SOLO (SUARABARU.ID) – Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyiapkan skenario perkuliahan tatap muka (PTM). Kendati demikian, kata Rektor UNS Prof Jamal Wiwoho, pelaksanaan Perkuliahan Tatap Muka (PTM) harus dilakukan secara bertahap dan bersyarat. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi mobilitas mahasiswa dan mencegah terjadinya klaster baru Covid-19 di kampus.
“Sebelum bertahap dan bersyarat, itu syaratnya ada izin dari Satgas Covid-19. Kami tidak pernah lepas koordinasi dengan kementerian (red: Kemendikbud RI) dan Pemkot Surakarta, ” papar Prof Jamal.
Pelaksanaan PTM bersyarat yang disebut Prof. Jamal adalah harus mendapat izin dari Satgas Covid-19 Kota Surakarta. Sedangkan, pelaksanaan PTM yang bertahap adalah diterapkannya sistem pembagian kelas dan jam kuliah secara terbatas bagi mahasiswa yang datang ke kampus.
Rektor menerangkan nantinya dalam sehari hanya ada dua mata kuliah yang diikuti oleh mahasiswa. Nantinya, selama PTM berlangsung, mahasiswa akan dibagi berdasarkan Nomor Induk Mahasiwa (NIM) ganjil dan genap untuk pembagian masuk ke dalam ruang kelas.
“Setengah di kampus dan selebihnya daring. Kita ganti mahasiswa dengan NIM ganjil di awal kalau sudah mid-semester yang genap. Kemudian itu bertahap,” jelasnya.
Dalam hal ini, UNS juga akan membatasi jam perkuliahan. Prof. Jamal mengatakan, durasi maksimal untuk satu SKS selama 30 menit. Hal ini berlaku kelipatan sesuai dengan jumlah SKS yang diambil mahasiswa pada satu mata kuliah.
“Misalnya, peserta 100 yang bisa ikut 50 atau 50 persen. Dari 50 itu, dibagi menjadi dua kelas, maksimal jadi satu kelas 25 (red: mahasiswa) dan satu mata kuliah dengan durasi satu SKS maksimal 30 menit. Jadi, kalau dua SKS ya 60 menit,” tambah Prof. Jamal.
Saat ditanya mengenai kapan UNS akan benar-benar melaksanakan PTM pada tahun 2021 ini, Prof. Jamal menyampaikan pihaknya bersama Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof. Ahmad Yunus sudah siap apabila Satgas Covid-19 dan Pemkot Surakarta mengizinkan PTM dimulai.
Ia menambahkan keputusan UNS untuk menunda PTM merupakan bentuk penghormatan terhadap keputusan dan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Satgas Covid-19 dan Pemkot Surakarta.
“Sehingga pelaksanaan ini setidak-tidaknya kita patuh. Ta elok kalau kita di Jateng, terutama di Solo, kita masuk itu kurang nyaman. Karena, Covid-19 ini benar-benar menjadi sebuah pandemi. Jangan sampai keliru mengambil kebijakan dan mengakibatkan lonjakan-lonjakan dari Covid-19 karena kegiatan kita,” pungkasnya.
Pik