Oleh: Aliva Rosdiana

Cross Cultural Understanding (CCU) atau Lintas Budaya adalah mata kuliah wajib jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) di perguruan tinggi.Pada mata kuliah ini, mahasiswa memperoleh pemahaman tentang keragaman budaya di banyak negara. Juga dampaknya terhadap hubungan sosial baik dalam lingkup satu budaya tertentu maupun dengan budaya lain lintas negara.

Tujuan mata kuliah ini  adalah untuk membekali mahasiswa mengenai cara berkomunikasi dengan mengetahui dan memahami nilai-nilai budaya tertentu. Juga latar belakang   budaya asing, khususnya   budaya Amerika.

Pengenalan nilai-nilai budaya Amerika dan kemudian  mengkaji kebiasaannya (habit) dan membandingkannya dengan budaya Indonesia bukan berarti bahwa mahasiswa harus beralih pada pembiasaan pada nilai-nilai budaya Amerika. Namun sebaliknya, diharapkan  mahasiswa akan lebih mengenal dan memahami budayanya sendiri.

Dengan mempelajari bahasa native bukan berarti hanya memahami kosakata, tata bahasa, dan pelafalannya namun juga pengetahuan serta pemahaman budaya. Berkomunikasi lintas negara berarti sama dengan berkomunikasi lintas budaya sehingga pada akhirnya ditemukan perbedaan budaya. Dengan kata lain, bahasa dan budaya merupakan dua hal yang tak terpisahkan.

Sebelum pengenalan pada budaya Amerika sebagai poin utama mempelajari budaya asing, mahasiswa harus memahami dulu konsep budaya dan menghubungkannya dengan budaya tempat asal mahasiswa tinggal, khususnya Jepara.

Budaya adalah latar belakang yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu karena persamaan nasionalis, suku agama, mulai bahasa dan gaya komunikasi yang sama, adat istiadat, kepercayaan, sikap, dan nilai-nilai. Sebelum mengenal buaday asing, mahasiswa seyogyanya mengenal kearifan budaya Jawa tempat asal tinggalnya.

Ciri khas budaya Jawa terletak pada kemampuan budayanya yang luar biasa walau diterjang oleh budaya tetap bertahan dalam keasliannya. Sikap njawani secara filosofi tetap bermuara pada sikap tepa selira sehingga percikan perbedaan pendapat akan mudah diredam.

Perbedaan ini bisa dikatakan abstrak ibarat sebuah gunung es (iceberg) terdapat bagian yang nampak di permukaan laut dan bagian yang tersembunyi di bawah permukaan laut.

Bagian yang nampak bisa diinterpretasikan, namun tidak untuk bagian yang tersembunyi karena sifatnya yang abstrak seperti nilai-nilai, norma, karakter, cara berkomunikasi, kepercayaan, sudut pandang, dan sebagainya. Untuk menggali hal abstrak tersebut maka perlu untuk menggali agar mengenal lebih dalam dengan cara berinteraksi.

blank

Cultural Iceberg

(Sumber. https://images.app.goo.gl/VUt8yPa1PJU6aTH8A)

Perbedaan cara pandang seseorang tidak selalu sama, sehingga dalam mempelajari perbedaan budaya tentu saja banyak hal yang menjadi pertimbangan seberapa banyak informasi yang diketahui mengenai bagian abstrak (tersembunyi ini).

Hindari Stereotip

Bukanlah hal mudah untuk tidak terjebak dalam stereotip dan generalisasi terhadap suatu budaya tertentu. Stereotip adalah keyakinan dan gambaran yang berlebihan tentang sekelompok orang dikarenakan kurangnya infomasi atau kontak.

Seringkali tanpa disadari prasangka timbul dan dianggap sebagai suatu kebenaran. Stereotip akan dengan sangat mudah berubah menjadi generalisasi sehingga tentunya akan merugikan sebagian pihak yang memiliki perilaku, sikap, dan karakter berbeda dari apa yang dikonstruksikan oleh media.

Konstruksi media terhadap orang-orang Arab sebagai teroris hanya karena pakaian teroris menirukan pakaian Arab membuat situasi menjadi tidak aman. Perpektif kajian lintas budaya tersebut dapat dikategorikan sebagai perbedaan sudut pandang bagi siapapun tergantung dari sisi mana seseorang menilai.

Akhir-akhir ini media massa memberitakan tentang seseorang meninggal setelah divaksin covid. Media massa menggeneralisasikan situasi bahwa vaksin covid diduga menyebabkan kematian. Padahal bisa saja kematian terjadi bukan karena vaksin melainkan mungkin karena sebab penyakit bawaan atau sebab lainnya. Kejadian semacam ini dikarenakan kurangnya informasi dan kontak komunikasi sehingga konflik terjadi dikarenakan perbedaan sudut pandang.

Memahami Konsep Nilai yang Berbeda

Sudut pandang terhadap nilai-nilai budaya Amerika dapat pula disalahartikan oleh sebagian orang bahwa orang Amerika individualis. Dalam budaya Amerika jelas bahwa privasi adalah hal yang sangat penting, sehingga ada istilah “the American brand of privacy”.

Sementara itu beberapa bahasa di dunia seperti bahasa Arab, bahasa Rusia, dan bahasa Jepang tidak memiliki kata yang tepat untuk privasi. Akan tetapi bukan berarti mereka tidak memiliki konsep privasi. Mereka menganggap kata privacy bermakna negative. Mereka terkadang tidak memahami mengapa orang Amerika suka menghabiskan waktu sendiri sehingga ini berkaitan erat dengan nilai budaya mereka yaitu individualisme.

Nilai privasi bagi orang Amerika ditunjukkan bagaimana orang tua maupun anak-anak mereka tidak akan pernah memasuki ruangan atau kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Budaya mereka mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan dan kesukaannya masing-masing sehingga orang lain harus menghargai dengan tidak melangkahi sekalipun mereka adalah satu keluarga.

Hal ini bukan berarti mereka dianggap tidak dipercaya, namun inilah budaya mereka. Tidak ada “salah” dan “benar”, namun yang ada adalah perbedaan budaya. Anggapan “benar” terhadap nilai-nilai bagi mereka tidak selalu direfleksikan sama bagi budaya tertentu. Sehingga perlu mahasiswa mempelajari perbedaan nilai-nilai budaya.

Mempelajari tentang budaya adalah hal menyenangkan dan menjadikan seseorang kaya pengalaman. Semakin memahami tentang budaya lain,  semakin banyak dan jelas seseorang memahami budayanya sendiri.

Pemahaman terhadap sesuatu budaya yang bertentangan, maka akan didapatkan pemahaman lebih baik mengenai bagaimana budaya mempengaruhi sikap dan perilaku individu serta bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain.

Dengan pemerolehan studi Cross Cultural Understanding, mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan membaca, mampu menyajikan sebuah pemahaman tentang kebudayaan Indonesia popular dengan berbagai kebudayaan asing khususnya budaya Amerika.

Harapannya mahasiswa  mampu meningkatkan kesadaran tentang  perbedaan budaya Indonesia dengan budaya di beberapa negara lain khususnya Amerika. Dengan demikian mahasiswa  mampu meningkatkan pengetahuan tentang konflik-konflik budaya serta cara beradaptasi.

Penulis adalah Dosen Bahasa Inggris Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

blank

blank

blank