TEGAL (SUARABARU.ID) – Meskipun pada masa pandemi Covid-19, produk sarung buatan Tegal tetap melakukan produksinya dengan tidak merumahkan karyawan bahkan melakukan ekspor ke sejumlah negara.
Hasil inovasi dan terobosan yang telah dilakukan seorang pejuang tekstil asal Tegal Jamaludin Ali Al-Katiri selaku pemilik PT Asaputex berhasil mengekspor produk sarung Tegal ke delapan negara Afrika, dua negara Timur Tengah dan dua negara Asia.
Pejuang tekstil di wilayah Pantura Barat Jamal menyebut, selama pandemi covid sejak Maret hingga Agustus 2020 tidak ada pengurangan karyawan. “Kita mencoba mencari terobosan dengan inovasi beberapa Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) baru dengan lima motif baru. Yang sebelumnya biasa disebut sarung Tegalan, saat ini mencoba membuat sarung yang biasa dibikin oleh negara lain,” kata Jamal di kantornya, Senin (30/11/2020).
Jamal menjelaskan, untuk sarung jenis songket Turki bahan baku yang dipakai adalah bahan dari organik, yakni dari serat kayu. Sarung tersebut kualitasnya bagus dengan harga terjangkau. Yang biasa sarung sejenis dengan harga Rp 1,5 juta – Rp 2 juta, untuk sarung songket dengan bahan organik hanya Rp 150 ribu – Rp 200 ribu per potong.
Untuk Sarung songket Turki, bisa menembus ekspor hampir ke delapan negara Afrika. Sarung songket Turki untuk menggantikan sarung berbahan sutra yang dijual sebesar Rp 1,5 juta – Rp 2 juta per potong. Sarung songket Turki merupakan pengganti sarung produk sarung sutra dari India dan Thailand.
“Kami merasa bangga selama masa pandemi tim kami yang ada di Asaputex Jaya berinovasi dengan membuat motif ko-motif baru,” tutur Jamal.
Bulan Oktober-November 2020 sudah ada penerimaan, kas kembali dari luar negeri maupun dari dalam negeri saat ini sudah mulai ada pemesanan terutama Aceh, Makasar dan Banjarmasin.
“Alhamdulillah inovasi kami telah berhasil bisa mempertahankan ribuan karyawan di tengah pandemi untuk tetap bekerja,” ungkap Jamal.
Nino Moebi-mul