Varian Rasa yang Berbeda
Menurutnya, dengan penanaman pohon kopi di antaran tanaman sayuran tersebut, juga membuat rasa kopi jenis Arabika yang ditanam oleh para petani setempat mempunyai varian rasa yang berbeda.
“Pengaruh lingkungan dan tanah yang terbiasa ditanami sayuran maka kopi yang ditanam juga beraroma sayuran. Ada rasanya tomat, kol dan lainnya,” ujarnya.
Ia menambahkan kebun kopi yang ada di Dusun Jerukan tersbeut ditanami kopi jenis Arabika sejak tahun 2013 dan mulai berbuah pada tahun 2016 lalu.
Untuk panen pertama kalinya, para petani kopi setempat hanya mampu memanen sebanyak 45 kilogram green bean. Dan, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
“Di awal masa panen di akhir tahun 2016 lalu hanya menghasilkan 45 kilogram green bean, kemudian di tahun kedua bisa meningkat menjadi 2,5 kuintal. Lalu panenan ketiga mencapai 5 kuintal dan di tahun ke empat kemarin mencapai 1,5 ton,” imbuhnya.
Amin menjelaskan, untuk pemasarannya di awal panennya cukup mengalami kendala. Namun, tidak mematahkan semangat para petani kopi untuk terus berusaha.
Selain itu, pihaknya juga mendapatkan pendampingan dari penggiat kopi Magelang yakni Kopi Koma (Kopi Magelang). Dengan adanya pendampingan tersebut, para petani kopi dari lereng Gunung Merbabu bisa memasarkan hasil ladangnya hingga beberapa kota di Pulau Jawa.
“Selain itu, kami juga bisa memasok kopi ke beberapa kedai kopi, coffee shop yang ada di beberapa kota,” ujarnya.
Sementara itu, Maya Suci Arumi, penggiat kopi dari “Kopi Koma” mengatakan, saat ini upaya pengenalan kopi lokal Magelang dinilai masih sangat rendah. Hal itu, dibuktikan masih banyaknya penggunaan kopi dari luar Magelang di beberapa kegiatan.
“Sebenarnya, beberapa hotel yang ada sangat berpotensial untuk mengenalkan kopi lokal Magelang kepada para tamunya. Bila, hotel- hotel tersebut bisa mengenalkan, dampaknya nanti bisa lebih menyejahteraan petani kopi Magelang,” katanya.
Yon