PEMALANG (SUARABARU.ID)– Seorang perempuan bernama Wiwik Rohyati (50) warga RT 2 RW V Desa Losari, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang, saat ini hanya bisa tergolek lemah di ranjang, akibat penyakit yang dideritanya.
Ibu paruh baya ini sudah dua bulan kondisinya lumpuh, badan dan tangan kaku sulit digerakkan. Semua aktivitas dilakukan di atas tempat tidur, seperti makan, minum, hingga buang hajat juga.
Kondisi rumah juga tak layak, hanya berlantai tanah, dinding bata juga sudah rusak, serta kayu yang sudah lapuk, ditambah atap bocor serta tak ada pintu. Tak ada barang berharga di dalam rumah, hanya tempat tidur dengan alas kasur tipis.
BACA JUGA : Longsor di Pacitan, Batu-batu Besar Menggelinding Menghancurkan Rumah
”Awalnya saya jatuh sekitar dua tahun lalu, kemudian sudah diobati dan sempat operasi. Namun perlu perawatan rutin juga pengobatan. Sekitar dua bulan lalu, badan sakit dan tangan juga kaki sulit digerakkan hingga lumpuh, karena tak ada pengobatan,” jelas Wiwik Rohyati, yang ditemui Senin (18/1/2021).
Menurut dia, keluarganya sudah tak ada biaya lagi bila harus ke rumah sakit. Untuk hidup sehari-hari saja sangat susah. ”Sebelumnya pernah terdaftar di BPJS mandiri, namun tak dilanjutkan, karena tak ada biaya. Sehingga tak bisa berobat ke rumah sakit dengan BPJS,” jelasnya.
Ibu empat anak itu, kini dirawat anak serta suaminya, Mulani. Bahkan salah satu anaknya terpaksa putus sekolah setelah lulus dari bangku SMP. Anggit Pujo Nugroho, anak keduanya, kini fokus merawat sang ibu dan meladeni semua kebutuhannya.
BACA JUGA : Memakai Sarana Lampion, Relawan Surakarta Berdoa untuk Indonesia
”Saya lulus SMP tahun 2020, dan tak melanjutkan sekolah karena tak ada biaya. Ibu kondisinya sakit, sehingga saya harus merawat di rumah. Kakak pertama kerja serabutan bersama ayah, untuk biaya keluarga dan dua adik saya yang masih sekolah SD,” ungkap Anggit.
Sebelumnya, keluarga ini punya usaha kecil kecilan, dengan berjualan gorengan. Namun kini tak bisa dijalankan lagi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ayah dan anak kerja serabutan, sesekali menjadi buruh tani juga.
”Kami berharap adanya bantuan dari dermawan dan juga pemerintah daerah, agar istri saya bisa diobati dan bisa sembuh,” harap sang suami.
Riyan-Sol