MAGELANG (SUARABARU.ID) – Di tengah pandemi covid-19, warga Dusun Kurahan Desa Karangrejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang tetap menggelar “Sedekah Bumi Uluwetu”.
Tradisi sedekah bumi yang dilakukan setiap dua tahun sekali tersebut dilaksanakan di salah satu destinasi wisata yang ada di sekitar Candi Borobudur, sebagai bentuk rasa syukur warga atas kemakmuran yang diberikan Tuhan yang Mahakuasa.
Tradisi yang dilakukan bertepatan dengan Senin Legi di bulan Mulud, diawali dengan mengusapkan air dari genthong ke dahi sepasang lelaki dan perempuan di Kebun Buah yang ada di Dusun Kurahan. Pengusapan air tersebut dilakukan oleh sesepuh desa setempat Dul Rosyid.
Kemudian, diiringi alunan musik dari grup Kubra Siswa, masyarakat setempat sambil membawa ulu wetu (hasil bumi), seperti padi, ketela, jagung dan aneka sayuran menuju ke Bukit Punthuk Setumbu yang berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut.
Tidak ketinggalan, dengan berpakaian adat Jawa yakni baju surjan lurik bagi kaum laki-laki dan kebaya bagi perempuan, mereka membawa nasi tumpeng dan makanan lainnya yang dimasukkan ke dalam tandu.
Dan, tandu tersebut dipanggul saat menaiki puluhan anak tangga menuju lokasi Bukit Punthuk Setumbu yang berada sekitar dua kilometer sebelah Barat Candi Borobudur. Sesampainya di puncak bukit tersebut, sesepuh desa setempat memanjatkan doa-doa, setelah itu tradisi sedekah bumi diakhiri dengan kembul bujana atau makan bersama.
Pada saat makan bersama, nasi dan segala macam sayur dan lauk-pauknya digelar bersama di atas beberapa lembar pelepah daun pisang dan warga yang mengikuti kegiatan tersebut memakan menggunakan pincuk (tempat makan dari daun pisang).
Kepala Dusun Kurahan, NurYazid mengatakan, sedekah bumi yang dilakukan warga Dusun Kurahan tersebut, sebagai ungkapan syukur berkah yang dilimpahkan Tuhan. Berupa, panenan hasil bumi dan juga objek wisata Punthuk Setumbu telah memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Kegiatan ini merupakan ungkapan syukur masyarakat yang sudah menikmati berkah dari Allah, bahwa Punthuk Setumbu bermanfaat untuk masyarakat,” katanya.
Menurutnya, tradisi sedekah bumi tahun ini agak berbeda pelaksanaannya dibandingkan tahun -tahun sebelumnya. Yakni, hanya melibatkan warga Dusun Kurahan saja. Sedangkan di tahun-tahun sebelumnya beberapa warga desa lain terlibat.
Ia mengatakan, sedikitnya peserta yang terlibat pada tradisi sedekah bumi tersebut, karena juga dalam rangka menaati protokol kesehatan di saat pandemi covid-19.
“Biasanya kelompok kesenian yang ikut serta ada beberapa kelompok, dan tahun ini hanya satu kesenian saja yakni Kubra Siswa dari Dusun Kurahan,” ujarnya.
Nur Yazid menambahkan, bagi masyarakat Dusun Kurahan, tradisi sedekah bumi tersebut merupakan tradisi yang dilakukan secara turun-temurun dan merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rezeki yang diterima warga.
Angon Kewan
Apalagi untuk saat ini, warga juga dimakmurkan dengan keberadaan Punthuk Setumbu yang menjadi destinasi wisata. Menurut Zazid yang juga ketua pengelola Punthuk Setumbu, warga banyak mendapat rezeki dari Punthuk Setumbu.
Menurutnya, Punthuk Setumbu yang berada sekitar dua kilometer sisi barat Candi Borobudur tersebut hanyalah sebuah gundukan tanah yang biasa digunakan untuk tempat angon kewan (menggembala hewan ternak) seperti kambing, sapi dan kerbau.
“Setiap sepasar ( lima hari) sekali , , warga naik ke atas dengan membawa bekal kupat dan sayur untuk dimakan bersama-sama. Dan dari puncak bukit tersebut, warga bisa memandang hamparan permadani hijau yang luas nan indah. Selain itu, juga bisa melihat keagungan Candi Borobudur serta sunrise (matahari terbit) di tengah-tengah deretan Gunung Merapi Merbabu,” ujarnya.
Yon-trs