blank
Siaran berbahasa Inggris R- Lisa Cafe with GEC Jepara

JEPARA (SUARABARU.ID) –Kuliner  sangat digemari wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing. Karena itu kuliner menjadi pendukung pariwisata. Sebab kuliner yang  memiliki ciri khas  dapat menarik wisatawan, sebab menggambarkan budaya lokal suatu daerah dan branding suatu daerah. Terlebih Jepara yang kaya akan destinasi wisata alam dan budayanya, tentu banyak  wisatawan yang ingin menikmati keindahannya.

“Biasanya makanan khas daerah dicari  wisatawan  karena   ingin merasakan sensasinya  atau bahkan  untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh,” ujar Nur Ain dalam obrolan bertemakan Local Wisdom Based on Culinary di siaran Bahasa Inggris R-Lisa Café bersama GEC Jepara (21 /2 /2021) dipandu oleh Nor Ain, Amirul Mukminin.dan M. Syajid Syihabuddin.

blank

“Mempertahankan kearifan lokal (local wisdom) melalui kuliner memiliki nilai khas dan biasanya mengandung makna dan unsur budaya yang hanya dimiliki oleh daerah tertentu.,” ujar Aliva Rosdiana,  warga pindahan dari Surabaya yang juga dosen Unisnu.

Menurut Aliva Rosdiana yang juga penikmat kuliner khas ini, Jepara memiliki makanan khas berupa horog-horog mirip papeda di Papua dengan bahan sama yaitu sagu. Kalau di Jepara, sagu ini diparut setelah dicairkan dan dikukus. Rasanya pun tawar. Biasanya makanan jenis ini cocok sebagai pendamping bakso dan pecel. Sangat unik secara rasa dan ini tidak ada di tempat lain selain Jepara.

Tahun 2018 Aliva Rosdiana menunjukkann ketertarikannya akan Jepara dengan mewujudkannya melalui kamus Bahasa Jawa Jepara berbasis android yang didalamnya terdapat nama makanan khas Jepara yang diunggahnya di playstore bersama tim yaitu Olyvia Revalita Candraloka dan Harminto Mulyo.

“Silakan cari di playstore Kamus Jawa-Jepara. Kamus ini masih jauh dari sempurna. Ke depannya kami akan melengkapinya,” terangnya,” ujarnya

Beberapa kali Aliva Rosdiana juga menulis budaya Jepara berjudul ‘Memperkuat Kearifan Lokal Islam Melalui Perang Obor’  untuk diseminarkan di ajang seminar Internasional AnCoMs Surabaya pada tahun 2018 dan pada 2019 Strengthening Local Wisdom Through Troso Design By Applying Embroidery Among Weaving Craftsmen di ajang seminar Internasional ICCSP di Semarang.

Menurut Amirul Mukminin, tidak semua warga Jepara mengetahui makanan khas apa saja di Jepara. Apalagi wisatawan asing. Hal ini dikarenakan kuliner khas daerah tidak lebih popular dibandingkan makanan modern seperti pizza, burger, spaghetti, Fried Chicken, dan sebagainya.

Apalagi saat ini banyak kafe baru bertebaran di Jepara menjajakan makanan dengan cita rasa modern. Padahal tidak hanya makanan saja yang menjadi cita rasa khas daerah, ada juga minuman seperti gempol pleret dan adon-adon coro.

M Syahid Syihabuddin menambahkan bahwa saat ini banyak para food vlogger yang secara tidak langsung juga memperkenalkan makanan khas daerah yang dianggap enak dan memiliki cita rasa. “Jika ingin dikenal, perlu adanya promosi semacam food vlogger agar makanan khas Jepara dikenal. Namun saat ini saya masih belum menemukan food vlogger dengan antusias mempromosikan makanan khas Jepara,” ujarnya.

Hadepe – ulil ( AR )