blank
Aksi guru ini sebagai simbol kerinduan pembelajaran tatap muka. foto:Suarabaru.id

Melihat kondisi tersebut, Basuki bersama guru-guru lain langsung bergerak menata ruangan. Kursi di atas meja diturunkan, dan debu kemudian dibersihkan. Tulisan spidol di papan tulis berwarna putih juga dihapus.

Para guru cukup kesulitan untuk menghapus tulisan spidol yang usianya sudah setahun lebih itu. Mereka terpaksa menggunakan cairan pembersih untuk bisa menghapus tulisan tersebut.

Setelah semua bersih, barulah para guru mulai melakukan penempelan nomor ujian di meja siswa. Tak ketinggalan nomor ruang dan denah bangku juga ikut ditempel di pintu kelas.

Basuki menyebutkan, aksi para guru ini memang dilakukan sebagai ungkapan mereka atas kerinduan untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Mereka merindukan momen di mana saat siswa masih datang dan melakukan pembelajaran di sekolah.

Selain itu, aksi tersebut dilakukan untuk mempersiapkan jika PTS nanti sudah diperbolehkan untuk tatap muka.

“Selain siswa yang rindu belajar di sekolah, kami sebagai guru juga rindu sekali siswa belajar di sekolah seperti sediakala. Jadi seandainya dalam waktu dua hari ini siswa boleh datang ke sekolah untuk melakukan PTS kami sudah siap,” katanya.

Selama pandemi ini, lanjut dia, pembelajaran di SMP Kanisius masih berjalan secara daring dengan memanfaatkan aplikasi dari Google. Pihaknya juga berusaha melakukan inovasi-inovasi pembelajaran agar siswa tak merasa bosan saat belajar daring.

“Sepekan sekali di hari Sabtu, kami juga luring untuk pengumpulan tugas selama satu pekan baik siswa ataupun didampingi oleh orang tua wali secara bertahap. Jadi kami tidak putus hubungan sama sekali,” ungkapnya.