Oleh Dr KH Muchotob Hamzah MM
Di antara isu yang pelik, adalah teori konspirasi. Oxford English Dictionary mena’rifkan yang intinya: teori konspirasi adalah suatu peristiwa terselubung yang timbul akibat perselekongkolan dari pihak-pihak tertentu. Istilah teori konspirasi ini telah dikenal sejak tahun 1870 yang dimuat dalam Psychology News.
Para cendekiawan tidak sepakat atas keberadaannya. Ada yang mempercayai sebagai eksistens yang Haq (benar), dan ada pula yang menganggap sebagai Hoax (dusta). Prof. Chris French dari universitas Goldsmith London mempercayai sebagai “Haq”, dan Prof. Joseph Parent dari Notre Dame University memandang sebagai “Hoax”.
Di Indonesia, Prof. Azyumardi Azra termasuk cendekiawan yang menafikannya. Setelah membaca beberapa buku dan situs, saya sendiri berpendapat teori konpirasi bisa faktual (Haq) dan bisa juga fatamorgana (Hoax).
Pangkal pikiran sederhana saya bahwa kepentingan seseorang, kelompok, partai, bahkan negara pasti memerlukan usaha memajukan di segala bidang, lalu akibatnya ada pihak yang merasa dirugikan.
Kepentingan dua pihak ini bisa melahirkan aksi yang tidak terpuji bagi sementara orang yang tidak berakhlak karimah untuk menbentuk persekongkolan, konspirasi. Hanya saja, orang yang mengidap neuro hipokondriasis sering latah, sehingga dikit-dikit dikatakan masuk dalam teori konspirasi.
Padahal, setelah diriset ternyata hanyalah hoax. Saat ini Bill Gates keheranan karena dituduh memasukkan microship untuk mengendalikan dunia, pada vaksin covid 19. Kemudian sebagian kita takut divaksin dan ujungnya secara sunnatullah potensial terpapar virus Corona.
Memang tidak mustahil para konspirator menggunakan orang dari pihak lawan untuk dijadikan alat konspirasi. Contoh mudahnya adalah Misythah bin Utsatsah (sepupu dan tukang sisirnya sahabat Abu Bakar yang telah diberdayakan ekonominya).
Konspirasi Munafik
Ia dimanfaatkan oleh konspirasi Munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul (Ibnu Hisyam, hlm.2/ 297) untuk menjatuhkan kredibilitas keluarga Nabi saw., yaitu Siti Aisyah yang diisukan miring dengan Shafwan bin Mu’athal ad-Dzakwani (QS. 24: 11-22; Al-Asqalani, Al-Fath, 28, hlm. 110).
Saya mengakui bahwa kebanyakan pemercaya teori konspirasi adalah orang yang lemah baik secara ekonomi, politik, sosial bahkan militer. Contohnya, oposisi Demokrat era George W. Bush Jr yang kebanyakan mempercayai bahwa peledakan gedung WTC adalah kerja konspirasi Bush sendiri.
Rapat-rapat rahasia baik kelompok orang, ormas, orpol bahkan negara yang bersekongkol untuk sebaran hoax, menciderai yang lain, adalah bagian dari konspirasi.
Kalau dibilang fatamorganya, ternyata situs Republika co.id, menyebut ada sepuluh teori konspirasi yang terbukti haq dan bukan hoax. Di antaranya: Teori keberadaan “mafia”yang pernah dianggap fiktif. Pada era 1960-an, teori ini dianggap fiktif-fatamorgana.
Tetapi saat ini, orang mempercayainya dan terbukti faktual dan empirik. Lalu pada tahun 1977 dan 2001, tahun waktu dibuktikannya teori konspirasi tentang pengendalian pikiran oleh pemerintah AS terhadap rakyatnya.
Ternyata pula Central Intelligence Agency (CIA) pernah mengerjakan proyek MK-ULTRA yang tugasnya nengembangkan obat agar orang yang menjadi sasaran bisa mengatakan sebenarnya apa yang ia sembunyikan.
Kemudian teori konspirasi hotel Watergate yang berakhir memicu mundurnya presiden dari partai republik, Richard Nixon. Dan yang masih hangat adalah ISIS yang diyakini buatan AS.
Hal ini dikatakan oleh Hillary Clinton waktu berpidato di Senat seperti yang dikatakan oleh Siswono Yudo Husodo (Kompas 19/11/2020/6). Mari kita cari atau nantikan faktanya, jangan biarkan dunia mengubur isu tersebut dalam-dalam.
Wallaahu A’lam bis-Shawaab!
Penulis Dr KH Muchotob Hamzah MM, Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo