blank

Oleh Anto Prabowo

blank“Saya akan cuti dari sepakbola selama jeda internasional. Dalam pekan ini, saya tidak akan memikirkan sepak bola. Saya juga  tidak akan nonton pertandingan,” kata manajer Manchester City, Pep Guardiola, usai membawa City mengalahkan Everton di perempat final Piala FA 21 Maret 2021 lalu.

Pep berpesan kepada para pemainnya yang memperkuat tim nasionalnya masing-masing agar pintar-pintar menjaga fisik dan hati-hati. Namun sejujurnya dia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. “Saya hanya berharap, mereka akan kembali dengan baik,” tuturnya.

Bagi Guardiola dan banyak pelatih klub-klub besar lain, jeda internasional adalah momok yang menakutkan. Umumnya klub-klub besar, yang memiliki peringkat tinggi di liga domestiknya masing-masing, menyumbang banyak pemain ke tim, baik untuk pertandingan resmi atau persahabatan.

Cedera pemain adalah masalah yang sangat dikhawatirkan manajer klub. Kebugaran pemain yang menjadi buruk, adalah masalah lainnya. Belum lagi, jika pemain harus istirahat panjang karena terpapar virus corona.

Maka itu, pesan Pep kepada pemainnya sangat lugas, yakni “pintar-pintar menjaga fisik” agar “pemain kembali dalam kondisi baik”. Karena, banyak faktor yang tidak bisa dikontrolnya. “Saya tidak pernah tahu apa yang akan terjadi,” katanya.

Ketar-Ketir

Pep Guardiola pantas untuk ketar-ketir. Pada musim ini Manchester City punya peluang besar untuk menyabet empat gelar sekaligus: Piala Champions, Liga Premier,  Piala FA dan Piala Liga Inggris (Carbao Cup).

Di liga premier Man City menjadi  pemuncak dengan selisih perolahan angka  14 poin dengan Manchester United yang menduduki posisi kedua. Mereka melaju ke final Carbao Cup, piala liga Inggris, yang akan berhadapan dengan Totenham Hotspurs.

Di Piala FA, mereka  masuk semi final dan akan berhadapan dengan Chelsea, yang juga prestasinya moncer belakangan ini (13 pertandingan belum terkalahkan) setelah dilatih  oleh Thomas Tuchel. Dia Piala Champions, City masuk ke perempat final menghadapi Dortmund Jerman.

Dari semua itu, Champions Cup lah yang paling diidamkan oleh Pep Guardiola. Manajer cerdas ini sudah mendapatkannya dua kali ketika melatih Barcelona. Tetapi dia gagal memperolehnya Ketika memanajeri Bayern Munchen. Dan belum memperolehnya sampai dengan tahun ke empat melatih Manchester City tahun ini.

Musim ini dinilai sebagai peluang terbaik bagi Pep untuk menambah gelar Champions lagi. Dia memiliki tim yang solid, baik tim utama ataupun cadangan, buah dari rekrutan baru dan kerja-kerja inovatifnya.

Musim lalu  Pep mengalami kondisi tim yang compang camping, baik karena usia yang sudah senior pada sebagian pemainnya dan terutama karena badai cedera. Tim saat ini tidak lagi tergantung pada satu dua pemain, seberapa besar pun peran pemain yang bersangkutan.

Sekalipun Piala Champions yang paling diincarnya, tentu Pep tidak akan melepas ketiga lainnya. Tetapi untuk memenuhi ambisi itu, salah satu kendalanya adalah jadwal yang edan yang harus dijalani oleh pasukannya.

Jeda internasional akan berakhir tengah minggu ini. Di akhir minggu liga-liga Eropa akan mulai bergeliat lagi. Berikut ini jadwal pertandingan yang akan dijalani  Manchester City:

Sabtu, 3 April 2021 menghadapi Liecester City di Liga Premier
Rabu, 7 April 2021 lawan Borussia Dortmund di perempat final Liga Champions (leg 1)
Sabtu, 10 April 2021 lawan Leds United di Liga Premier.
Kamis, 15 April 2021 hadapi Dortmund di Liga Champions (leg 2)
Sabtu, 17 April 2021 semi final FA Cup lawan Chelsea
Minggu, 25 April 2021 versus Tottenham Hotspurs di final Carbao Cup.
Selasa, 27 April 2021 (jika lolos lawan Dortmund) menjalani semifinal leg 1 Liga Champions.

