blank
Heriyanto dengan hasil karyanya dari limbah kayu dan kulit telor, (Dok)

MAGELANG (SUARABARU.ID) – Jangan dianggap tidak berguna limbah kayu dan kulit telur atau cangkang. Bagi kebanyakan orang limbah kayu digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak. Sedang kulit telur dianggap sampah tidak berguna, sehingga dibuang begitu saja.

Berbeda halnya dengan Heriyanto. Limbah itu diolah menjadi karya yang bernilai seni dan ekonomi tinggi.

Dia mulai merintis usaha kerajinan tangan dengan bahan dasar limbah kayu dan kulit telur sejak empat tahun lalu. Dia menamakan produk kerajinan yang dibuatnya ‘Pinilih Craft’.

Heriyanto membuka workshop di rumahnya, Perum Depkes Blok A7/12 Kota Magelang. Sudah banyak karya yang dihasilkan. Seperti mangkuk, gelas, sendok, garpu, sumpit, patung, miniatur, gantungan kunci, kaca, vandel, properti, kotak cincin dan masih banyak lainnya.

Awalnya dia mengolah limbah kayu menjadi hiasan, pot dan sebagainya. Kemudian melihat pameran di Lumbini Borobudur ada kerajinan celengan yang ditempel kulit telur dan terpikir untuk menempelkannya di kayu.

Kebetulan di rumahnya terdapat limbah kulit telur, karena di sekitar rumahnya banyak usaha pembuatan roti. Jadi, limbah kulit telur itu dijodohkan dengan olahan limbah kayu.

‘’Setelah dicoba, ternyata banyak yang suka. Saya lanjutkan usahanya bekerja sama dengan warga sekitar. Modal awalnya sekitar Rp 10 juta,’’ ujarnya saat ditemui di workshop-nya beberapa.

Heriyanto dalam membuat kerajinan dibantu dua karyawannya. Jenis kayu yang digunakan adalah jati, mahoni dan jati belanda yang kelebihannya kuat. Produknya pun sudah dipasarkan di berbagai kota di Jawa dan luar Jawa, termasuk Thailand.

‘’Limbah kayu saya ambil dari Temanggung yang  cukup banyak industri pengolahan kayu. Saya pilih yang bagus, dan bisa diolah kembali menjadi barang bernilai seni dan ekonomi tinggi. Produk kerajinan dijual berkisar Rp 10.000 sampai Rp 200.000 per buah,’’ tuturnya.

Seperti jenis usaha lainnya, Heriyanto juga mengaku usahanya ikut terdampak pandemi covid-19. Seperti tidak ada pameran kerajinan yang sebelum pandemi kerap diadakan dan diikutinya baik di dalam maupun luar kota.

‘’Di saat tidak ada pameran, saya mengandalkan upaya promosi sendiri lewat media sosial atau dari mulut ke mulut,’’ paparnya.

Meski begitu, dia tidak menyerah. Heriyanto terus berusaha memasarkan produk-produknya, termasuk terus berinovasi agar karyanya selalu menarik perhatian pasar.

‘’Mulai tahun ini ada harapan besar usahanya kembali pulih. Beberapa event pameran akan diadakan,  seperti Inacraft di Jakarta bulan Oktober nanti. Saya mewakili Kota Magelang untuk men-display kerajinan di even nasional itu,” ungkapnya.

Dia kini juga mengisi galeri UMKM di Yogyakarta International Airport (YIA) Kulonprogo.

Kepala Disperindag Kota Magelang, Catur Budi Fajar Sumarmo menerangkan, Pemkot Magelang selalu mendukung kemajuan UMKM. Berbagai upaya dilakukan untuk terus meningkatkan kualitas produk UMKM agar mampu bersaing dengan yang lain.

‘’Dalam waktu dekat, kami akan mengadakan pelatihan pengemasan bekerja sama dengan Indomarko. Akan kita undang 75 UMKM untuk ikut pelatihan. Setelah pelatihan akan dilakukan kurasi hasil usahanya. Kalau yang bagus, produknya akan dititipkan di Indomaret di seluruh wilayah Kota Magelang,’’ terangnya.

Doddy Ardjono