ada kemungkinan dengan situasi di wilayah lain peningkatan kasus Covid-19 yang luar biasa seperti itu, maka siapa pun juga punya resiko tertular virus Coroba di masa gelombang ketiga wabah penyakit Covid-19,” ujarnya, Rabu (16/6).

Karena itu, sambung dia, Satgas Penanganan Covid-19 Pemkab Wonosobo, bertindak cepat. Yakni dengan melakukan tindakan swab/PCR bagi jajaran Forkompimda dan ASN di lingkungan Setda dan Setwan setempat. Langkah tersebut sebagai upaya deteksi dini penemuan kasus penyakit Covid-19.

“Deteksi dini penemuan kasus dini dengan PCR Swab ini, hasilnya bisa positif bisa negatif.
Kalau negatif yang diharapkan semua pihak. Sehingga nanti menjadi semangat untuk terus melaksanakan prokes dengan 5M atau 3M yakni mengenakan masker, cuci tangan dan jaga jarak,” ungkapnya.

Tapi kalau hasil dari PCR Swabnya positif maka, menurutnya, semua harus melakukan tindakan tracking dan treatmen, dengan isolasi dan pengobatan maksimal. Dengan cara tersebut, bisa dikendalikan resiko peningkatan kasus penyakit Covid-19.

Pencegahan Awal

blank
Petugas Nakes sedang mendata ASN di lingkungan Setda Wonosobo untuk menjalani Swab PCR. Foto : SB/Muharno Zarka

“Saya juga mengingatkan kepada masyarakat, kata kuncinya, adalah pencegahan awal. Pencegahan awal itu paling mudah, tapi juga paling sulit untuk dilakukan siapapun. Butuh komitmen bersama untuk bisa mencegah penularan dan penyebaran virus Corona,” tambahnya.

Menurut Jaelan, pencegahan awal itu yakni dengan menerapkan 5 M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas, jangan pergi kalau itu tidak penting penting sekali.

“Kegiatan yang menimbulkan potensi kerumunan, seperti kegiatan seni, keagamaan dan acara lain yang bersifat mengumpulkan warga, mohon untuk dihentikan atau ditunda dulu sementara waktu,” pinta Jaelan.

Dikatakan, ini sesuai istilahnya Presiden RI, Jokowi, berarti saatnya semua untuk menginjak pedal rem. Nanti kalau sudah turun lagi kasusnya bisa diinjak pedal gas lagi. Semua harus hati-hati dan waspada terharap serbuan gelombang ketiga pandemi global Covid-19.

Terkait kasus Covid-19 di Wonosobo, Jaelan juga menyampaikan bahwa memang ada peningkatan dari kasus terendah di pelandaian gelombang kedua. Saat ini ada peningkatan 5 sampai 6 kali lipat dari kasus sebelumnya.

Di posisi tanggal 14 Juni 2021, ada 502 kasus aktif dari total 6.254 kasus Covid -19, dulu kasus terendah ada 61 kasus, jadi peningkatannya lumayan. Kemudian ada klaster terbesar di beberapa wilayah.

“Di Wonosobo kini ada 8 RT zona merah, 7 RT zona orange dan 227 RT zona kuning. Ini sebagian besar karena klaster sosial. Seperti kegiatan keagamaan, takjiah dan hajatan. Klaster perkantoran baru muncul beberapa hari terakhir ini,” tegasnya.

Jika diperhatikan, ucap Jaelan, dari klaster libur lebaran malah sebenarnya sudah tidak berhubungan. Karena tidak ada bukti baik dari tes cepat antigen yang dilaksanakan sebelumnya angkanya sangat kecil. Di Wonosobo kalster sosial adalah yang terbesar dan membuat semua berisiko kembali terkena penyakit Covid-19.

Gerakan 5M

Jaelan juga menyampaikan hal yang harus dilakukan masyarakat adalah gerakan untuk mengenakan masker dan gerakan disinfeksi lingkungan, karena kepadatan virusnya sangat tinggi. Terkait kegiatan tracing, testing, ini menjadi tanggung jawab pemerintah setempat.

“Jadi masyarakat diminta kooperatif bekerjasama dengan tenaga kesehatan. Semua kontak erat akan dilakukan tracing dan dilakukan pemeriksaan swab untuk testing dan semuanya tidak berbayar karena sudah dicukupi oleh pemerintah.

“Tugas Satgas Penanganan Covid 19 di daerah adalah menjaga warga dari kesakitan dan kesulitan ekonomi. Sehingga ketika penyakit mulai mengancam maka pencegahannya ditingkatkan dan ketika penyakit menurun ekonomi dikuatkan,” tambah Jaelan.

Dijelaskan Jaelan, untuk Wonosobo sebenarnya tingkat kepatuhan dan kesadaran masyarakatnya luar biasa. Memang ada beberapa tempat yang masih melakukan penolakan untuk tracing. Tapi itu sangat sedikit dibandingkan variasi secara keseluruhan.

“Kerjasama, intervensi dari Satgas Covid-19 Desa/Kelurahan dan Kecamatan dibantu TNI-Polri, ini sangat luar baik. Dan ini hal baik atau nilai lebih yang di miliki Wonosobo dibanding daerah atau kota yang lain,” ujarnya.

“Memang saatnya sekarang ini semua harus berbicara lagi, untuk terus saling mengingatkan. Pemerintah terus menggugah kesadaran masyarakat bahwa di situasi kondisi ini yang kemarin bisa mengendalikan tidak ada jaminan akan terus terkendali. Karena ini kasus akan selalu berkembang sesuai dinamika yang ada di luar wilayah,” ungkapnya.

Wonosobo patut bersukur dapat menyelesaikan gelombang satu. Wonosobo pernah punya 32 hari itu bebas kasus Covid-19. Kemudian lima bulan terakhir ini juga menikmati pelandaian gelombang kedua dengan angka kematian yang cukup rendah dibandingkan daerah lain.

“Dengan situasi terakhir ini ada resiko dan semua sudah bisa menangkap bahwa ini berisiko. Maka kalau cepat kembali lagi patuh pada prokes dan arahan tenaga kesehatan dan Satgas Covid-19. Insya Allah ini akan segera terkendali. Akan segera mencapai kurva puncak dan kemudian segera melandai lagi,” paparnya.

Kalau sudah melandai bisa kembali longgar lagi seperti dulu. Jadi istilahnya gas dan rem memang yang harus diterapkan di situasi pandemi global Covid-19 seperti sekarang ini.

“Tidak bisa hanya salah satu, kalau hanya rem saja nanti ekonomi masyarakat bagaimana? Tapi kalau gas saja nanti pandeminya akan seperti apa? Diharapkan semua bergerak mencegah pandemi Covid-19 dari level pribadi sampai masyarakat,” pungkasnya.

Muharno Zarka