Oleh Dr KH Muchotob Hamzah MM
Sempat berpikir betapa umst Islam masih tertinggal dari umat lain di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Padahal Al-Qur’an dan hadits telah begitu kuat mendorong umatnya untuk menguasai dan membimbing penggunaannya.
Kata “Nabi” sendiri berasal dari kata (naba’) yang berarti “agen informasi” baik keduniaan maupun keakhiratan.
Karena informasi dari nabi saw.umumnya bersifat global dan substantif (mahiyah), maka diperlukan jihad ilmiyah khususnya dari para pemeluk Islam untuk meneliti agar mendapatkan teknik (kaifiyah)-nya.
Dengan demikian informasi tsb. dapat menjadi kontributor integral bagi umat dan kemanusiaan sebagaimana pernah terjadi pada abad keemasannya.
Sebutan ini bukan sekedar berbangga, tetapi untuk mengingatkan bahwa umat pernah mampu menguasainya.
Di dunia sekarang, perang siber telah merajai seluruh pelosoknya. Kita harus memahaminya. David D Clark seorang teknolog informatika dari Massacchusetts Institute of Technologi membagi lapis siber sbb:
Pertama, hardware yaitu lapis fisik dan infra struktur seperti kabel dan komputer. Kedua, software yaitu lapis konstruksi logika yang berbasis pemrograman.
Ketiga, lapis konten informasi yang tersimpan dan tersebar. Keempat, lapis humanware atau manusianya. Perang siber disebut sebagai senjata sempurna. Karena bisa menyiluman, senyap, ringkas, mematikan, efektif dan efisien.
Salah satu informasi di bidang Kominfo dari Nabi saw. adalah hadits dalam kitab “Shahih Asyraath as-Saa’ah” (48) yang mengaitkan teknologi komunikasi semisal meluasnya percakapan dan status via handphone sebagai salah satu tanda kiamat… وحتى تكلم الرجل عذبة سوطه و شراك نعله وتخبر فخذه بما احدث اهله من بعده.
Artinya: … (Kiamat tidak akan datang), sampai ada seseorang yang pucuk cambuknya dan serempang sandalnya memberitahu (yang ada pada) pahanya tentang apa yang terjadi di keluarganya (Ahmad 3: 83) dan Tirmidzi (4: 576). Demikian juga penggalan hadits. وظهورالقلم. Artinya: …dan meluasnya pena… (Ahmad 1: 407).
Tehnologi Kominfo
Statemen ini tidak berarti umat Islam harus melempar dan membuang teknologi kominfo. Karena manfaat dan mafsadatnya tergantung di tangan kita. Oleh karena itu orang Wahabi era dulu yang membid’ah haramkan radio-tv saja sekarang banyak yang memakai handphone.
Menurut saya, hadits tersebut adalah sebuah nubuat yang menerangkan bahwa suatu saat kemudian, ada teknologi kominfo yang canggih.
Maka, pertama, umat Islam seharusnya menjadi perintis karena sudah tahu lebih dulu akan terjadinya penemuan itu. Kedua, membimbing titian pemakaiannya sesuai tujuan syariat. Ketiga, mengawasi terjadinya penyimpangan dari penemuan teknologi tersebut.
Umat tidak perlu takut bergulat dengan teknologi kominfo sebagai tanda kiamat. Karena kiamat tidak akan terjadi dari sudut teknologinya. Kiamat baru akan terjadi ketika teknologi manusia telah melupakan “Asma Allah”.
Karena dengan melupakan Allah, teknologi bisa menjadi sarana saling membasmi satu sama lain bersamaan dengan habisnya lifetime alam semesta.
Sebagai contoh hadits tanda kiamat adalah “tathaawul fil bunyaani”, yaitu saling berkompetisi -tidak sehat-meninggikan bangunan rumah. لا تقوم الساعة حتى يتطاول الناس فى البنيان (Bukhari 1: 161-164).
Apakah lalu umat tidak boleh membuat gedung pencakar langit karena takut mempercepat terjadinya kiamat padahal gedung itu dibutuhkan oleh umat?
Menurut saya, “Tathaawul’ tidak boleh dilakukan umat kalau pembangunannya dalam keadaan lupa “Asma Allah”. Ia melarang terbakarnya hati atau kebakaran jenggot hanya karena orang lain meninggikan bangunan rumah.
Inilah sabdanya secara umum:
لا تقوم الساعة حتى لا يقال في الارض الله الله
Artinya Tidak akan terjadi kiamat sampai manusia tidak menyebut “Allah-Allah” (Ahmad 13043; Muslim 248; Tirimdzi 2307). Inilah pemicu kiamat yang paling menentukan.
Wallaahu a’lam bis-Shawaab!
Penulis Dr KH Muchotob Hamzah MM, Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo