blank
Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat ketika berbicara dalam saresehan kebhinekaan. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Polres Wonosobo bergerak cepat. Sehari pasca ledakan bom bunuh diri di gereja Katedral Makassar, Kapolres menggelar Sarasehan Kebhinekaan Merawat Toleransi, menghadirkan Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat, Dandim 0707, Ketua FKUB Dr Zainal Sukawi, tokoh lintas agama Kabupaten Wonosobo, juga peneliti Undip Diah Saraswati.

Yang menarik, acara digelar di Aula Pertemuan Desa Buntu, salah satu Desa di Kecamatan Kejajar, Wonosobo, yang masyarakatnya dapat mengembangkan harmoni dengan toleransi keberagamaan yang sangat tinggi.

Mereka benar-benar telah teruji merawat kebhinekaan. Buntu selama ini disebut miniatur Indonesia karena pluralitas masyarakatnya.

Karena itulah, BPIP berencana membuat laboratorium kebhinekaan. Hal yang sama juga akan dilakukan UIN Semarang.

“Itulah kenapa acara sarasehan ini kita gelar di sini, karena Buntu memang menjadi percontohan kita dalam merawat toleransi dan kebhinekaan,” demikian Kapolres AKBP Ganang Nugroho Widhi memberikan alasan.

Sementara Bupati Afif berharap agar kehidupan masyarakat Buntu benar-benar dijaga dengan baik. Inilah originalitas Wonosobo yang sebenarnya.

“Buntu adalah kebanggaaan dan percontohan, tidak hanya bagi Wonosobo sendiri tapi untuk masyarakat Indonesia pada umumnya. Apalagi di tengah kehidupan bangsa yang saat ini dalam ancaman,” katanya.

Dia pun berpesan, agar kira semua tetap optimis. Kejadian Makassar jangan sampai membuar kita pesimis dan putus asa.

Deklarasi Kebhinekaan

blank
Jajaran Forkompimda ketika menghadiri acara sarasehan kebhinekaan. Foto : SB/Muharno Zarka

Bahwa berbagai persoalan yang terjadi, seperti yang terkini di Makassar, itu menjadi pertanda bahwa ancaman toleransi ada di depan mata kita.

“Kita berada dalam situasi darurat intoleransi,” tegas Diah yang sudah lebih tinggal melakukan penelitian di Buntu. Maka, katanya, harus ada kebijakan yang jelas dan tegas.

Dalam konteks itulah, sinergitas TNI dan Polri bersama tokoh agama dan masyarakat sangat diperlukan.

“Untuk membangun lingkungan kehidupan dan peradaban baru, teologi yang tidak menafikkan pada aspek kemanusiaan, kemasyarakatan dan kealaman,” kata Ketua FKUB Zainal Sukawi.

Terus terang, saya sangat bergembira hari ini. Setidaknya, dengan kegiatan ini, Wonosobo dapat menunjukkan hal terbaik yang dapat menjadi percontohan di tingkat nasional.

Bahwa masyarakat Buntu bisa bertoleransi demikian tinggi karena mereka dapat mengembangkan persaudaraan transformatif.

Mereka dapat melakukan transformasi diri dengan sikap terbuka, mau belajar dengan menggali kearifan ajaran dan tradisi lain. Kesadaran inilah yang menjadi kelebihan masyarakat Buntu.

Di akhir acara, dibacakan Deklarasi Kebhinekaan Kabupaten Wonosobo yang dipimpin Bupati Afif Nurhidayat. Berisi tiga point:

(1) Menolak segala aksi terorisme dan kekerasan yang mengatasnamakan agama;
(2) Siap turut serta menjaga toleransi dan kerukunan umat beragama di Kabupaten Wonosobo;
(3) Mendukung TNI-Polri dalam penegakan hukum terhadap aksi terorisme di Indonesia.

Buntu, 29 Maret 2021

Muharno Zarka