WONOSOBO(SUARABARU.ID)-PT Geodipa Energi (Persero) Unit Dieng selalu terus berkontribusi kepada masyarakat dan tetap melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR).
Karena masih dalam era pandemi global Covid-19 program CSR dilakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Yakni tetap menerapkan gerakan 3 M, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, jaga jarak antar sesama dan selalu memakai masker.
General Manager Manager PT Geodipa Energi (Persero) Unit Dieng Puguh Wintoro, Jumat (11/12), mengatakan tahun kerja 2020 ini sesuai dengan kesepakatan dengan Kepala Desa sekitar Dieng pada tahun 2019 sebelumnya dilakukan realisasi program terpadu rehabilitasi dan konservasi lingkungan di wilayah kerja operasional Unit Dieng.
“Program diwujudkan dengan melaksanakan beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara terpadu sejak Agustus hingga Desember 2020 ini. Semua program CSR disalurkan untuk kepentingan masyarakat Dieng,” katanya.
PT Geodipa Energi (Persero) Unit Dieng berkolaborasi dengan BNI 46 Cabang Wonosobo, tambahnya, juga menginisiasi dalam program kelola sampah rumah tangga dengan pelatihan pembuatan 2900 komposter mandiri dan komunal guna rehabilitasi lingkungan awal Agustus 2020
“Program tersebut direalisasikan di salah satu desa binaan PT Geodipa Energi yakni Sikunang Kejajar Wonosobo. Komposter lalu di distribusikan ke masyarakat ke 12 desa sekitar wilayah penyangga tataran tinggi Dieng yang merupakan perbatasan wilayah Wonosobo, Banjarnegara dan Batang,” sebutnya.
Sejumlah 700 komposter untuk Desa Parikesit, 200 Jojogan, 200 Patakbanteng, 200 Dieng Wetan, 200 Sikunang, 200 Sembungan (Wonosobo), 200 Dieng Kulon, 200 Karangtengah, 200 Kepakisan, 200 Pekasiran, 200 Bakal (Banjarnegara) dan 200 komposter untuk Pranten (Batang).
Penggunaan Komposer
Setelah didistribusikan Geodipa bersama BNI 46 Cabang Wonosobo pun melanjutkan dengan program penyuluhan pemilahan sampah organik-anorganik disertai tata cara penggunaan komposter dengan memanfaatkan cairan MOL (micro organisme local) sebagai pelengkap bantuan.
“Cairan MOL ini memiliki kandungan mikro organisme dari bahan-bahan alami yang mudah didapat di sekitar tanpa harus keluarkan uang banyak. Berfungsi mengurai sampah organik menjadi pupuk kompos padat dan cair sebagai substitusi pupuk kimia yang khalayak digunakan di wilayah pertanian Dieng,” paparnya.
Selain itu, PT Geodipa Energi Unit Dieng pun memberikan desa program penyediaan alat kelola sampah berskala sedang peruntukan sampah organik 6 desa yaitu masing-masing 1 unit mesin pencampur sampah, 1 unit mesin pencacah sampah, 1 unit mesin penggiling kepada Desa Parikesit, Jojogan, Patakbanteng, Dieng Wetan, Sembungan dan Sikunang.
Khusus untuk desa Sikunang, Geodipa melengkapi dengan mesin press hidrolik sebanyak 1 unit. Alat-alat ini diprioritaskan ke desa-desa binaan tersebut karena pada wilayah tersebut telah memiliki sarana tempat, tim penggerak lengkap dan operasional dukungan dari pemerintah desa terkait kelola sampah.
Di sisi hulunya PT Geodipa tidak lupa realisasikan program pemberian 3000 bibit tanaman penghijauan yang bernilai ekologi guna konservasi lahan dalam bentuk bibit cemara bintamin 500 Sikunang, 500 Dieng Kulon, 1000 Pranten serta bibit puspa 500 Dieng Kulon dan 500 sikunang.
Juga pemberian 1200 bibit tanaman penghijauan yang bernilai ekonomi guna pemberdayaan masyarakat desa dalam bentuk bibit kopi arabika sigararutang kepada 4000 Dieng Kulon, 4000 Sikunang, 4000 Bakal.
Ke semua bibit yang diberikan dan kemudian ditanam merupakan pohon keras tegakan yang dibutuhkan dalam memaksimalkan potensi lahan mencegah terjadinya tanah longsor sekaligus dalam rangka Hari Menanam Pohon Nasional yang tiap tahun diperingati pada 28 November.
Budidaya Kopi
Setelah pemberian bibit dipikirkan pula keberlanjutannya. PT Geodipa Energi Unit Dieng menggalang desa dengan usaha program pelatihan budidaya kopi arabika sigararutang kepada 17 perwakilan masyarakat desa Sikunang, Dieng Kulon dan Bakal.
Warga desa yang terpilih memiliki motivasi untuk mengenal tanaman bernilai ekonomi ini. Sekaligus membuka wawasan sebagai alternatif pengganti komoditas kentang yang kini semakin turun pamor dan harganya yang tidak menentu. Disamping itu ada efek buruk dari alih fungsi degradasi lahan serta pencemaran hulu air sungai.
Pelatihan yang menghadirkan Bapak Romadhon sebagai narasumber dari LMDH Argo Mulyo Desa Tambi binaan UMKM PT Geodipa dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah yang sukses merintis usahanya.
Menurut Romadhon, pengetahuan komoditas kopi yang diberikan kepada peserta berupa praktek langsung sangat bisa diusahakan tumbuh, dipanen dan berikan keuntungan bagi petani. Namun tantangan bagi masyarakat Dieng yang sudah terbiasa turun-temurun monokultur tanam kentang harus ada niat baik dan kesabaran.
“Menanam kopi itu ibadah sebagai tanggungjawab petani menjaga keseimbangan lestari alam berkelanjutan hingga anak cucu. Selain mendapatkan keuntungan dari kedai-kedai kopi yang bermunculan baik di kawasan Dieng maupun di skala nasional,” ungkapnya.
Kegiatan pelatihan di awal Desember 2020 ini tidak hanya dilakukan di dalam ruangan. Peserta juga diajak melihat proses pengolahan kopi dari awal pembibitan, perawatan sampai inovasi paska panen dalam bentuk kopi siap minum.
“Ilmu yang disampaikan memacu warga untuk segera menanam kopi dan memetik hasilnya. Warga sangat menantikan kelanjutan program ini dengan pembuatan demplot tanaman berkerjasama PT Geodipa Energi Unit Dieng,” katanya.
Warga Dieng Kulon Batur Banjarnegara Apriliyanto berharap dari beberapa program kegiatan CSR PT Geodipa Energi Unit Dieng dapat menularkan semangat pelatihan ini kepada warga lain.
Muharno Zarka-Wahyu