Jadwal leg pertama semi final Champions Cup itu  hanya selisih 2 hari setelah menjalani final Carbao Cup. Banyak yang meramalkan, City akan menghadapi juara musim lalu Bayern Munchen di semi final itu. Butuh konsentrasi dan stamina ekstra untuk bisa memenangkannya.

Akankah City akan kalah di semifinal FA Cup lawan Chelsea karena kelelahan? Sebagai catatan, Chelsea juga menjalani perempat final Liga Champions melawan Porto. Tetapi mereka punya waktu rehat satu hari lebih lama, karena leg keduanya berlangsung pada 14 April 2021.

Pertanyaan lain, akankah City melepas Carbao Cup demi lebih fresh menghadapi partai semi final leg pertama liga Champions? Sulit untuk mengatakan “ya” karena final piala liga Inggris itu pada tahun ini menjadi arena yang penuh gengsi. Apalagi penyebabnya kalau bukan rivalitas dua pelatih tim yang saling beradu di final: Pep Guardiola vs Jose Mourinho.

Bagi Mourinho, Carbao Cup ini adalah satu-satunya peluang untuk meraih kejuaraan, karena Spurs yang dilatihnya sudah jeblok di EUEFA Cup, di Piala FA, maupun di Liga Primer. Posisi Spurs di Liga Premier pun ada di urutan 6 dan terancam tidak bisa masuk liga Champions tahun depan. Menang di final Carbao Cup, bagi Jose Mourinho, tentu terasa prestisius, karena yang dilawannya di final adalah tim nya Pep yang banyak dapat pujian dari para pengamat sepakbola.

Tim Atraktif

Manchester City adalah kesebelasan yang banyak mendapat sorotan akhir akhir ini. Penampilan mereka yang atraktif dan enak ditonton, selalu ditunggu-tunggu para penggembar sepakbola di seluruh penjuru dunia. Banyak inovasi yang dilakukan manajer Pep Guardiola atas kesebelasan ini.

Dua di antara inovasi itu  adalah penerapan apa yang dinamakan inverted full-back dan false nine. Inverted full-back adalah back sayap yang bergerak menjadi gelandang bertahan, untuk memperkuat lini tengah. Seringkali merangsek ke depan untuk menjadi gelandang serang.

Di Man City, peran itu dijalankan dengan baik oleh Joao Cancelo, yang posisi aslinya di wing back kanan. Pemain ini serba bisa. Tak jarang ia juga ditempatkan sebagai wing back kiri, dan menjalani peran tradisional bergerak maju mundur di sisi kiri. Tak jarang umpan umpannya berbuah gol.

Pola  false nine mulai diterapkan saat Man City mengalami krisis striker. Sergio Kun Aguero cedera dan harus beristirahat lama, sementara Gabriel Jesus tampil angin-anginan, tidak konsisten.

Maka, sering City tampil tanpa striker murni. Peran false nine bergantian dilakukan oleh Phil Foden, Raheem Sterling, Bruno Silva, bahkan Kevin de Bryuine. Menariknya, saat tampil dengan false nine, permainan City lebih dinamis dan sulit ditebak.

Ketika dirigen lini tengah yang kreatif, Kevin de Bruyne, cedera  dan harus beristirahat untuk waktu yang lama, perannya digantikan secara dinamis oleh Ilkay Gundogan dan Bruno Silva. Ketergantungan pada Kevin de Bruyne  bisa diatasi.

Di musim ini, Gundogan menjadi pemain yang semakin pintar mencari posisi, sehingga bisa menghasilkan banyak gol. Sementara Bruno Silva, yang biasanya gemar menggocek bola dari sayap kanan, musim ini bermain lebih efektif dengan banyak melakukan passing-passing akurat. Silva bisa berada di posisi mana saja.

Akankan Manchester City bisa menyabet empat gelar pada musim ini? Peluang itu sangat ada. City dan Pep, pantas mendapatkannya.

Bagi penikmat bola seperti saya, yang ingin dilihat adalah bagaimana Pep mencapainya? Bagaimana cara Pep mengatasi kendala-kendala yang ada, antara lain jadwal super ketat yang akan dialami tim nya, selain kebugaran yang menurun  kerena jeda internasional?

Akankah Pep Guardiola banyak melakukan rotasi dengan memberi peran lebih banyak pada pemain-pemain yang jarang ditampilkannya, seperti Nathan Ake, Benyamin Mendy, Feran Tores, Eric Garcia, Zack Steffen, dan Tommy Doyle? Kita lihat saja.

Anto Prabowo, penikmat sepakbola