SEMARANG – Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Mbak Anna. Beliau adalah penyandang difabel karena cerebral palsy (CP). Kepribadiannya yang hangat mewarnai obrolan kami pada suatu siang hari yang mendung di Kantor Roemah Difabel Semarang. Di kantor tersebut beliau berkarya serta menjadi salah satu pengelola.
Sejak usia enam tahun hingga saat ini, beliau akrab dengan kursi roda dalam kesehariannya. Meskipun sebagian besar aktivitasnya masih memerlukan bantuan, tidak dengan karyanya yang ‘menembus batas’.
Dengan menggunakan komputer tablet miliknya, Mbak Anna selalu berusaha agar tetap produktif. Saya merasa kagum dengan kemampuan Mbak Anna yang dapat melakukan kegiatan editing video, membuat ilustrasi digital, bahkan menulis literatur inspiratif. Salah satu tulisan Mbak Anna bersama para difabel lain bahkan telah diterbitkan dalam bentuk buku inklusif dengan judul “Kami adalah Bintang, Seperti juga Dirimu”.
Tidak hanya itu, Mbak Anna memiliki peran yang sangat penting di Komunitas Difabel Semarang (KSD). Beliau adalah motivator, administrator fanpage KSD di media sosial, humas, dan pemasaran berbagai produk karya teman-teman difabel. Seluruh hal tersebut menjadi rutinitasnya setiap pagi hingga sore.
Tidak mau ketinggalan dengan trend saat ini, baru-baru ini beliau membagikan perjalanan hidupnya melalui akun podcast miliknya, dengan nama akun “Podcast Ulangan”. Semangat hidup yang Mbak Anna tunjukkan membuat saya bertanya-tanya, “Darimanakah beliau mendapatkan semua itu? Apakah sejak awal Mbak Anna menjadi difabel, beliau langsung bersemangat seperti saat ini?”.
“Tentu tidak” jawabnya, beliau pun pernah merasa terpuruk dan tidak tahu harus melakukan apa, sedangkan keluarga dan lingkungannya saat itu tidak terlalu mendukung keinginannya. Pernah di masa lalu, karena merasa kurang percaya diri, beliau bersosialisasi hanya sebatas online saja.
Kurang lebih 30 tahun setelah menyandang difabel, Mbak Anna menemukan motivasi dan semangatnya kembali untuk mengeksplorasi dunia luar setelah bertemu dengan Bunda Novi (founder KSD). Bunda Novi adalah sosok inspiratif bagi Mbak Anna yang memberikan motivasi kepada Mbak Anna bahwa keterbatasan bukan merupakan penghalang untuk melakukan banyak hal.
Bersama Bunda Novi, Mbak Anna terjun mengelola KSD yang telah dianggapnya seperti rumah sendiri. Mbak Anna juga menemukan teman-teman inspiratif lainya di KSD. Bersama-sama mereka belajar dan mengerjakan hal-hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya.
Mbak Anna termasuk salah satu yang beruntung karena belum banyak difabel yang menemukan wadah dan orang-orang yang senantiasa mendorong untuk mengeksplorasi banyak hal. Meskipun Mbak Anna merasa bersyukur dengan kondisinya saat ini, beliau masih sering merasa miris dikarenakan masih banyak perlakuan diskriminatif yang diterima oleh beliau maupun teman-teman difabel lainnya. Antara lain, banyak fasilitas umum yang tidak menyediakan jalur untuk kursi roda maupun medan jalan yang tidak rata yang tidak memungkinkan untuk dilewati oleh kursi roda. Contoh lainnya, perlakuan diskriminatif serta stigma dari masyarakat bahwa seolah teman-teman difabel tidak bisa diajak berkomunikasi bahkan dianggap tidak bisa melakukan apa-apa.
Harapan terbesar Mbak Anna untuk para difabel seperti beliau adalah para orang tua maupun pendamping difabel untuk lebih peka terhadap keinginan difabel dan memberi mereka kesempatan untuk bebas bersosialisasi, bebas berkarya, dan mendapatkan kesetaraan di masyarakat. Dengan kata lain, tidak dianggap ‘berbeda’ dengan orang lainnya.
Oleh karena itu, di Hari Disabilitas Internasional yang diperingati setiap tanggal 3 Desember menjadi hari yang monumental bagi teman-teman difabel serta bagi kita semua. Hari dimana seharusnya kita semua, masyarakat Indonesia, semakin peka dengan kebutuhan teman-teman difabel.
Kita seharusnya mulai memberikan mereka wadah, kesempatan, kesetaraan, kepercayaan, dan yang terpenting adalah dukungan dalam berbagai hal agar teman-teman difabel dapat berkarya sama seperti yang lain.