TANJUNG SELOR (SUARABARU.ID)– Antrean kendaraan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jalan Sengkawit, Tanjung Selor, kembali terjadi sehingga mengganggu arus lalu lintas.
Gangguan yang sering terjadi itu akibat ulah para pengetap yang kembali menjamur di SPBU.
Lamanya masa pengisian BBM pada kendaraan mereka, menyebabkan antrean mengular sampai ke jalan raya.
Ketua Komisi II DPRD Bulungan, Tasa Gung meminta polisi bersama Satpol PP dan pihak erkait bertindak tegas kepada para pengetap itu.
Belum lama ini, katanya, DPRD kembali menerima keluhan dari masyarakat tentang ulah para oknum pengetap itu.
“Penyalahgunaan BBM oleh para pengetap ini jelas melanggar peraturan,” katanya seperti dilansir benuanta.co.id group siberindo.co Selasa (5/01/2021).
Selain mengganggu arus lalu lintas, ulah para pengetap itu juga dikhawatirkan mengganggu ketertiban umum, ujarnya.
Sebab, katanya, dari pengaduan masyarakat itu, mulai muncul inisiatif beberapa lembaga dan organisasi kemasyarakatan untuk melakukan penertiban sendiri.
“Kami yakin, polisi bersama aparat pemerintah daerah bisa kembali menertibkan dan menindak tegas oknum pengetap yang membuat SPBU semrawut lagi. Dulu kan sudah ada yang ditindak tegas dan dipidanakan,” kata politisi Hanura ini.
Ia menegaskan, keberadaan SPBU Sengkawit diharapkan mampu menyelesaikan persoalan antrean panjang yang sebelumnya kerap terjadi di SPBU Jalan Katamso. Ironisnya, SPBU Katamso milik itu tidak beroperasi maksimal.
“Persoalan pailitnya perusahaan pemilik SPBU Katamso itu harus segera diselesaikan. Masyarakat mempertanyakan ke mana jatah BBM yang dimiliki SPBU itu. Kalau tidak bisa beroperasi maksimal lagi sebaiknya ijinnya di cabut saja,” tegasnya.
Pengetap atau pembeli eceran BBM di SPBU dengan maksud untuk dijual kembali, jadi fenomena di berbagai daerah di Kalimantan.
Beberapa waktu lalu, pihak Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Kalimantan menyatakan ulah para pengetap telah menyebabkan terganggunya pasokan solar dan premium.
“Para pengetap BBM di SPBU yang menjadi penyebab kelangkaan di Kaltim,” kata Sekretaris Hiswana Migas Kalimantan, Fauzy Ascendhata.
Dalam menjalankan aksinya, kata Fauzy, para pengetap mengelabui operator SPBU. Misalnya dengan memodifikasi daya tampung tangki kendaraan mereka.
Fauzy mencontohkan, sebuah mobil jenis mini van dimodifikasi hingga mampu menampung BBM mencapai 100 liter dari semestinya hanya 40 liter.
Demikian pula sepeda motor jenis Vespa yang mampu menampung BBM hingga 30 liter dari semestinya hanya 10 liter saja.
“Bayangkan kalau pengetap ini ada puluhan dan setiap hari menjalankan aksinya, pasti habis BBM SPBU,” kata Fauzy.
Keberadaan pengetap, menurut dia, banyak ditemui di kota atau kabupaten di Kalimantan.
Sebagian pelaku pengetap, kata dia, mengintimidasi petugas pengisian SPBU.
“Pernah ada kasus di Samarinda, petugas pengisian SPBU dipukul para pengetap ini,” ujarnya, seperti dilansir suarabaru.id dari Siberindo.co.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo berbicara soal antisipasi karantina wilayah atau lockdown usai Indonesia memiliki kasus aktif virus corona (Covid-19) lebih dari 110 ribu.
Jokowi mengatakan sejumlah negara telah menempuh kebijakan itu. Ia meminta para menteri untuk bekerja keras menangani pandemi agar Indonesia tak memilih jalan yang sama.
Claudia SB