MAGELANG (SUARABARU.ID)- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang telah menerima rekomendasi Badan Penyelidikan dan Penelitian Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta terkait perubahan peta potensi daerah bahaya Merapi.
“Rekomendasi tersebut menjadi bahan bahasan kami. Kami diskusikan bersama tim. Bagaimana sebaiknya kita merespons karena tinjauannya banyak sudut yang semuanya berorentasi pada penyelamatan jiwa,” kata Pelaksana tugas ( Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto, Senin (18/1).
Edy mengatakan, selanjutnya kajian dari tim tersebut untuk memberikan masukan bagi Bupati Magelang untuk menentukan langkah selanjutnya. Menurutnya, rekomendasi terbaru dari BPPTKG Jogjakarta tersebut menyebutkan potensi dan zona bahaya erupsi Merapi berubah.
“Dari sebelumnya bahaya erupsi tersebut mengarah ke Barat dan Barat Laut, kini berubah arah ke sektor barat daya dan selatan dari puncak Merapi,” kata Edy..
Selain itu, potensi erupsi Merapi berupa eruspi efusif yang biasa mengikuti alur sungai. Yakni, Sungai Bedog, Boyong di Kabupaten Sleman dan untuk wilayah Kabupaten Magelang di Sungai Krasak.
Menurutnya, dalam rekomendasi BPPTKG terbaru hanya merekomendasikan jarak potensi bahaya Merapi yakni lima kilometer dan tidak menyebutkan desa-desa terdampak.
“Desa-desa yang kemarin direkomendasikan, tidak masuk dalam jangkauan sesuai skenario yang baru. Namun tidak serta merta ketiga desa di Kecamatan Dukun yang kemarin masuk daerah KRB III aman dari bahaya Merapi,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pada rekomendasi dari BPPTKG yang baru tersebut juga menyebutkan jarak aman lebih dari lima kilometer dari sungai yang kemungkingan dilalui aliran awan panas maupun guguran lava. Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Magelang, sejumlah wilayah yang ada di sepanjang Sungai Krasak jaraknya lebih dari lima kilometer.
“Tidak bisa diambil kesimpulan begitu saja. Tidak terlalu sederhana. Semua kemungkinan yang terjadi kami fasilitasi,” ujar Edy Susanto.
Edy menambahkan, prakiraan tipe erupsi Merapi 2021 ini terus berubah. Berdasarkan pantauan aktivitas vulkanik oleh BPPTKG hingga 16 Januari 2021, probalibitas mengarah pada erupsi efusif sebesar 40 persen.
“Kami belajar dari kemarin berubah-ubah terus ancamannya. Mulai eksplosif, efusif, eksplosif, efusif lagi, sampai akhirnya eksplosif dan turun drastis,” kata Edy yang juga menjabat Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Magelang.
Ia menambahkan, meskipun zona bahaya erupsi Merapi telah bergeser , tetapi hingga saat ini Pemkab Magelang masih tetap melayani sejumlah pengungsi dari tiga desa di kawasan rawan bencana ( KRB) III, yakni warga Desa Keningar, Krinjing dan Paten , Kecamatan Dukun.
Layanan bagi para pengungsi dari tiga desa tersebut yang tersebar di Kecamatan Mertoyudan, Mungkid itu langkah untuk penyelematan jiwa manusia.
“Kita belajar dari erupsi Gunung Semeru saat ini. Semeru erupsi saat statusnya masih waspada. Dan, erupsi Semeru tersebut sebagai suatu langkah tepat bagi BPBD Kabupaten Magelang untuk menjalankan misinya yakni penyelamatan jiwa manusia dengan melakukan evakuasi dari daerah KRB itu,” ujarnya.
Diperpanjang
Sementara itu, Pemkab Magelang terhitung sejak 16 Januari kemarin hingg 14 Februari mendatang, kembali memperpanjang masa tanggap darurat bencana Gunung Merapi.
Edy menjelaskan, Pemkab Magelang memperpanjang masa tanggap darurat tersebut, karena hingga saat ini Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta belum merubah status Merapi.Yakni level III atau siaga sejak 5 November 2020 kemarin.
“Perpanjangan tanggap daruat Bencana Merapi ini merupakan dasar bagi BPBD Kabupaten Magelang untuk melakukan Tindakan kedaruratan,” katanya.
Yon-wied