blank
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid,dalam taklimat media di Jakarta, Senin (15/2). Antara

JAKARTA (SUARABARU.ID) – Peringatan Hari Film Nasional ke-71 menjadi momen penting untuk menyosialisasikan kembali produksi film anak, kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid.

“Mengangkat kembali produksi film anak menjadi salah satu upaya untuk menyelamatkan film Indonesia bergenre anak-anak yang statusnya hampir punah, dilihat dari jumlah film anak hanya berjumlah 91 film selama hampir 70 tahun mulai dari era 1950 hingga 2000-an,” ujar Hilmar dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Kemajuan perfilman Indonesia telah berkembang dari masa ke masa, dapat mendorong produksi film anak kembali dalam negeri sebagai salah satu penyebaran nilai-nilai edukatif dan hiburan bukan hanya bagi anak tetapi orang tua dan seluruh masyarakat, sehingga film tidak hanya sebagai tontonan tetapi tuntunan.

Film anak Indonesia pertama yang dibuat sejak tahun 1950 adalah Si Pintjang (1951); Mardi dan Keranya (1952); Djendral Kantjil (1958) karya Usmar Ismail; dan juga film Bintang Ketjil (1963) film anak karya Wim Umboh dan Misbach Jusa Biran yang telah direstorasi oleh Kemendikbud tahun 2019.

“Kemajuan perfilman Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Meski secara kuantitas dan perputaran industri jelas merosot terimbas pandemi COVID-19, pembuat film malah semakin kreatif dalam berkreasi dan mencari jalan keluar dari berbagai hambatan mengingat antusiasme masyarakat untuk menonton juga semakin tinggi,” kata dia.

Hilmar Farid juga mengapresiasi keterlibatan pemerintah daerah dan seluruh masyarakat untuk memajukan perfilman Indonesia dalam wujud penguatan pendidikan dan literasi, yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat cinta Tanah Air, pembangunan karakter bangsa, serta peningkatan nilai-nilai budaya.

“Pemerintah melalui Kemendikbud mengambil peran serta dalam pemajuan perfilman nasional khususnya pada masa pandemi,” terang dia.

Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Kemendikbud, Ahmad Mahendra, menjelaskan Hari Film Nasional yang diperingati setiap 30 Maret merupakan hari bersejarah yang diperingati oleh seluruh masyarakat, yang dapat mendorong lahirnya film-film dengan nilai pendidikan dan budaya yang beragam.

“Pemajuan perfilman Indonesia menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia,” kata Ahmad Mahendra.

Peringatan Hari Film Nasional sekaligus merupakan momentum 100 tahun kelahiran tokoh perfilman Indonesia H Usmar Ismail, sehingga peringatannya diselenggarakan lebih semarak. Serangkaian kegiatan akan diselenggarakan baik secara daring maupun luring dengan memenuhi protokol kesehatan.

Kegiatan yang diinisiasi oleh insan perfilman dan didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta bersinergi dengan pemerintah daerah, asosiasi dan komunitas film, rencananya akan diselenggarakan di beberapa lokasi antara lain Jakarta, Bukittingggi, Makasar, Aceh, Tapanuli, Bengkulu dan lain-lain.

Salah satu kegiatan yang istimewa dalam rangkaian #100tahunUsmarIsmail ini adalah pelaksanaan Pameran Usmar di Bukittinggi.

Hal itu merupakan pertama kalinya diselenggarakan pameran arsip dan kekaryaan Usmar Ismail di tanah kelahirannya. Program pameran akan bersinergi dengan pemutaran virtual karya Usmar Ismail di Kinosaurus dan Kineforum Jakarta, juga rangkaian panel diskusi di Makassar yang menghadirkan antara lain Prof Dr Alwi Dahlan, Mira Lesmana, JB Kristanto dan Ine Febrianty.

Peringatan Hari Film Nasional juga menjadi momentum masyarakat Indonesia untuk bersama kembali ke bioskop sebagai apresiasi atas karya anak bangsa tentunya dengan menerapkan protokol Kesehatan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Selamat Hari Film Nasional ke-71, maju dan apresiasi terus karya anak bangsa.

Ant/Muha