blank

SEMARANG– Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Semarang (USM) mengajarkan cara pembuatan kompos dari limbah organik rumah tangga di SMA Muhammadiyah 4 Kendal baru-baru ini.

Kegiatan ini merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan setiap semester secara rutin oleh tim dosen FTP USM sebagai bagian dari pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.

Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 65 peserta secara daring diantaranya siswa – siswi kelas X dan guru SMA Muhammadiyah 4 Kendal, akan tetapi terdapat peserta siswa dan guru dari SMA lainnya seperti SMAN 1 Kendal, SMA 1 Limbangan, SMAN 2 Sukorejo, SMAN 1 Kaliwungu, SMAN 1 Patean dan SMAN 1 Boja.

Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 4 Kendal Sunarmi, M.Si dalam sambutannya mengatakan rasa antusiasnya terhadap acara pengabdian yang dilakukan oleh tim pengabdian FTP USM atas materi yang akan disampaikan.

“Semoga kerja sama yang baik antara USM dengan SMA Muhammadiyah 4 Kendal dapat berkesinambungan karena pihak sekolah sedang giat-giatnya menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi” ungkap Sunarmi.

Prof. Dr. Ir. Sri Budi Wahjuningsih, M.P. dalam sambutannya mewakili tim mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh SMA Muhammadiyah 4 Kendal untuk dapat melakukan pengabdian, selain itu beliau juga menanggapi harapan dari pihak kepala sekolah untuk siap melakukan pengabdian masyarakat dengan tema yang dibutuhkan oleh pihak sekolah.

Sebelum pelatihan peserta wajib mengisi kuesioner sebelum kegiatan berlangsung selama 5 menit. Setelah pengisian kuesioner selesai, dilanjutkan ke acara inti yang dipandu oleh moderator dari pihak sekolah.

Tim pengabdian kepada masyarakat memberikan pelatihan pembuatan kompos yang disampaikan oleh C. Hari Wibowo, S.Pt, MP sementara packaging, pemasaran dan analisa ekonomi produk yang disampaikan oleh Anisa Rachma Sari, S,Si, M,Si.

Menururt Hari Wibowo bahwa metode pembuatan kompos yang paling sederhana dengan menggunakan komposter sederhana yang relatif sangat mudah dibuat.

“Sediakan drum atau sejenisnya (pot, ember) sebagai komposter (tempat/wadah pembuatan kompos), lalu lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk rembesan air dari sampah. Untuk menjaga kelembaban, bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan sehingga sebaiknya harus dibawah atap” ungkap Hari.

Dasar bak pengomposan bisa berupa tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah, jangan ditempatkan di tempat yang kedap air. Dasar bak dapat pula diberi keran dan berfungsi untuk mengeluarkan cairan sewaktu-waktu. Cairan yang keluar merupakan pupuk organik cair.

Selanjutnya buat aktivator dengan cara : campurkan 15 cc EM4 (1 tutup botol) dengan 15 liter air dan 15 gram gula pasir ( 1 sendok makan), aduk rata; kemudian diamkan selama 24 jam, kemudian masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari.

Cacah sampah apabila ukurannya besar. Campur sampah dengan aktivator, dengan cara disemprot/spray atau di ciprat-cipratkan secara merata, lapis demilapis sampai agak basah. Jika ada kotoran ternak ayam atau sapi dapat pula dicampurkan secukupnya untuk mempercepat proses pengomposan.

Pembuatan bisa dilakukan secara sekaligus atau selapis demi selapis misalnya setiap dua hari ditambah sampah baru. Untuk menghindari terlalu panas maka setiap 7 hari perlu diaduk-aduk/dibalik-balik.

Pengomposan dinyatakan sudah selesai jika campuran menjadi berwarna kehitaman dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40oC. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal dan kompos sudah jadi.

Saiful Hadi – USM