KEBUMEN (SUARABARU.ID) – TANAH Keputihan di Legok Desa Pejagoan, Kecamatan Pejagoan, terletak sepanjang bantaran Sungai Luk Ulo, sisi selatan Alun-alunKebumen. Tempat ini ada Masjid Al Mursyid, salah satu masjid tua bernilai sejarah.
Betapa tidak, menurut penuturan pemerhati sejarah dan budaya Kebumen KRT Arif Priyantoro Rekso Budoyo, Masjid Al Mursyid adalah peninggalan Syekh Mursid. seorang ulama cucu dari Sunan Giri (Trah Giri Kedhaton). Syekh Mursyid konon datang ke Legok sekitar tahun 1780. Berarti setelah Mataram pecah menjadi dua,Kasunanan dan Kasultanan (Perjanjian Giyanti 1755).
Beliau adalah Senopati Mataram (Kasultanan) yang bertugas menjaga perbatasan Mataram dengan Pajajaran. Karena terjadi ketidakselarasan dengan penguasa saat itu, Syekh Mursyid memilih untuk jengkar alias meninggalkan keraton dan sampailah di tanah Keputihan Legok Pejagoan.
Arif Priyantoro yang mengutip penjelasan Kiai Abdul Kholid, keturuan Syekh Mursyid grad 8, sebelum mendirikan Masjid Al Mursyid Legok, Syekh Mursyid sempat hijrah ke Desa Roworejo dan di sana beliau mendirikan Masjid Al Mursyid. Setelah menetap 20 tahun di Roworejo, Syekh Mursyid memutuskan kembali ke Legok dan mendirikan Masjid dengan nama yang sama, Masjid Al Mursyid.
Peninggalan Syekh Mursyid sampai saat ini ada yang masih terawat dengan baik. Mulai bedug dan tombak cis yang tersimpan di mimbar masjid. Setelah masjid selesai dibangun Syekh Mursyid naik haji, dan di Tanah Suci beliau bertemu dengan salah satu penjaga Masjid Nabawi, Mursyid Toreqoh Satariyah yang bernama Syekh Abdul Rohman.
Terjalin hubungan sangat baik antara dua ulama tersebut sampai akhirnya Syekh Mursyid kembali ke Tanah Air bersama Syekh Abdul Rohman. Syekh Mursyid menjadikan Syekh abdul Rohman sebagai menantu beliau.
Menurut pejelasan Kiai Abdul Kholid, Syekh Mursyid sendiri wafat sekitar tahun 1817. Syekh Abdul Rohman juga berdakwah di daerah Kebumen sampai akhir hayat beliau. Syekh Abdul Rohman dimakamkan di komplek pemakaman Sokareni, Pejagoan.