JEPARA (SUARABARU.ID) – Mungkin tidak banyak yang mengenal nama Zainal Arifin. Sebab lulusan Kejar Paket C yang pernah mengenyam pendidikan di SMPN 1 Kedung yang kesehariannya bekerja sebagai sales kacamata keliling ini lebih sering dipanggil Seto Dontghost. Nama keren itu yang sering digunakan ketika ia berinteraksi dengan penyiar radio.
Juga dengan para pejabat yang sering berdialog di sejumlah radio di Jepara. Anak pasangan Romadi – Eko Kusmiyati ini sering menggunakan forum ini untuk menyampaikan gagasan dan bahkan kritik-kritiknya. Ia memiliki gaya komunikasi yang terbuka, hingga kadang sikap kritisnya terasa menyakitkan.
Perhatian terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat dan kepekaan sosial inilah yang kemudian mengantarkan Zainal Arifin bersama para pejuang kemanusiaan seperti Ahmad Kafidin, Arifin , Janut, Nurkolis, Nurkasan, Siti Kaswati, Nursulasmi, Musa dan Ali Ashadi membentuk PAGODA (Paguyuban Donor Darah Desa Dongos).
Ia sendiri dipilih menjadi ketua paguyuban. Bahkan PAGODA ini telah 8 tahun berhidmah kepada warga masyarakat. Bahkan kini donor darah dilakukan 3 kali dalam satu bulan. Sebab dukungan warga untuk menjadi pendonor semakin bertambah.
“Semula kami hanya melakukan donor darah. Sebab waktu itu memang belum banyak paguyuban donor darah. Sementara kebutuhan darah masyarakat melalui PMI Jepara terus meningkat. Kondisi ketersediaan darah itu kami dengan dari dialog Radio Bupati Menyapa di Radio Kartini FM dengan Bapak Hendro Martojo, Bupati Jepara waktu itu” ujar Zainal Arifin.
Namun setelah beberapa tahun berjalan, PAGODA tidak hanya fokus pada gerekan kemanusiaan donor darah. “Teman-teman pengurus sepakat untuk mengembangkan PAGODA menjadi organisasi sosial yang peduli sesama, terutama warga yang kurang mampu,” ungkapnya dalam wawancara khusus dengan SUARABARU.ID.
Seiring dengan berjalannya waktu, PAGODA mendapatkan dukungan dari banyak orang, termasuk dari para tokoh masyarakat yang bersedia menjadi donatur. Bahkan sampai saat ini anggotanya telah berkembang menjadi 48 orang.
Adapun profesinya para pejuang kemanusiaan yang bergabung dalam paguyuban PAGODA ini bermacam – macam mulai dari kuli bangunan, tukang kayu, tukang ukir, buruh, pekerja pabrik hingga wiraswasta.
Motivasi bernilai
Zainal Arifin mengaku, salah satu motivasi yang bernilai tentang pentingnya gerakan kemanusiaan oleh warga ini muncul ketika melihat salah satu tetangganya, Kasiatun tergolek tak berdaya karena tumor payu dara.
“Saya mencoba SMS Plt Bupati Jepara Ihwan Sudrajat dan menceriterakan kondisi bu Kasiatun. Kami tidak menyangka, esuk harinya beliau datang bersama para pejabat terkait dan langsung membawa bu Kasiatun ke Rumah Sakit RA Kartini dan bahkan kemudeian di operasi di Semarang hinga sembuh,” ujar Zainal mengenang peristiwa berharga itu.
Peristiwa itu kemudian meneguhkan sikap anggota PAGODA untuk terus menebarkan semangat kemanusiaan untuk warga yang membutuhkan. “Dana berasal dari iuran anggota dan juga para donatur yang ada di Desa Dongos, donatur luar desa dan bahkan luar kecamatan Kedung yang tergerak untuk ambil bagian menolong sesama,” tutur Zainal Arifin.
Sasarannya adalah warga yang tidak mampu, sakit parah, orang terlantar dan sebatang kara,” tutur Zainal Arifin. kedung
PAGODA Peduli Sesama Dongos juga pernah membagi roti untuk warga sedesa Dongos . Juga kegiatan olah raga rekreatif jalan sehat dengan hadiah dua buah sepeda motor bekas, lomba mewarnai sedesa Dongos. Juga mengadakan bazar produk Indofood.
Dari pernikahannya dengan Nur Sulasmi, ia dikaruniai dua orang anak yaitu Vina Anggraini Puspita umur yang saat ini kuliah Unisnu Jepara dan Bintang Elsa Prisilia Ardiana yang masih sekolah di TK Pertiwi Dongos. Ia kini tinggal dirumahnya di Desa Dongos.
Zainal Arifin atau yang lebih dikenal dengan pangilan Seto Dontghost bersama para pejuang kemanusiaan yang tergabung dalam Paguyuban PAGODA adalah profile yang cilik yang ingin selalu mengulurkan tangannya bagi warga yang yang membutuhkan.
Mereka memberi bukan karena hartanya berlimpah dan gajinya berjuta-juta, tetapi mereka mengulurkan tangannya karena dilubuk hatinya yang paling dalam ada cinta dan empaty untuk sesama yang menderita.
Hadi Priyanto