KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)-Para pemuda Dusun Gatran, Desa Gondangsari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang mengembangkan wisata edukasi di lereng Gunung Merbabu. Yakni, Desa Wisata Jaga Alam dan Nikmati Alam Yang Lestari (Janari).
“Nama Janari ini juga berasal dari Bahasa Sansekerta yang mempunyai arti muda. Karena, pelopornya semuanya berasal dari kalangan pemuda Dusun Gatran,” kata Ketua Karang Taruna Dusun Gatran, Tri Handoyo.
Tri Handoyo mengatakan, di desa wisata yang dirintisnya tersebut nantinya para pengunjung diajak berwisata sambil melihat dari dekat proses pembuatan beberapa makanan khas pedesaan yang hampir punah, seperti proses pembuatan nasi jagung, pengolahan kopi dan lainnya.
Bahkan, para pengunjung bisa belajar langsung dengan penduduk setempat untuk proses pembuatan nasi jagung mulai dari ngecrok ( mengelupas kulit ari jagung), menumbuk tepung jagung, hingga menanak nasi jagung di atas kukusan dan dhandhang yang diletakkan di atas pawon ( tungku api). Selanjutnya, nasi jagung tersebut dapat disantap bersama-sama dengan menu ikan gereh ( ikan asin), tempe goreng dan klumbanan (urap).
“Pembuatan sego ( nasi) jagung ini merupakan salah satu unggulan yang bisa dijadikan daya tarik wisata di Dusun Gatran,” ujarnya.
Menurutnya, latar belakang pendidikan pemuda setempat 80 persen merupakan lulusan SLTA sederajat dan sisanya perguruan tinggi. Dari yang 80 persen ini, rata-rata kembali lagi ke ladang atau bertani.
Ia menambahkan, meskipun para pemuda setempat mempunyai pendidikan yang tinggi, namun mereka tidak malu untuk bercocok tanam atau mencangkul di sawah.
“Kami menerima informasi, bahwa para pemuda saat ini sudah tidak mau lagi terjun ke sawah, berlepotan dengan lumpur. Namun, para pemuda di Dusun Gatran ini tetap bersemangat menjadi petani, karena ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyang kami,” katanya.
Membuat Nasi Jagung
Di sisi lain, karena melihat banyak potensi di desanya tersebut mereka terbersit untuk menjadikan desa tersebut sebagai desa wisata. Di desa wisata itu, pengunjung juga bisa melihat dari dekat cara memroses jagung dijadikan nasi jagung dan juga edukasi kopi yang saat ini sedang tren.
Selain itu, wisatawan yang datang ke Dusun Gatran, bisa juga menikmati makanan tradisional berbahan dasar ketela, kimpul ( talas), midro dan lainnya. Juga minuman tradisional seperti jahe serai dan teh trasan atau teh hijau.”
“Di Dusun Gatran ini, wisatawan yang datang bisa melihat dari dekat pertanian lokal, kesenian tradisional yang masih terjaga,” ujarnya.
Ia menambahkan, terbentuknya desa wisata Janari tersebut juga tidak lepas dari pendampingan dari Institute For Research and Empowerment (IRE) selama enam bulan lalu..
Dina Mariana, Deputi Bidang Sosial Budaya IRE mengatakan, para pemuda di Dusun Gatran orientasinya bertani dan langsung terjun ke sawah. Tetapi, mereka tidak mau kalau kawasannya hanya dijadikan desa wisata, namun mata pencahariannya sebagai petani hilang.
“Maka kami berpikir desa ini dijadikan desa wisata berbasis pertanian. Sehingga mereka tetap tidak kehilangan mata pencaharian. Justru para petani ini akan mengedukasi wisatawan bagaimana cara bertani yang ekologis. Ini menjadi kelebihan mereka,” kata Dina.
Menuruntya, para pemuda Dusun Gatran sangat antusias untuk membangun dusunnya sebagai salah satu desa wisata.
“Para petani muda di Dusun Gatran ini ingin mengampanyekan kepada para pemuda lainnya, untuk lebih mencintai tanah pertanian, karena di banyak tempat hal itu sudah banyak ditinggalkan, dan dianggap tidak mampu menyejahterakan,” ujarnya. Yon