blank
Ilustrasi. Foto: Ist

Merayu Dunia-Akhirat

Pengalaman lain yang dia alami setelah masa ujian, suatu saat dia main ke rumah Ustad Tajir.  Tuan rumah itu, apa pun punya, hotel, mobil mewah, apartemen, dsb. Namun saat dia menerima tamu, cukup dengan menggelar tikar bahkan di ruang tamu pun tidak ada kursi dan meja.

Pada kunjungan berikutnya dia sengaja membawa meja dan kursi yang ditata sendiri, dia cari ruang sendiri karena saat itu sedang ada tamu  yang jutawan. Setelah tuan rumah tahu ulah nekatnya lalu geleng-geleng kepala. Dia hanya bilang titip meja kursi  semoga ada manfaatnya.

Dia yakin bahwa kursi yang dia bawa itu nantinya akan dimanfaatkan untuk duduk orang-orang hebat. Dan dugaan itu benar. Bulan berikutnya, dia dikabari ada yang tertarik meja kursi itu dan tanya dijual berapa? Spontan dijawab, terserah Pak Ustad saja.

Pak Ustadz lalu pasang harga tinggi, dan oleh tamunya dibayar.  Namun saat Pak ustadz ditanya uangnya dikirim ke mana? Yang empunya meja kursi itu menjawab, ”Masukkan kas masjid.”

Dia lalu bercanda, “Segera akan dikirim meja kursi lain yang lebih bagus, biar ditawar orang lagi.” Menurutnya, itulah cara merayu alam.

Dia mengaku tak pernah berhitung soal rugi. Yang dilihat untungnya, yaitu saat Ustad  duduk kursi,  jika ada tamu bertanya soal kursi dan meja unik itu, maka nama yang titip itu itu disebutnya. Padahal tamunya kebanyakan orang alim dan orang-orang berpengaruh dinegeri ini.

Dilihat dari sisi spiritual, dengan cara itu dia bisa sedekah ke masjid senilai Rp. 100.000.000 lebih, dengan tanpa keluar uang sepeser pun. Inilah, yang disebut cara “merayu” Tuhan dengan tanpa keluar uang, tanpa rugi, tanpa berat, dengan hasil yang lebih mantab.

Nadar yang diucapkan di depan ibarat “ngebon” dengan Tuhan. Risikonya, jika tidak dilakukan, ada sanksinya. Karena itu, jika terpaksa harus melakukan itu, pilih jenis nadar  dengan sesuatu yang terlalu berat atau mustahil dilakukan, namun juga bukan yang terlalu ringan.

Konsep ini tetap dengan pertimbangan logika. Jangan rumah belum lunas dipakai “agunan” nadzar. Jika harus melakukan sesuatu yang melekat di hati untuk kepentingan tersebut, pilih yang “kepergiannya” tidak menimbulkan masalah baru.

Masruri, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati