JEPARA (SUARABARU.ID) – Banyaknya jumlah warga yang masih dalam status positif terkonfirmasi Covid-19 hingga yang menjalani isolasi mandiri di rumah mencapai 1.660 orang per Senin (14/6-2021) sungguh mencemaskan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua DPRD Jepara H. Pratikno. Ini menunjukkan percepatan penanganan kasus Covid-19 di Jepara tidak terencana dengan baik, tambah politisi Partai Nasdem ini
Kondisi ini menurut Pratikno semakin mengkhawatirkan sebab 6 rumah rumah sakit rujukan sejak beberapa hari yang lalu telah mulai kuwalahan dan bahkan menolak pasien rawat inap. Hari ini ( red. Senin ) jumlah antrian di RSUD RA Kartini mencapai 50 orang lebih, karena ruang isoalasi dan IGD penuh. Juga rumah sakit rujukan yang lain.
Akibatnya angka kematian Jepara terus meroket hingga hari Minggu kemarin mencapai 21 orang. “Jika 1.660 orang ada yang kondisinya menurun dan memburuk akibatnya bisa fatal seperti kasus Pakis Aji, Jepara, Nalumsari dan Mayong. Mereka meningal ketika tengah berusaha keras mencari ruang perawatan di rumah sakit,” ungkap Pratikno.
Oleh sebab itu perlu segera membuat ruang isolasi tambahan atau tempat isolasi yang terpusat. Bahkan jika perlu membuat rumah sakit darurat dengan memanfaatkan hotel, stadion, gedung haji, gedung wanita, atau gedung Undip di Telukawur . “Bupati, Pemkab, Satgas harus menyadari bahwa ini kondisi darurat hingga diperlukan tidakan yang luar biasa atau extra ordinary. Jangan hanya sebatas rencana atau wacana yang terkesan bertele-tele,” tegasnya.
Kasihan Nakes Banyak yang Tumbang
Hal lain yang tak kalah penting dalam membuat ruang isolasi terpusat adalah kecukupan tenaga kesehatan, makan, gizi dan obat. Nakes jangan gunakan tenaga kesehatan yang ada di Jepara yang telah dalam kondisi kelelahan dan banyak yang terpapar. Tetapi bisa bekerjasama dengan universitas yang memiliki fakultas kedokteran atau meminta bantuan Kodam dan Polda Jateng,” ujar Pratikno
“Jangan seperti tempat isolasi di BLK Pecangaan yang sudah diresmikan menjadi tempat isman, tetapi ketika ada yang mau isman tidak ada yang mengurus,” ungkap Pratikno yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Partai Nasdem. Padahal dana yang dialokasikan sangat banyak.
Pratikno juga mengungkapkan, karena beban tugas nakes yang sangat berat dan banyaknya nakes yang juga terkonfirmasi Covid-19, maka harus ada upaya luar biasa agar dapat tetap menjaga trecing dan testing sesuai protap.
Pelacakan kontak erat harus dilakukan dengan cepat dan testing dilakukan terus menerus sesuai dengan terget per minggu 1.275 orang,” ujarnya. Saya amati tracing sering kali terlambat sebab nakes kelelahan pontang panting.
Perawatan warga yang isman menurut Pratikno juga tidak dapat dilakukan maksimal sebab bidan desa yang bertanggung jawab juga terkonfirmasi. Harus dicari solusi yang cerdas.
“Biarlah nakes konsentrasi pada pelayanan kesehatan. Sedangkan gerakan 5 M, pelacakan kontak erat, mencari orang yang harus di testing, distribusi logistik ditangani oleh pemangku kepentingan lain. Jangan semua urusan melibatkan tenaga kesehatan,” ujar Pratikno
Hal lain yang disorot oleh Pratikno adalah banyaknya OPD yang tidak dilibatkan hingga terkesan menjadi penonton. “Jika perlu minta bantuan ke Gubernur Jateng, Kodam IV Diponegoro dan Polda Jateng untuk menggerakan seluruh elemen masyarakat,” usul Pratikno.
Konsisten dan Jadi Teladan
Konsisten dan menjadi teladan adalah hal lain yang menurut Pratikno penting dilakukan. “Kebijakan dua hari dirumah saja pada hari Sabtu dan Minggu baru diumumkan Jumat sore. Hingga tidak banyak masyarakat yang tau. Akibatnya pelaksanaannya tidak efektif. Sebab masyarakat tidak tau,” ungkapnya.
Juga tidak dilakukan kegiatan seperti dituangkan dalam surat edaran bupati yaitu melakukan rapid secara acak dan bagi yang positif dilakukan isolasi ditempat yang disediakan.
“Keteladanan para pejabat juga penting. Jangan sampai warga dihimbau di rumah saja, tetapi malah ada pejabat yang justru mendaki gunung di kota lain. Ironis jika itu terjadi,” ujar Pratikno sedih
Hadepe