SEMARANG (SUARABARU.ID)– Sejumlah pelatih tinju, pemilik sasana dan beberapa tokoh tinju di Kota Semarang, menyatakan prihatin atas sepinya prestasi olahraga adu jotos ini. Bahkan beberapa tahun terakhir, kondisi sasana tinju yang ada, seolah melempem ibarat hidup segan mati pun tak mau.
Demikian disampaikan mantan asisten pelatih sasana tinju Orang Tua, Candra Darusman, dalam sebuah kegiatan diskusi ringan bersama para pelatih tinju Kota Semarang dan elemen terkait, yang mengambil topik, Upaya Mengembangkan dan Meningkatkan Kembali Prestasi Tinju Kota Semarang
Acara diskusi ini sendiri digelar di Kampung Subuh 83, Semarang, Minggu (8/11/2020).
Pria yang akrab dipanggil Darus itu berharap, kini saatnya prestasi dunia tinju Kota Semarang harus bangkit, agar tidak tertinggal dengan daerah lain.
BACA JUGA : Mir Raih Kemenangan MotoGP Perdananya, Suzuki Finis 1-2 di GP Eropa
Menurut Darus, di era 80an Kota Semarang pernah berjaya dan menjadi salah satu kekuatan tinju di Jateng. Beberapa nama petinju yang pernah mengharumkan kota ini dalam even Nasional di antaranya, Edi Sabena, Purwanto, Pujo Ardianto, Didik Hartanto, Darusman, Agus Triono, Tono Anggono, Subandriyo dan Heri Guntar serta Ivan Affandi.
”Berkaca dari prestasi itu, dunia tinju Kota semarang perlu segera unjuk kemampuan. Kami berharap, akan lahir petinju generasi baru, seperti era-80 an,” kata Darus.
Sementara itu, asisten pelatih sasana Bank Buana Semarang, Daeng Sukadi berpendapat, perlu dukungan semua pihak, untuk dapat mengembalikan kejayaan olahraga ini di Ibu Kota Jateng ini.
Diungkapkan dia, butuh figur yang serba bisa untuk mengurusi atau memimpin sebuah sasana tinju, sehingga dapat mengembangkan dan meningkatkan prestasi tinju di Kota Semarang.
”Di antaranya yang paling utama adalah, menyenangi olahraga tinju, rela berkorban waktu maupun dana, dan bisa mencari sponsor, guna menopang kegiatan sasana,” sebut Daeng.
Mati Suri
Dia juga meminta tenaga dan pikiran itu juga berlaku bagi pengurus Pertina Kota Semarang. ”Mengurusi dunia tinju guna mencetak petinju berprestasi butuh ekstra segalanya. Antara lain mampu menerapkan sikap manajerial yang baik, punya rasa sosial tinggi, senang olahraga tinju, serta dilakukan dengan ikhlas,” imbuh Daeng.
Sedangkan dr Susanto Gunawan, yang juga kerap menjadi dokter ring jika ada sebuah perhelatan atau kejuaraan tinju, menyoroti dunia tinju amatir di Kota Semarang, seakan berada di situasi mati suri.
Dia merasa prihatin dengan kondisi beberapa sasana yang ada, apalagi pengcab Pertina Kota Semarang, dianggap kurang agresif dalam menyikapi situasi kondisi seperti ini.
”Yang perlu menjadi konsentrasi Pertina Kota Semarang yakni, petinju-petinju muda yang saat ini masih berlatih di sasana, butuh perhatian ekstra,” terang dia.
Dokter Susanto berharap, bila Pengcab Pertina merasa kesulitan, agar bisa mencari bapak asuh bagi para petinjunya. ”Di tengah situsi kondisi yang sulit ini, paling tidak perlu bapak asuh untuk bisa membantu mengurai kesulitan yang dialami di sasana,” tukas dia.
Git-Riyan