SEMARANG (SUARABARU.ID)– Api Abadi Mrapen yang ada di Kabupaten Grobogan, sempat menggegerkan masyarakat, karena berhenti menyala sejak September 2020 lalu. Setelah enam bulan mati, api akan coba dihidupkan lagi oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, pada Selasa (20/4/2021).
Sebelumnya, Ganjar telah meminta Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng untuk menangani persoalan padamnya api di Objek Wisata Api Abadi Mrapen, di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong ini. Ganjar meminta pencarian sumber gas api abadi Mrapen agar bisa dinyalakan lagi.
Dan upaya ESDM sepertinya membuahkan hasil. Ganjar pun akan mencoba menghidupkan kembali api yang konon ditemukan sejak zaman Sunan Kalijaga itu. Kepala Dinas ESDM Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, pihaknya berupaya keras melakukan berbagai langkah, untuk menyalakan api di Mrapen.
BACA JUGA: Ramadan Kareem, Ada Paket Menarik Ditawarkan di Patra Semarang
”Kami secara teknis, terus berupaya keras dari bulan Februari, Maret dan April. Itu juga atas petunjuk dan dukungan kuat dari Gubernur,” kata Sujarwanto di kantornya di Madukoro, Semarang, Senin (19/4/2021).
Dinas ESDM Jateng di antaranya melakukan upaya teknis mencari cebakan gas dan pola distribusi atau aliran gas, volume gasnya yang dapat ditemukan melalui pendugaan di bawah permukaan.
Selain juga melalui pemetaan geologi permukaan dan pengukuran geolistrik tiga dimensi ke bawah, yang bertujuan untuk meyakini sekali lagi adanya sumber reservoir, yang menjebakkan gas di bawah permukaan tanah. Reservoir adalah tempat menyimpan barang-barang cadangan, seperti air dan bahan bakar gas.
BACA JUGA: Pembangunan Tol Semarang-Demak Masih Terkendala, Apa yang Dilakukan Ganjar
”Akhirnya kita meyakini, cebakan gas dan pola distribusi atau aliran gas. Dari proses itu, lalu kita melakukan pemboran yang bersifat eksplorasi,” jelasnya.
Ada dua titik yang dilakukan pemboran dengan kedalaman masing-masing 40 meter, hingga akhirnya terjadi semburan gas dan air (blow out). Namun setelah ditangani, tekanan gas melemah. Pihaknya juga melakukan pembersihan dan pengeboran yang lebih dalam, hingga pada kedalaman 42 meter.
”Akhirnya pada kedalaman 42 meter, tekanan kuat dan kemudian kita bersihkan sumurnya. Kita orientasikan aliran fluida-nya, yang kemudian dikuti aliran gas,” sambungnya.
BACA JUGA: Buah Pilihan saat Puasa
Dari situlah, ESDM meyakni gas yang berada di aliran bawah permukaannya ter-orientasi kembali ke satu titik bor. Kemudian pihaknya membersihkan sumur bor kedua, karena memang memiliki tekanan yang tinggi. Sehingga reservoirnya bersih dan gasnya mengalir kuat di satu tempat.
”Inilah yang kemudian di dalam kawasan Api Abadi Mrapen itu, kita yakini nanti bakal akan hidup lagi,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, sejak September 2020, api abadi di Mrapen padam. Dinas ESDM Jateng pun melakukan berbagai langkah untuk menyalakan api, yang kerap dimanfaatkan apinya untuk sumber obor, seperti di even Pekan Olahraga Nasional, hingga upacara Peringatan Hari Raya Waisak.
BACA JUGA: Menikmati Sensasi Takjil dan Kuliner Ramadan Pasar Sruni
Sujarwanto menerangkan, Api Abadi Mrapen adalah fenomena dari gas alam yang secara alamiah menembus permukaan dan terbakar. Akumulasi gas yang terjadi di suatu tempat terjadi, karena rangkaian panjang dari perjalanan sumber gas yang jauh dari permukaan bumi.
Ada pun formasi batuan bagian dari zona stratigrafi lembah Randublatung, yang memanjang dari sebelah timur Semarang, sampai jauh di selatan Madura.
Zona ini merupakan zona depresi bertekanan tinggi, dan memiliki tekanan kompresi yang begitu kuat. Sehingga lapisan batuan di bawahnya selalu bertekanan.
BACA JUGA: Tingkatan Orang Berpuasa Menurut Kyai Sholeh Darat
Selain itu pula, lembah Randublatung merupakan cekungan belakang dari sebuah tektonik yang bagian tengahnya adalah aktivitas magmatik.
Fenomena yang nampak adalah, jalur gunung api aktif (jalur Banda) dari tengah Sumatera-Jawa-Bali-NTB-NTT-Kepulauan Maluku-Sulawesi.
”Di Kecamatan Godong merupakan ujung barat rupanya cukup dangkal, sehingga gas itu berada di kantong yang tidak terlalu jauh dari permukaan bumi. Kemudian ada struktur yang membuat bocoran di permukaan, yang mengakibatkan semburan gas yang terbakar itu,” terang dia.
BACA JUGA: Covid-19 di Kabupaten Magelang, Suspek Dirawat 24 Orang
Ditambahkannya, padamnya Api Abadi Mrapen, karena banyak aktivitas yang membocorkan gas itu ke permukaan. Yang dapat diduga, karena pengeboran orang mencari air bersih.
Hal itu disebabkan di cekungan Randublatung air bersih amat sulit ditemukan. Sehingga jika pengeboran tidak dilakukan oleh pihak yang berkompeten, maka yang keluar adalah gas.
”Kami meminta dengan tegas, agar tidak melakukan pengeboran air tanah tanpa izin, oleh perusahaan atau juru bor yang tidak kompeten. Jangan menganggap di bawah tanah selalu ada air tanah. Pemboran air di wilayah Grobogan-Blora berisiko terjadi semburan gas, yang berisiko keselamatan jiwa dan lingkungan,” pungkasnya.
Riyan-Sol