JEPARA( SUARABARU.ID) – Ada banyak nama untuk menyebut Raden Abdul Jalil, salah satu tokoh yang diyakini memiliki peran besar dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Juga dikenal sebagai seorang sufi dengan ajaran Manunggaling Kawula Gusti.
Ada yang menyebutnya sebagai Syekh Siti Jenar. Nama ini berasal dari tempat dimana ia tinggal yaitu disebuah kawasan yang tanahnya (siti) berwarna merah (jenar). Karena itu ia dikenal kemudian dikenal juga sebagai Syech Lemahbang.
Tidak hanya nama. Tempat dimana Syech Siti Jenar dimakamkan juga banyak versi. Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari dikisahkan, setelah Syekh Siti Jenar meninggal kemudian dimakamkan di pemakaman Mandala Anggaraksa, di Cirebon.
Kisah lain menyebut makam Syeh Siti Jenar berada di Desa Kemlaten, Kecamatan Harjamukti, yang tak jauh dari situs petilasan Sunan Kalijaga. Bentuk makamnya sederhana, hanya berupa satu cungkup kuburan 180 x 90 sentimeter yang dipayungi kelambu putih.
Sementara masyarakat Desa Lemah Abang, Kecamatan Doro, Pekalongan juga percaya bahwa makam Syekh Siti Jenar ada di daerahnya. Bahkan setiap tahun di peringati haulnya. Sedang warga Tuban meyakini makam Syech Siti Jenar berada di daerah Gedongombo, Kecamatan Semanding, dan berjarak sekitar 3 kilometer ke arah selatan dari pusat kota Tuban, Jawa Timur.
Namun ada versi lain yang meyakini bahwa makam Syekh Siti Jenar yang memiliki nama asli Raden Abdul Jalil berada di kompleks Makam Kalinyamat di sekitar Masjid Mantingan, Jepara. Juga banyak yang percaya makam makan dan petilasan Syekh Siti Jenar berada di Lemahbang, Desa Balong, Jepara.
Syech Siti Jenar di Lemahbang Jepara
Di Desa Balong, ada dua tempat yang diyakini oleh masyarakat setempat terkait dengan keberadaan Syech Siti Jenar. Pertama adalah makam yang terletak di dukuh Balong yang tanahnya berwarna merah.
Sedangkan kedua adalah petilasan tempat ia mensucikan diri yang berada di kawasan yang disebut sebagai Punuk Sapi. Kedua tempat ini banyak dikunjungi oleh peziarah.
Punuk sapi yang letaknya dibawah petilasan diyakini oleh masyarakat sebagai tempat Syeh Siti Jenar bertapa. Jarak petilasan dari makam Syech Siti Jenar sekitar 1,5 km. Terletak disebelah Barat.
Kompleks petilasan yang letaknya sekitar 9 m diatas permukaan air laut ini terdiri dari 3 bangunan dengan luas 50 m2. Dibangun diatas tanah PTPN. Pertama bangunan utama petilasan berukuran 3 x 4 m. Konon ditempat ini dulu Syech Siti Jenar beristirahat setelah naik bertapa dari Punuk Sapi.
Disebelah Selatan bangunan utama terdapat mushola dan sebelah Utaranya terdapat bangunan balai ziarah, tempat para pengunjung. Diantara kedua bangunan itu terdapat sumur air tawar. Konon sumur ini muncul setelah Syech Siti Jenar mengambil tanah untuk menembel perahu.
Mulai Roboh Karena Abrasi
Petilasan di atas Punuk Sapi inilah yang kini mulai roboh digerogoti abrasi. Bahkan beberapa bagian bangunan telah mulai ambrol tak mampu lagi menahan keganasan air laut yang kian deras menghantam tebing setinggi 10 m.
Abrasi memang tidak hanya menghantam kawasan Punuk Sapi yang ada di Desa Balong. Namun juga mulai menggerogoti kawasan yang bersebelahan dengan pantai Bayuran hingga Bumiharjo sepanjang kurang lebih 7 km. Bahkan karena abrasi, setiap tahun warga yang tanahnya berada dibibir pantai berkurang 2-3 meter.
Ujung Lemahbang memang menjadi kawasan yang menyimpan potensi tersembunyi. Bahkan kawasan ini pernah dinyatakan sebagai lokasi terbaik jika pemerintah membangun PLTN. Penetapan tapak itu yang kemudian dilawan oleh warga.
Kawasan Ujung Lemahbang juga pernah disebut menjadi lokasi terbaik jika dibangun pelabuhan yang terintegrasi dengan Kawasan Industri. Studi terhadap rencana pelabuhan sudah pernah dilakukan secara serius oleh ITS Surabaya. Tujuannya disamping untuk pengembangan kawasan juga untuk mengurangi beban pelabuhan Semarang.
Ujung Lemahbang kembali menarik perhatian. Bukan karena petilasan Syech Siti Jenar mulai roboh digerogoti abrasi, tetapi desa yang pernah terluka karena penambangan pasir sekitar 10 tahun yang lalu ini, tengah direncanakan untuk lokasi penambangan pasir laut seluas 3.200 ha lebih.
Bahkan penambangan pasir laut yang konon akan digunakan untuk material tol dan talut laut Semarang – Demak ini telah memasuki proses pengajuan Amdal. Lokasinya memang dikabarkan tidak berada di bibir pantai. Namun berada di perairan berjarak 3-5 km dari garis pantai.
Entah sampai kapan petilasan Syech Siti Jenar yang ratusan lalu telah menjadi saksi bisu perkembangan kawasan mampu bertahan. Sebab kini tanah tempat dimana petilsan itu berada telah mulai terkikis. Bahkan telah ada yang tak mampu lagi menahan tiangnya hingga beberapa bagian bangunan mulai roboh. ( * )