JEPARA (SUARABARU.ID) – Penyebaran Covid- 19 di Jepara terus meluas. Bahkan hingga Kamis ( 17/12-2020) malam dengan penambahan 74 orang warga Jepara yang terkonfirmasi Covid-19 total warga yang terpapar mencapai 3.431 orang.
Yang mencemaskan, prosentase orang yang sakit kembali naik tinggi menjadi 23,72 % dan yang meninggal masih di angka 7,05 %. Sementara prosentase orang yang sembuh menurun tajam menjadi 69,22 %.
Ironisnya belum nampak kebijakan yang kuat untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 dari sisi hulu yaitu langkah pencegahan melalui protokol kesehatan 3 M ( memakai masker, mencuci tandan dan mengindari kerumunan tanda prokes).
Berdasarkan penelusuran SUARABARU. ID, dari data yang diumumkan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Muh Ali, M.MKes diperolah informasi, muncul kembali klaster pesantren di Jepara dengan jumlah santri yang terkonfirmasi lebih dari 10 orang. Mereka berusia 13 -19 tahun.
Juga terdapat pengembangan klaster SMP yang salah satu gurunya meninggal terkonfirmasi Covid-19 sepuluh hari yang lalu. Berdasarkan pelacakan kontak erat yang dilakukan oleh tim, kini ditemukan 5 orang guru SMP tersebut terkonfirmasi Covid-19. Juga terdapat seoprang pejabat kantor kecamatan yang camatnya pernah dinyatakan terkonfirmasi.
Dari pelacakan SUARABARU.ID, pada pengumuman semalam juga terdapat seorang Kepala Puskesmas di Jepara yang terkonfirmasi Covid-19. Terkait bdengan temuan SUARABARU.ID, Juru Bicara Satgas, Muh Ali membenarkan. “ Iya mereka ditemukan dalam proses pelacakajn kontak erat,” ujarnya.
Disamping itu sebagian besar yang diumumkan adalah klaster keluarga, orang bergejala uyang dirawat di rumah sakit dan pu8skesmas dan banyak juga yang tidak lagi diketahui klaster penyebarannya. “Jika tidak ada tempat karantina yang terpusat, maka peluang terjadi klaster keluarga sangat besar. Sebab karena kondisi ekonomi, sulit menghindarkan kontak langsung dengan anggota keluarga yang lain,” ujar Wakil Ketua DPRD Jurarso.
Karena itu, Sekretaris DPC PDI Perjuangan ini meminta Pemerintah Kabupaten Jepara untuk menyediakan tempat karantina yang representatif dengan petugas medias, obat dan makanan yang bergizi. Ini juga sebagai jalan keluar dari keterbatasan tempat tidur atau daya tampung rumah sakit, tambah Junarso. Kini ada 3 tempat karantina, tetapi tidak difungsikan, ujarnya.
Menurut Junarso, pencegahan di hulu harus lebih digencarkan melalui berbagai perangkat paraturan yang ada, oleh Tim Gakum. “Jangan hanya dibiarkan berjalan apa adanya. Sebab ini persoalan wabah yang telah ditetapkan oleh presiden sebagai bencana nasional. Faktanya angka kedaruratan Jepara juga semakin meningkatr dan mencemaskan,” ujar Junarso.
Hadepe