KENDAL (SUARABARU.ID) – Kabupaten Kendal dikenal sebagai kawasan yang kaya wisata. Wilayah ini memiliki laut dataran rendah dan juga gunung. Topografi wilayahyang demikian ini, memunculkan pemandangan-pemandangan indah.
Kendal dengan gunung-gung dan perbukitannya, menyimpan keindahan yang tak terkira. Dari ketinggian kita bisa memandang sawah menghijau, bahkan kita bisa memandang laut dari kejauhan.
Curug Panglebur Gongso merupakan salah satu curug yang terkenal di Kabupaten Kendal. Lokasinya yang berada di Desa Gondang, Limbangan ini mudah dijangkau dari arah manapun baik Sumowono atau Kendal.
Dan, di gunung-gunung itu bisa kita jumpai kebun the di wilayah Limbangan, juga ada gua Jepang di sana. Di bawahnya ada hutan yang menghijau, dengan mata air panasnya di Gonoharjo. Tak kurang jua, di gunung-gunung itu bisa kita jumpai banyak sekali air terjun. Dari yangvterbesar dan tertinggi seperti Curug Sewu, kemudian air terjun lainnya termasuk Curug Panglebur Gongso.
Air terjun ini memang tidak terlalu tinggi, hanya berketinggian sekitar 7 meter. Tetapi, pada cur=curan air terjun itu terdapat kolam yang cukup luas, cocok untuk berenang-renang menikmatis esnasi air bening yang jatuh dari tebing di gunung.
Pengunjung bisa beratrasi=ksi dengan terjun dari tebing ke kolamnya. Yang menyenangkan lagi, meski musim kemarau, airnyabtak kunjung susut. Jadi bgi yang suka keceh air bermain air, dating ke sana tak perlu memandang musim, karena air tetap tersedia.
Tentu saja, ketersediaan air yang ajek ini tak lepas dari lingkungan sekitar yang terjaga. Kalau hutan-hutan dibabat habis, pastilah air terjun itu akan mongering.
Pertapaan Kumbokarna
Menurut masyarakat lokal, ada kepercayaan bahwa dulunya air terjun ini merupakan tempat pertapaan Kumbokarna, adik Rahwana. Dalam epos Ramayana Kumbokarna digambarkan berwujud raksasa namun memiliki hati seorang kesatriya. Untuk melebur dosa-dosa setelah pertempuran membela negaranya, dirinya melakukan pertapaan di atas curug ini.
Dari kepercayaan itulah banyak petinggi kerajaan terdahulu bertapa di Curug Panglebur Gongso ini. Semakin diperkuat dengan adanya bekas tapak kaki yang bisa dilihat di bebatuan atas curugnya.
Ada pula gua yang terletak di sebelah curug juga memiliki kepercayaan bisa tembus sampai ke Masjid Agung Demak. Sampai sekarang pun, pada hari tertentu masih ada masyarakat yang melakukan pertapaan atau ritual mandi di curugnya.
Terlepas dari mitos tersebut, pemandangan alam dan daya tarik di dalamnya memang sangat mengesankan. Pengunjung yang datang perlu memarkirkan kendaraannya di parkiran atas baik mobil atau motor.
Retribusi Rp 4.000
Untuk masuk ke Curug Panglebur Gongso ini pengunjung harus membayar retribusi Rp 4 ribu sudah include biaya parkirnya. Tetapi jangan menyangka air terjun ada di samping tempat parkir. Pengunjung harus berjalan dulu, kira-kira 50 keter menuju lokasi air terjunnya. Sesampai di sana tinggal memilih, mau menikmati pemandangan dengan nnaik ke bagia atas air terjun, atau mau ciblon (bermandian-mandian) atau keceh (bermain air) di kolamnya.
Karena lokasi di hutan, maka kita bisa dengan merdeka menikmati hembusan angina, suara-suara heean liar, termasuk kicau burung.
Memang berkunjung ke loksi aliran sungai atau air terjun, kita wajib waspada. Terlbih pada musim hujan. Hal ini mengingat, air bisa saja datang dengan tiba-tiba dalam jumlah besar, sehingga bisa menghanyutkan apa saja.
Maka, kewaspadaan menjadi penting. Pengunjung juga disarankan membawa jaket atau pakaian tebal karena angin di sana cukup kencang dengan hawa dingin yang dibawanya.
Curug Panglebur Gongso ini termasuk tempat wisata yang masih diawat baik oleh masyarakat sekitarnya. Fasilitas lain seperti kamar mandi, toilet, parkir yang luas, warung makan, serta mushola tersedia di tempat ini. Jadi kenyamanan pengunjung tetap terjaga selama berlibur di Curug Panglebur Gongso.
Lokasi memang tidak terlalu jauh dari kota Semarang. Sekitar satu jam ditempuh dengan kendaraan sudah sampai. Hanya saja yang menjadi catatan, untuk menuju lokasi tidak ada kendaraan umum. Maka, kendaraan pribadilah yang menjadi pilihan.
Ayo, kapan berwisata ke sana. Tetapi ingat, selama masa pandemic tetap jaga protocol kesehatban.
Widiyartono R