Oleh : Hadi Priyanto
Konon sebelum menjadi kademangan, Tulaan dikenal sebagai sebuah dukuh dengan nama Padukuhan Alas Tuwo. Padukuhan ini dibuka oleh Pangeran Kuning. Ia adalah penguasa pertama kademangan ini. Sepeninggal Pangeran Kuning. ia digantikan oleh Ki Raban dan kemudian Ki Marasuto.
Setelah itu barulah datang seorang bangsawan dari Mataram bernama Kyai Agung Barata. Karena padukuhan ini di sering diganggu roh halus hingga ia memasang rajah Tulak Balak Pasopati diempat penjuru padukuhan. Padukuhan Alas Tuwo kemudian menjadi wilayah yang aman dan tentram, hyingga namanya diganti Padukuhan Tulaan.
Salah satu wilayah padukuhan yang dibuka oleh Pangeran Kuning ini adalah hutan penuh misteri yang sekarang dikenal sebagai Dukuh Sonder. Kala itu hutan ini dikenal sebagai wilayah yang paling angker.
Suatu saat di hari Jumat Wage, Pangeran Kuning kedatangan 9 orang tamu. Semua adalah warga padukuhannya. Salah satunya adalah Ki Darpa. Anehnya mereka menceriterakan tentang mimpi yang sama. Mereka ditemui oleh seorang perempuan cantik yang rambutnya sangat panjang hingga menyentuh mata kakinya. Perempuan itu menyatakan dirinya sebagai Ratu Kalinyamat.
Dalam pesan yang disampaikan melalui mimpi kepada 9 orang warga Padukuhan Alas Tuwo tersebut, Ratu Kalinyamat meminta agar mereka mencari tempat pertapaannya. “Rawatlah dan jangan pernah ada yang tinggal ditempat itu,” ujar Ratu Kalinyamat.
Mendengar cerita itu, Pangeran Kuning lantas meminta mereka untuk menemui Kyai Kasbolah. Ia seorang ahli membaca mimpi yang tinggal di Kademangan Kajen Pati. “Jika kalian bertemu beliau, sampaikan salam saya,” ujar Pangeran Kuning, seraya menunjuk Ki Darpa sebagai pemimpin rombongan.
Pesan Kyai Kasbolah
Setelah dua hari berjalan kaki, akhirnya mereka bertemu Kyai Kasbolah. Ki Darpa kemudian mewakili teman-temannya untuk menceriterakan mimpi mereka. Kyai Kasbolah meningalkan mereka dan masuk ke sebuah ruangan. Setelah beberapa saat ia keluar dan kemudian menguraikan makna mimpi tamu-tamunya.
“Yang menemui Ki Sanak dalam mimpi adalah Ratu Kalinyamat dan meminta kalian untuk mencari tempat pertapaannya. Letaknya ada di hutan Sonder. Namun ingat, sebelum memasuki hutan tersebut Ki Sanak harus puasa selama 7 hari,” ujar Kyai Kasbolah.
Letak pertapaan Kalinyamat menurut Kyai Kasbolah ada didekat pohon besar dan ada mata air di dekatnya. “Bersihan tempat itu dan jika Ki Sanak menemukan sesuatu, bahwa kembali ke sini,” pesannya.
Setelah kembali ke Padukuhan Alas Tuwo, Ki Darpa dan kawan-kawannya melaksanakan pesan Kyai Kasbolah, temasuk berpuasa 7 hari. Baru pada hari ke delapan, 9 orang memasuki hutan Sonder atas ijin Pangeran Kuning.
Selang beberapa lama, mereka menemukan tempat yang digambarkan Kyai Kasbolah. Mereka kemudian bersama-sama membersihkan semak belukar. Namun mereka tidak menemukan apa-apa. Akhirnya mereka beristirahat, bahkan karena lelah Ki Darpa kemudian teridur dengan bersandar pada sebuah pohon besar.
Dalam tidur Ki Darpa bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tua berbaju hitam dan menyerahkan dua buah potongan bambu yang tertutup rapat. Ketika Ki Darpa ingin menanyakan bambu yang telah diserahkan, laki-laki tua itu menghilang. Ia kemudian terbangun. Ki Darpa sangat terkejut, karena ditangannya ada dua buah potongan bambu.
Akhirnya temuan tersebut dilaporkan kepada Pangeran Kuning yang langsung memerintahkan Ki Darpa untuk segera kembali menemui Kyai Kasbolah. Dengan bergegas Ki Darpa segera berangkat dan menyerahkan bumbung bambu tersebut kepada Kyai Kasbolah.
Setelah diam sesaat Kyai Kasbolah kemudian membuka bumbung tersebut dengan hati-hati. Bumbung pertama ternyata berisi rambut perempuan yang sangat panjang, hitam dan halus. “Ini adalah rambut Kanjeng Ratu Kalinyamat,” ujar Kyai Kasbolah. Sedangkan bumbung kedua berisi rambut laki-laki yang nampak kotor bercampur tanah. “Ini Rambut Arya Penangsang,” ujar Kyai Kasbulah sambil menunjukkan rambut itu pada Ki Darpa dan teman-temannya.
Kyai Kasbolah kemudian mengajak Ki Darpa segera kembali ke Padukuhan Alas Tuwo, tepat pada malam Jumat Wage. Mereka langsung menuju ke hutan Sonder.
Setelah beberapa saat beristirahat, pagi harinya Kyai Kasbolah melakukan ritual khusus dengan memberi batas atau nyiker .. “Tanah yang berada didalam batas, sesuai dengan dawuh Kanjeng Ratu jangan untuk pemukiman dan jangan dimasuki oleh sembarang orang,” pesan Kyai Kasbolah.
Sementara bumbung yang beriksi rambut Ratu Kalinyamat ditanaman di bawah pohon besar dan bumbung yang bersisi rambut Arya Penangsang di larung di sungai Gajahan. Kepada Ki Darpa, Kyai Kasbolah juga diminta untuk merawat petilasan Ratu Kalinyamat. Ia dibantu oleh dua temannya.
Penemuan petilasan tempat Ratu Kalinyamat bertapa itu kemudian dengan cepat menyebar hingga banyak yang datang untuk berziarah pada malam Jumat Wage. Namun setelah Ki Darpa dan kedua pembantunya meninggal petilasan tersebut kurang diperhatikan.
Hingga datang dua pemuda bernama Bregut dan Monodo yang kemudian kembali membersihkan petilasan tersebut. Bahkan atas ijin Mbah Cabuk, kepala padukuhan Pejing, kemudian tempat dimana bumbung rambut Ratu Kalinyamat dikebumikan dibuatkan nisan layaknya sebuah makam. Tempat itulah yang kini dikenal sebagai petilasan Ratu Kalinyamat,.
Bregut kemudian diangkat menjadi juru kunci. Ia meninggal dalam usia yang sangat tua pada sekitar tahun 1930-an dan kemudian digantikan oleh Mbah Munodo hingga tahun 1950. Ia meninggal dalam usia 92 tahun lebih. Setelah itu berturut-turut juru kunci di percayakan kepada Mbah Wagiman Dunggayam, Kyai Kasturi, Nuryani, Mustajab dan Wagiman Ngemplak.
Juru kunci berikutnya adalah Kyai Kundori, Kyai H. Masrukan, dan kemudian Suparni. Sedangkan juru kunci ke 11 Petilasan Ratu Kalinyamat adalah Muhlisin, setelah Mbah Suparni meninggal Senin 15 Februari 2021.