blank
Calon Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat ketika berdialog dengan warga Candiyasan Kertek. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Kerukunan umat bergama di Wonosobo harus tetap terjaga dengan baik. Antar dan intern umat beragama harus saling menghormati satu sama lain. Walaupun berbeda agama, suku, ras dan antar golongan warga musti bersatu dan hidup rukun.

“Keaneragaman umat beragama justru harus bisa menjadi perekat dan pemersatu warga. Spirit saling asih, asah dan asuh harus terus digelorakan,” ucap Calon Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat ketika berkunjung ke Dusun Jurangjero Desa Candiyasan Kecamatan Kertek Wonosobo, semalam.

Kunjungan mantan Ketua DPRD itu, dimanfaatkan untuk silaturrahmi dan dialog dengan sejumlah warga Jurangjero, Banjaran, Kabelukan dan Grenjeng Desa Candiyasan. Di daerah tersebut terkenal dengan perbauran warga dari berbagai umat beragama yang ada di Indonesia.

Afif mengaku Desa Candiyasan merupakan bagian dari kehidupannya sewaktu masih menjadi mahasiswa Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) kini Universitas Sains Al- Quran (Unsiq) Jateng di Wonosobo itu. Karena dulu, Afif, pernah Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa yang terletak di kaki Gunung Sumbing itu.

“Saya dulu pernah KKN di sini. Sudah sekitar 22 tahun yang lalu. Jadi sudah tidak asing lagi dengan warga Desa Candiyasan. Dulu saya usia remaja karena masih kuliah. Belajar hidup bermasyarakat. Sekarang desa ini sudah luar biasa perkembangannya,” kisah dia.

Pelopor Toleransi

blank
Calon Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat. Foto : SB/Muharno Zarka

Di Wonosobo sendiri, menurut Afif, ada banyak daerah yang jadi potret Indonesia mini. Seperti di Desa Candiyasan (Kertek), Buntu (Kejajar), Giyanti dan Kaliputih (Selomerto). Karena di desa tersebut hidup damai dan rukun antar umat beragama, seperti Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu dan aliran kepercayaan.

“Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB) Wonosobo yang diketuai Dr Zaenal Sukawi MA (Wakil Rektor I Unsiq), menjadi pelopor kerukunan antar umat beragama di daerah ini. Saya sangat bersyukur semua umat beragama bisa hidup rukun dan damai tanpa terjadi konflik apapun,” jelasnya.

Festival atau Gerebeg Suran yang diselenggarakan tiap tahun di Wonosobo, sambungnya, menjadi wujud dari kerukunan umat beragama. Umat beragama berbaur jadi satu untuk merayakan kerukunan dan kedamaian yang tercipta selama ini.

“Umat beragama dan warga lintas SARA bisa bersatu karena diikat oleh Pancasila. Ada Sila : Ketuhanan yang Maha Esa sebagai alat pemersatu. Di luar negeri sering diberitakan warga terlibat bentrok dan perang karena tidak punya Pancasila,” sebutnya.

Karena itu, pihaknya ke depan, senantiasa akan mempertahankan dan meningkatkan kerukunan umat beragama di Wonosobo. Urusan ibadah itu jadi keyakinan sindiri-sendiri. Tapi masalah kemasyarakatan harus dilakukan secara bersama-sama.

Muharno Zarka-Wahyu